SOSOK 7 Dokter Pengautopsi Jenazah Brigadir J dan Desakan Mahfud MD Agar Hasilnya Dibuka ke Publik
Terungkap sosok 7 dokter pengautopsi jenazah Brigadir J atau Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sungai Bahar Jambi
SURYA.CO.ID - Terungkap sosok 7 dokter pengautopsi jenazah Brigadir J atau Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sungai Bahar Jambi pada Rabu (27/7/2022) lalu.
7 dokter pengatopsi jenazah Brigadir J itu berasal dari lima universitas ditambah ketua umum Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia serta dokter spesialis partogi forensik RSCM.
7 dokter pengautopsi jenazah Brigadir J merupakan tim dokter forensik yang ditunjuk langsung oleh Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI).
Satu dari tujuh dokter forensik pengautopsi jenazah Brigadir J akan dijelaskan di artikel berikut.
Berikut Daftar 7 Dokter Forensik yang melakukan autopsi ulang Brigadir J:
Baca juga: KABAR TERBARU Irjen Ferdy Sambo Belum Diperiksa Komnas HAM Terkait Penembakan Brigadir J, Alasannya?
1. Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM., S.H., M.Si.Sp.F(K)
Guru Besar Ilmu Kedokteran Forensik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. DR dr Ahmad Budianto
Guru Besar Ilmu Kedokteran Forensik dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
3. Prof. Dr. dr. Dedi Afandi, D.F.M., Sp.F.M.(K)
Guru Besar Ilmu Kedokteran Forensik dari Fakultas Kedokteran Universitas Riau
4. Ade Firmansyah Sugiharto Dr., dr.,Sp.F.M (K)
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia, dokter forensik di RSCM
5. Dr. dr Rika Susanti, Sp.FM(K)
Berasal dari Universitas Andalas
6. dr Ida Putu Bagus Alit
Berasal dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
7. Yudy, dr., Sp.F.M
Dokter Spesialis Partogi Forensik RSCM
Informasi Dr dr. RikaSusantimenjadi dokter forensik yang melakukan autopsi ulang jenazah Brigadir J dibenarkan Sub Koord Kasie Humas dan Hukor RSUP M. Djamil Padang, Adzanri.
Perempuan kelahiran Bukittinggi ini berprofesi sebagai dosen tetap bagian forensik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, serta Dokter Forensik di RSUP Dr.M.Djamil Padang.
Kelahiran 31 Juli 1976 ini memulai jenjang pendidikannya saat menjadi murid di SDN Koto Alam Palembayan, Kabupaten Agam, dan tamat tahun 1989.
Kemudian, ia melanjutkan sekolahnya di SMP N 8 Padang, dan lulus tahun 1992.
Setelah tamat dari jenjang SMP, ia kemudian bersekolah di SMA N 1 Padang, kemudian lulus tahun 1995.
Pada jenjang perkuliahan, ia memilih jenjang strata S1 di Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, dan tamat tahun 2002.
Selanjutnya, Rika melanjutkan studi spesialis SP1 di jurusan Forensik dan Medikolegal FK Universitas Indonesia (UI) dan tamat tahun 2007.
Adapun kemudian, di tingkat selanjutnya, Rika menempuh pendidikan Program Pasca Sarjana S3 Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, dan tamat tahun 2015.
Berbagai profesi dan jabatan ia sandang sejak tahun 2002.
Dr. dr. Rika Susanti sejak tahun 2002 hingga sekarang berprofesi sebagai Staf Bagian Forensik FK Unand/ RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Lalu, sejak tahun 2007 hingga saat ini menjadi staf pengajar bagian forensik di FK Universitas Baiturrahmah.
Selain itu, pada tahun 2004 hingga 2007, ia menjadi dokter jaga di pusat krisis terpadu RSCM.
Pada tahun 2009 hingga 2017, ia menjadi Ketua Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ Kepala SMF Forensik RSUP Dr. M Djamil Padang.
Sejak tahun 2015 hingga sekarang, ia juga menjadi staf pengajar pasca sarjana S2 Hukum Universitas Bung Hatta.
Lebih lanjut, sejak tahun 2012 hingga sekarang ia menjabat sebagai pimpinan klinik dan rumah bersalin Azimar Anas.
Pada tahun 2007 hingga sekarang , ia ditugaskan sebagai dokter forensik di RS Yos Sudarso Padang.
Tak hanya itu, sejak tahun 2008 hingga sekarang ia menjadi staf medikolegal di ABH Assosiate.
Pada rentang 2015 hingga 2016 ia tergabung dalam tim kendali mutu kendali biaya BPJS Provinsi Sumatera Barat.
Dari tahun 2016 hingga sekarang , ia menjadi dokter penasehat BPJS Ketenagakerjaan Wilayah Sumatera Barat.
Sementara, di Universitas Andalas, ia menjadi wakil dekan 1 FK Unand pada tahun 2017 hingga 2019.
Kemudian, dari Januari 2020 hingga 2021 menjabat sebagai dekan FK Unand.
Terakhir, sejak 2021 hingga sekarang, ia menjabat sebagai Ketua MEU FK Unand. (*)
Mahfud MD Minta Hasil Autopsi Dibuka ke Publik
Terpisah, menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD mengatakan hasil autopsi ulang terhadap jenazah Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J perlu dibuka ke publik.
Mahfud yang juga merupakan Ketua Kompolnas RI tersebut mengatakan banyak pertanyaan kepadanya perihal boleh atau tidaknya hasil autopsi ulang jenazah Brigadir J dibuka ke publik tanpa melalui jalur pengadilan.
Menurutnya hasil autopsi ulang terhadap Brigadir J boleh dibuka tanpa harus melalui jalur pengadilan.
Menurutnya hasil autopsi ulang Brigadir J tersebut boleh disiarkan ke publik mengingat kasus tersebut menjadi perhatian umum dan hasil autopsi pertama diragukan oleh pihak keluarga dan publik.
Oleh sebab itu, menurutnya sikap Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo untuk mengusut kasus secara transparan sudah benar.
Selain itu, kata Mahfud, Undang-Undang Kesehatan yang mengatur di antaranya terkait mengumumkan kondisi kesehatan seseorang tidak melarang hasil autopsi tersebut dibuka ke publik.
Menurutnya hasil autopsi ulang Brigadir J sama halnya dengan membuka alat bukti dugaan kejahatan ke publik.
"Jadi Lebih baik ikutilah arahan Kapolri yang itu bersumber dari Presiden. Kemudian saya menjadi pengawal dari seluruh instruksi presiden itu. Itu boleh dibuka ke publik dan justru perlu," kata Mahfud dalam keterangan video yang diterima pada Jumat (29/7/2022).
Mahfud menduga ada pihak yang ingin mengacaukan informasi terkait hasil autopsi ulang tersebut.
Hal tersebut menurutnya terindikasi dari adanya pihak yang mengatakan bahwa hasil autopsi ulang tersebut hanya boleh dibuka di pengadilan.
"Karena ini memang ada ya yang ingin mengacaukan (informasi) seakan-akan tidak boleh dibuka ke publik kecuali atas perintah hakim, ya untuk keperluan persidangan," kata Mahfud.
"Kenapa anda bilang tidak boleh dibuka ke publik? Wong kalau ada kejahatan, celurit diletakan di meja, baju di meja itu, darah, ini kan sama saja kalau sebagai alat bukti," sambung Mahfud.
Kejanggalan Baru Jenazah Brigadir J
Sementara itu, kejanggalan baru jenazah Brigadir J atau Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat kembali diungkap keluarga.
Kalau sebelumnya, kejanggalan jenazah Brigadir J ini terkait luka-luka yang ada di sekujur tubuhnya, kini posisi jasad di dalam peti yang menjadi sorotan.
Ternyata saat berada di dalam peti mati, posisi kaki kanan jenazah Brigadir J bengkok.
Akibatnya, kedua telapaknya tidak bisa disatukan atau ditali.
Hal ini diungkapkan Rohani Simanjuntak, bibi Brigadir J dalam tayangan Aiman yang diunggah di channel youtube Kompas TV, Rabu (27/7/2022).
Baca juga: CURHAT PILU Ibu Brigadir J yang Belum Bisa Mengajar karena Terpukul: Lebih Berharga dari Hidup Saya
Rohani memperagakan posisi kaki kanan Brigadir J yang tidak bisa diluruskan karena kaku dan bengkok ke luar.
"Kami coba luruskan tidak bisa. Kami sempat pakai tali, tetap tidak bisa," sebut Rohani saat ditemui Aiman Witjaksono di rumah duka kompleks perumahan SD 72 RT 02, Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi.
Rohani juga menceritakan perjuangan keluarga untuk bisa melihat jenazah Brigadir J saat baru tiba dari Jakarta.
Dijelaskan saat itu memang sempat ada larangan dari Kombes Leonardo Simatupang, perwira yang membawa jenazah itu ke rumah duka.
"Pertama dilarang oleh pak Leonardo Simatupang, alasannya karena sudah diotopsi.
Makanya kakak memohon untuk terakhir kalinya, saya mau melihat anak saya. Apapun keadaan anak saya, apapun keadaan," ungkap Rohani.
Perlu waktu setengah jam bagi keluarga untuk meyakinkan sehingga boleh membuka peti mati.
"Boleh dibuka, tapi batas bukanya cuma sedikit sampai perut. Gak boleh pakai kepala.
Cuma dua kancing baju yang dibuka," terangnya.
Keluarga sempat mempertanyakan penyebab kematian Brigadir J, dan saat itu Leonardo menyebut ada baku tembak.
"Kami tidak percaya karena melihat keadaan anak kami waktu itu. Ada luka-luka di mata, pipi sebelah kanan, dihidung dan di bibir bawah," ungkapnya.
Saat itu, pihak keluarga juga mendapat informasi dari Mabes Polri kalau formalinnya hanya akan bekerja selama 24 jam.
Khawatir jenazah Brigadir J akan membusuk pihak keluarga berencana menambahkan formalin.
"Kami panggil orang medis untuk menyuntikkannya," katanya.
Karena saat itu petugas dari Mabes Polri sudah pulang, pihak keluarga lalu membuka pakaian Brigadir J kecuali celananya lalu memotretnya.
Dari situ pihak keluarga semakin kaget melihat luka-luka di sekujur tubuh Brigadir J.
"Jari kiri patah. Ada bekas luka bagian leher seperti luka jeratan. Yang emngakibatkan itu tidak tahu.
Ada luka tembak dada, dada, leher, tangan sebelah kiri.
Luka juga di kaki sebelah kanan sayatan," ungkap Rohani.
Selanjutnya, kondisi jenazah Brigadir J itu diungkapkan pengacara keluarga Kamaruddin Simanjuntak hingga akhirnya kasus ini viral dan menjadi perhatian luas.
Ibu Korban Masih Syok

Di bagian lain, Rosti Simanjuntak, ibu Brigadir J atau Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat akhirnya mau berbicara ke media setelah peristiwa yang menewaskan putranya di rumah Irjen Ferdy Sambo, pada Jumat (8/7/2022).
Sebelumnya ibu Brigadir J ini memilih mengurung diri di rumah dan tak mau mengungkapkan apapun ke media.
Ibu Brigadir J bahkan harus libur mengajar karena belum bisa melupakan kematian sang putra yang disayangi.
Seperti diketahui, Rosti Simanjuntak adalah seorang guru yang sudah belasan tahun mengajar Sekolah dasar di Sungaibahar.
Lewat tayangan Aiman Kompas TV, Rosti Simanjuntak akhirnya mengungkapkan curahan hatinya.
"Yang berharga lebih dari hidup saya, nafas dan nyawa anak," ucap Rosti Simanjuntak saat ditemui Aiman Witjaksono, reporter Kompas TV di kediamannya kompleks perumahan SD 72 RT 02, Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi.
Rosti meminta agar kasus kematian putranya dituntaskan seadil-adilnya.
"Siapun pelakunya harus betul-betul diberikan hukuman yang selayak-layaknya (setimpal).
Karena bagi kami nyawa anak yang lebih berharga," ungkap Rosti dengan suara bergetar tak mampu menahan tangisnya.
Saat ditanya apakah dia sempat melihat jenazah Brigadir J, Rosti mengaku tak sanggup melihatnya walaupun sudah ada di depan peti mati.
"Gak sanggup saya melihatnya. Cuma melihat lukanya saja, saya sudah tidak sanggup lagi," ungkapnya.
Kesedihan Rosti ini beralasan karena pada pukul 10.00, sebelum mendengar kabar kematian Brigadir J dia masih berkirim pesan melalui Whatsapp dan tidak ada kecurigaan apapun.
Di bagian lain, Samuel Hutabarat, ayah Brigadir J mengungkapkan hubungan anaknya dengan Irjen Ferdy Sambo dan Istrinya.
Menurut Samuel, selama bekerja 2,5 tahun, hubungan Brigadir J dan keluarga Irjen Ferdy Smabo sangat baik.
"Ibu sama bapak baik selaku atasan dan bawahan," katanya.
Terkait tudingan pelecehan seksual, Samuel mengaku tidak terpikir sama sekali hal itu dilakukan sang putra, Brigadir J.
"Kita tahu watak dia. Watak dia paling bagus diantara sauadarnya berempat. Paling patuh, penurut, tekun beragama. Tugas kemana-mana selalu bawa Alkitab," ungkap Samuel.
Samuel tak menyangka sang putra kebanggaannya itu harus meninggal dalam kondisi mengenaskan di rumah atasannya, Irjen Ferdy Sambo.
Padahal, diungkapkan Samuel, Brigadir J sudah bercita-cita menjadi seorang polisi sejak Taman Kanak-kanak (TK)
Keinginannya menjadi polisi dilakukan dengan berlatih keras hingga akhirnya menjadi lulusan Brimob Watu Kosek, Jawa Timur.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Menko Polhukam Mahfud MD Tegaskan Hasil Autopsi Ulang Brigadir J Perlu Dibuka Ke Publik