BIODATA Yosua Hutabarat atau Brigadir J yang Tewas Baku Tembak dengan Bharada E di Rumah Ferdy Sambo
Berikut profil dan biodata Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J yang tewas baku tembak dengan Bharada E di rumah Irjen Fedy Sambo.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Iksan Fauzi
SURYA.co.id - Inilah profil dan biodata Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J yang tewas baku tembak dengan Bharada E di rumah Irjen Fedy Sambo.
Sosok Brigadir J masih jadi sorotan karena banyak yang menganggap kematiannya penuh dengan kejanggalan.
Menurut keterangan sang ayah, Brigadir J dibesarkan di lingkungan yang sederhana.
Berkat ketekunannya, Brigadir J berhasil menjadi anggota brimob.
Medan penugasan yang sulit seperti Papua pun pernah ia lalui.
Berikut rangkuman fakta tentang biodatanya melansir dari Tribun Jambi dalam artikel 'PROFIL dan Biodata Brigadir Yosua Hutabarat, Polisi yang Meninggal Di Rumah Kadiv Propam'.
1. Hidup di keluarga sederhana
Ayah dari Yosua Hutabarat, Samuel Hutabarat, mengatkan anaknya itu dibesarkan di Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Muaro Jambi Provinsi Jambi.
Sejak dulu, mereka tinggal di rumah sederhana, yang merupakan rumah dinas SDN74 Sungai Bahar.
Rumah itu berada di lingkungan sekolah, bahkan halamannya adalah halaman sekolah tempat ibu dari Yosua mengajar.
2. Pernah tugas di Papua
Saat masuk polisi, Prian ditempatkan di kesatuan Brimob. Dia mendapat tugas ke Papua tiga bulan setelah lulus.
Pada saat itu, orangtuanya hanya membekali anak itu dengan alkitab, kitab suci yang bagi umat Nasrani berisi Firman Tuhan.
"Saya tidak bisa memberinya uang, hanya bisa memberikan alkitab saat itu," kata Samuel sambil teriksa.
Samuel mengatakan tidak ada perubahan dalam diri Yosua Hutabarat atau Brigadir J atau Pria sebelum maupun sesudah menjadi anggota polisi.
"Kalau perubahan tidak ada ya, karena begitu lulus langsung SMA dia jadi polisi," terang Samuel.
3. Profil
- Nama lengkap: Nofriansyah Yosua Hutabarat
- Nama panggilan: Prian
- Nama Orangtua: Samuel Hutabarat dan Rosti Simanjuntak
- Tanggal lahir: 29 November 1994
- Tanggal meninggal: 8 Juli 2022
- Pendidikan: SDN 74 Muaro Jambi, SMP Negeri 12 Muaro Jambi, dan SMA Negeri 4 Muaro Jambi.
- Sekolah Polisi: SPN Jambi lulus tahun 2012
- Status pernikahan: Belum menikah
- Pangkat terakhir: Brigadir Polisi
Sosok Bharada E
Selain Brigadir J, sosok Bharada E juga jadi sorotan.
Bharada E ternyata penembak nomor 1 di Pelopor Kors Brimob, tempatnya bertugas saat ini.
Bharada E dan Brigadir Yosua (Polri menyebut Brigadir J) adalah anak buah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo.
Bharada E diketahui bertugas sebagai pengawal Irjen Ferdy Sambo.
Ia merupakan anggota Brimob mendapat tugas pengamanan dan pengawalan terhadap Kadiv Propam.
Ramadhan mengungkapkan Bharada E dan Brigadir J sama-sama merupakan staf Propam di Mabes Polri.
"Memang dia bagian dalam penugasan Propam tersebut, semuanya, keduanya staf Propam Mabes Polri."
"Kalau Bharada itu anggota Brimob yang di-BKO (Bawah Kendali Operasi) ke sana, tugasnya melakukan pengamanan dan pengawal terhadap Kadiv Propam," terang Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Ahmad Ramadhan.
Mengutip Kompas.com, Ramadhan mengatakan penembakan yang dilakukan Bharada E tidak ada motif lain, selain membela diri dan melindungi istri Irjen Ferdy Sambo.
“Jadi bukannya melakukan perbuatan karena motif lain, motifnya adalah membela diri dan membela ibu (istri Kadiv Propam),” ucap dia.
Saat ini, Bharada E telah diamankan dan pihak Polri masih melakukan pendalaman terkait kasus penembakan Brigadir J.
Jika bukti dari kasus ini sudah cukup, kata Ramadhan, maka akan diproses lebih lanjut.
“(Bharada E) diamankan, dan tentu sesuai dengan prosedur bila unsur dan buktinya cukup akan diproses lebih lanjut,” ujarnya, dikutip dari Kompas.com.
Kejanggalan Dialami Keluarga Brigpol Josua
Sejumlah peristiwa janggal pun dirasakan keluarga Brigpol Josua setelah kejadian tersebut.
Hal ini diungkapkan oleh ayah Brigpol Josua, Samuel Hutabarat.
Berikut pengakuannya melansir dari Kompas.com dalam artikel 'Sejumlah Kejadian yang Menimpa Keluarga Brigadir J, Rumah Dikepung Polisi, WA Diretas, hingga Dipaksa Tanda Tangan'.
1. WhatsApp diretas
Ditemui di kediamannya di Jambi, Samuel Hutabarat, ayah Brigadir J mengatakan, nomor WhatsApp dan media sosial dirinya, istri, dan kakak Brigadir J diretas.
"Orang itu mau menyelidiki kami, mencari sesuatu terkait almarhum untuk mengaitkannya dengan kami," kata Samuel di rumah duka, di Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Muarojambi, Selasa (12/7/2022).
Pada aplikasi WhatsApp tertulis, "Kami menemukan upaya login yang biasanya tidak Anda gunakan.
Kami sudah mengunci akun Anda untuk mengamankannya".
2. Dilarang buka peti jenazah
Samuel juga mengaku sempat dilarang membuka peti jenazah anaknya.
"Kita dilarang, tapi tidak dijelaskan kenapa peti jenazah tidak boleh dibuka?" kata Samuel.
Jenazah sampai ke rumah duka pada Sabtu (9/7/2022) sekitar 14.00 WIB.
Keluarga sempat bersitegang dengan polisi yang mengantar, karena tidak boleh membuka peti jenazah dan tidak boleh mengambil gambar jenazah.
"Saya disuruh tanda tangan dulu, baru nantinya boleh dibuka.
Saya tolak, karena itu sama dengan membeli kucing dalam karung. Nanti kalau terjadi masalah dan saya sudah tanda tangan, malah saya dipermasalahkan," kata Samuel.
Setelah lama bersitegang, akhirnya keluarga dibolehkan membuka peti jenazah, dengan catatan hanya orangtua, saudara kandung dan bibi yang boleh melihat.
Saat peti dibuka, orang lain diminta keluar ruangan. Jendela dan tirai di rumah duka juga langsung ditutup.
Samuel menggambarkan pembukaan peti yang disaksikan polisi pengantar jenazah berlangsung singkat.
"Dibukanya itu sedikit sekali. Tapi ibunya (syok) berteriak-teriak dia, karena melihat banyak sekali luka di bagian tubuh dan wajah," kata Samuel.
3. Rumah dikepung polisi
Tak hanya itu, ratusan polisi juga tiba-tiba datang ke kediaman mereka. Kedatangan ratusan polisi dengan mengepung rumah dan menutup pagar sekolah membuat keluarga ketakutan.
"Waktu datang orang itu ke rumah, kami terkejut.
Jantung kami serasa mau copot, maklum kami baru trauma baru kehilangan," kata Bibi Brigadir J, Rohani Simanjuntak.
Rohani mengatakan, keberadaan rumah orangtua J berada dalam kompleks perumahan guru SD di Sungaibahar.
Saat ratusan polisi datang menaiki satu bus dan 10 mobil membuat kondisi sangat menyeramkan.
Ada polisi yang mengenakan seragam, berpakaian hitam putih, dan pakaian bebas.
Mereka datang kemudian membuat pagar seolah mengepung rumah.
Ratusan polisi datang pada Senin sekitar pukul 20.00 WIB, saat keluarga sedang berkumpul di dalam rumah.
Tindakan yang dilakukan ratusan polisi berbaris mengelilingi rumah dilakukan tanpa komunikasi dan permisi.
Bahkan pintu gerbang sekolah yang menjadi akses keluar dan masuk ke rumah itu juga ditutup rapat. Saat kejadian, sambung Rohani, keluarga sedang berada dalam rumah.
Sebagian polisi masuk ke rumah tersebut dengan mengunci pintu.
"Kami seolah diserang, karena rumah didatangi," kata Rohani.
Merasa terdesak, Rohani menegur polisi dengan nada tinggi.
"Jangan seperti itulah Pak masuk rumah orang, kami ini lagi sedih loh, lagi trauma.
Yang sopan lah, pakai permisi," kata Rohani.
Setelah masuk ke rumah, semua anggota keluarga dilarang merekam dan mengambil gambar.
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id