Berita Nganjuk
Sudah Ada 11 Kematian Selama 7 Bulan di Nganjuk Akibat Demam Berdarah, Ini Cara Pencegahannya
Juga dipengaruhi perubahan iklim global yang menyebabkan kenaikan rata-rata temperatur, serta perubahan pola musim
Penulis: Ahmad Amru Muiz | Editor: Deddy Humana
SURYA.CO.ID, NGANJUK - Penyakit demam berdarah (DB) yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti menjadi permasalahan serius di Kabupaten Nganjuk. Karena sejak awal tahun 2022 hingga Juli ini, sudah ada 292 kasus, 11 di antaranya berujung kematian.
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk, Puspita Fajar menjelaskan ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti pembawa virus DBD di antaranya ukurannya kecil dan memiliki tubuh berwarna hitam dengan belang putih di sekujur tubuhnya.
Umumnya, jenis nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak di air bersih, serta perindukan tidak bersentuhan dengan tanah. Di mana untuk tempat perindukan nyamuk sendiri ada tiga tempat, yakni tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari, tempat penampungan air bukan keperluan sehari-hari, dan tempat penampungan air alamiah.
"Nyamuk Aedes Aegypti aktivitas mengigit biasanya mulai pagi dan petang hari, di mana puncak aktivitasnya antara pukul 09.00 WIB sampai 10.00 WIB dan 16.00 WIB sampai 17.00 WIB," kata Puspita dalam Talshow di Radio Suara Anjuk Ladang Pemkab Nganjuk, Selasa (12/7/2022).
Dijelaskan Puspita, untuk faktor yang mempengaruhi penularan DBD di antaranya pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak memiliki pola tertentu, urbanisasi yang tidak berencana dan terkontrol dengan baik, sistem pengelolaan limbah dan penyediaan air bersih yang tidak memadai.
Juga dipengaruhi perubahan iklim global yang menyebabkan kenaikan rata-rata temperatur, serta perubahan pola musim hujan dan kemarau.
Sedangkan upaya pemberantasan DBD, menurut Puspita, dapat berhasil apabila seluruh masyarakat berperan aktif dalam PSN 3M Plus. Gerakan PSN pemberantasan DBD ini dilakukan oleh keluarga atau masyarakat. “PSN sendiri merupakan sebuah gerakan pemberantasan sarang nyamuk dengan melakukan 3M Plus," ujar Puspita.
Untuk gerakan 3M, ungkap Puspita Fajar, terdiri dari aktivitas menguras dan menyikat tempat penampungan air seperti bak mandi/wc dan drum, menutup rapat tempat penampungan air seperti gentong air/tempayan, dan memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air hujan.
Dan Plusnya terdiri, tambah Puspita, adalah mengganti air vas bunga, memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar, menutup lubang pada potongan bambu atau pohon, menaburkan bubuk larvasida pada tempat yang sulit di kuras.
Cara lain adalah memelihara ikan pemakan jentik, memasang kawat kasa, menghindari kebiasaan menggantung pakaian habis pakai di dalam kamar, mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai, menggunakan kelambu, dan memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.
"Kita optimistis, melalui pendekatan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik dalam rangka optimalisasi pembudayaan PSN 3M Plus, diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian penyakit DBD," tegas Puspita. *****