KKB Papua

Biodata Mayjen Edmil Nurjamil yang Ungkap Fakta Sebenarnya Isu BIN Jatuhkan Mortir Tumpas KKB Papua

Berikut profil dan biodata Mayjen TNI Edmil Nurjamil yang ungkap fakta sebenarnya isu BIN menjatuhkan mortir di wilayah KKB Papua.

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Tribun Palu
Ilustrasi KKB Papua dan mortir. Fakta Sebenarnya Isu BIN Jatuhkan Mortir Tumpas KKB Papua akhirnya diungkap Mayjen Edmil Nurjamil. Simak profil dan biodatanya. 

SURYA.co.id - Berikut profil dan biodata Mayjen TNI Edmil Nurjamil yang ungkap fakta sebenarnya isu Badan Intelejen Negara (BIN) menjatuhkan 2.500 mortir di wilayah KKB Papua.

Mayjen TNI Edmil Nurjamil saat ini menjabat sebagai Deputi II Bidang Intelijen Dalam Negeri BIN.

Melansir dari Wikipedia, Mayjen TNI Edmil Nurjamil lahir Oktober 1967.

Ia adalah seorang perwira tinggi TNI-AD yang sejak 29 April 2020 mengemban amanat sebagai Deputi II Bidang Intelijen Dalam Negeri BIN.

Edmil, lulusan Akmil 1990 ini dari kecabangan Infanteri.

Jabatan terakhir jenderal bintang dua ini adalah Karo SDM Settama BIN.

Riwayat Jabatan:

  • Kabinda Sumatera Selatan BIN (2017—2018)
  • Direktur Kontra Separatisme Deputi III Bidang Kontra Intelijen BIN[1] (2018—2019)
  • Karo SDM Settama BIN (2019—2020)
  • Deputi II Bidang Intelijen Dalam Negeri BIN (2020—Sekarang).

Diketahui, akhirnya terungkap fakta sebenarnya isu yang menyebut Badan Intelejen Negara (BIN) menjatuhkan 2.500 mortir buatan Serbia Krusik di wilayah kekuasaan KKB Papua.

Fakta ini diungkapkan oleh Deputi II Bidang Intelijen Dalam Negeri BIN Mayjen TNI Edmil Nurjamil.

Edmil membantah keras isu tersebut. Ia menyebut pihak BIN tak pernah menggunakan mortir.

Diketahui sebelumnya, Reuters dalam laporannya menyebut bahwa hampir 2.500 mortir dari Serbia dibeli untuk badan mata-mata Indonesia tahun lalu serta dimodifikasi untuk dijatuhkan dari udara.

CAR mengatakan, mortir diproduksi pembuat senjata milik Serbia, Krusik, dan kemudian dimodifikasi untuk dijatuhkan dari udara, bukannya ditembakkan dari tabung mortir.

Peluru mortir 81mm itu digunakan dalam serangan pada bulan Oktober 2021 lalu di desa-desa di Papua, yang dilaporkan dikuasai KKB Papua.

Menurut laporan dari kelompok pemantau senjata dan foto yang diberikan pada Reuters, beberapa mortir bahkan digunakan dalam serangan di delapan desa di Papua.

Deputi II Bidang Intelijen Dalam Negeri BIN Mayjen TNI Edmil Nurjamil membantah laporan CAR.

"Tidak ada," kata Edmil ditemui wartawan di kantor Kementerian Dalam Negeri, Kamis (16/6/2022).

Seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'BIN Bantah Laporan Pembelian Mortir dari Serbia untuk Digunakan di Papua'.

Dikonfirmasi terkait temuan lapangan mortir yang gagal meledak di Distrik Kiwirok, Papua, Edmil juga membantah bahwa senjata itu milik BIN atau dibeli oleh BIN.

"Enggak lah. Kami enggak punya peralatan itu," ujar Edmil.

Edmil justru menyebut bahwa mortir-mortir itu milik TNI.

"Milik TNI itu, Mas. Kan Pangdam-nya sudah mengakui itu senjata TNI," sebutnya.

"Kita enggak main-main begitu. Panglima kodam itu kan sudah menyampaikan yang bulan apa itu," ujar Edmil.

Dalam pemberitaan Kompas.com  pada 1 Desember 2021, Panglima Kodam Cenderawasih Mayjen Ignatius Yogo Triyono membenarkan bahwa pasukannya menembakkan mortir di Kiwirok. 

Yogo berkata, pasukannya membutuhkan mortir karena medan Pegunungan Bintang yang terjal.

Ledakan mortir, kata Yogo, dapat membuat efek kejut pada kelompok TPNPB.

CAR Sebut BIN Jatuhkan 2.500 Mortir

Sebelumnya, Conflict Armament Research (CAR), sebuah lembaga di London menyebut Badan Intelejen Negara (BIN) menjatuhkan 2.500 mortir buatan Serbia Krusik di wilayah kekuasaan KKB Papua.

Reuter melaporkan, peluru mortir 81mm sebanyak itu digunakan oleh mata-mata Indonesia pada Oktober tahun lalu. 

Dalam laporan Reuters, senjata yang dikirim ke BIN juga termasuk 3.000 inisiator elektronik dan tiga perangkat pengatur waktu yang biasanya digunakan untuk meledakkan bahan peledak.

Menurut laporan dari CAR, senjata dan foto yang diberikan pada Reuters, beberapa mortir bahkan digunakan dalam serangan di delapan desa di Papua.

Dugaan pengadaan mortir oleh BIN, menurut tiga anggotanya pada Reuters, juga tidak diungkapkan kepada komite pengawasan DPR yang menyetujui anggarannya.

Kelompok pemantau yang berbasis di London, Conflict Armament Research (CAR), mengatakan mortir diproduksi pembuat senjata milik negara Serbia Krusik dan kemudian dimodifikasi untuk dijatuhkan dari udara, bukannya ditembakkan dari tabung mortir.

Dikatakan senjata yang dikirim ke BIN juga termasuk 3.000 inisiator elektronik dan tiga perangkat pengatur waktu yang biasanya digunakan untuk meledakkan bahan peledak.

Laporan Reuters menyebut, peluru mortir 81mm digunakan dalam serangan pada bulan Oktober lalu di desa-desa di Papua, yang dilaporkan dikuasai separatis bersenjata.

Reuters tidak dapat secara independen mengonfirmasi aspek-aspek tertentu dari laporan CAR, termasuk apakah BIN telah menerima kiriman tersebut.

Reuters juga tidak dapat menentukan siapa yang mengizinkan pembelian amunisi atau siapa yang menggunakannya di Papua.

BIN dan Kementerian Pertahanan tidak menanggapi permintaan komentar tentang pembelian atau penggunaan mortir tersebut.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved