Berita Jember

Kisah Inspiratif 'Tukang Ngarit Naik Haji' di Jember, Kegigihannya Mewujudkan Niat Jadi Teladan

Mula sebagai orang yang patut diapresiasi, dan dicontoh. Kegigihan Mula dalam mengumpulkan biaya haji, kata Muhammad, patut dicontoh

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Deddy Humana
surya/sri wahyunik
Pak Mula, salah satu CJH Jember yang bisa berangkat berhaji dari uang hasil ngarit. 

SURYA.CO.ID, JEMBER - Uang memang instrumen penting agar bisa melaksanakan ibadah haji, namun yang terpenting adalah niat. Berkat niatnya yang kuat dan ditempuh dengan kegigihan serta kesabaran, Pak Mula (60), menjadi salah satu dari 905 calon jamaah haji (CJH) asal Jember yang melaksanakan rukun Islam kelima itu.

Padahal siapa menyangka, bahwa Mula menabung dari hasil kerjanya ngarit (memotong rumput dengan sabit). Seperti serial televisi, lakon 'Tukang Ngarit Naik Haji' dimulai dari sosok sederhana ini.

Mula tersenyum, tersipu malu ketika mendadak Kepala Kantor Kementerian Agama Jember Muhammad memanggil dan memintanya maju serta berdiri di hadapan tokoh Kabupaten Jember, dan ratusan CJH saat acara pelepasan dan doa bersama jamaah calon haji di Gedung Balai Serbaguna, Jember, Rabu (15/6/2022)

Muhammad mengenalkan Mula sebagai orang yang patut diapresiasi, dan dicontoh. Kegigihan Mula dalam mengumpulkan biaya haji, kata Muhammad, patut dicontoh. "Karena (bisa naik haji) dari ngarit (merumput)," ujar Muhammad.

SURYA akhirnya berbincang dengan warga Dusun Ujung Babi, Desa Gunung Malang, Kecamatan Sumberjambe tersebut. Perbincangan yang dibantu rekan satu regu hajinya karena Mula tidak mahir berbahasa Indonesia. "Tidak bisa," jawab Mula ketika ditanya apakah bisa berbahasa Indonesia.

Ia mengerti apa yang dibicarakan orang dalam Bahasa Indonesia, namun terkadang untuk menjawab, ia kebingungan karena sehari-hari ia bertutur bahasa Madura. Bisa dimaklumi,ia hidup di lereng Gunung Raung di Kecamatan Sumberjambe, dan jarang keluar dari daerahnya.

Pria kurus ini keluar dari kawasan tinggalnya hanya saat ada keperluan penting, seperti saat mengunjungi putrinya di pondok pesantren. Perjalanan jauh bahkan sampai keluar negeri akan ia jalani pada 22 Juni mendatang, yakni ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji.

Mula bercerita kalau ia memang berniat haji. Karena itulah, ia bekerja keras untuk mengumpulkan biaya haji. Dengan pekerjaannya mencari rumput untuk pakan ternak setiap hari, Mula ternyata juga punya cara strategis dalam kesederhanaan pikirnya.

Seperti umumnya orang Madura, maka ia tertuju pada ternak sapi. Namun ia tidak punya sapi, maka ia merencanakan tabungan sapi. Yaitu menerima gadu sapi, atau memelihara sapi milik orang lain yang setiap hari dirawat dan diberi makan dari rumput hasil ngarit.

Ketika sapi beranak, Mula mendapatkan bagian anak sapi. Anak sapi itu dipelihara untuk dijadikan induk, sampai akhirnya juga beranak. Sampai akhirnya, ia memiliki empat ekor sapi dari kerja kerasnya berpuluh tahun.

Mula dan keluarganya hidup sangat sederhana. Bahkan iabaru memiliki sepeda motor tiga tahun terakhir. Selama ini iahanya memakai sepeda onthel untuk kendaraan bepergian. Bahkan untuk menjenguk sang anak di ponpes di Desa Suger, Kecamatan Jelbuk yang jaraknua 30 KM, Mula rela nggowes. Kisah ngonthel menjenguk sang anak ke pondok ini terjadi sebelum tujuh tahun silam.

Sampai akhirnya tujuh tahun lalu, anaknya sudah lulus dari pondok. Namun ia pun tidak langsung bisa membeli sepeda motor. "Baru tiga tahun lalu bisa beli sepeda motor," ujarnya dalam Bahasa Madura yang diartikan oleh teman satu regunya.

Sampailah pada tahun 2011 lalu, ia melihat sapinya sudah bisa untuk dijual. Karena ia masih punya niatan kuat berangkat menjadi tamu Allah, dan membutuhkan biaya pendaftaran haji Rp 25 juta. Ia pun menjual dua ekor sapinya.

"Memang dari hasil ngarit (merumput). Ngopeni sapi milik tetangga awalnya, sampai bisa punya sapi. Memang niat untuk haji," tuturnya lirih masih dalam Bahasa Madura.

Mula sebenarnya juga memiliki sawah, namun tidak luas, hanya 600 meter persegi. Hasil bercocok tanam di sawah itu dipakainya untuk menghidupi keluarga. Sedangkan memelihata sapi memang diniatkan sebagai tabungan haji.

Sumber: Surya
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved