Berita Lumajang

SOSOK Da'im Warga Lumajang yang Dapat Kalpataru dari Presiden Jokowi, Dulu Dianggap Gila Karena ini

Berikut sosok Da'im, warga Kabupaten Lumajang, Jawa Timur yang dapat Kalpataru dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
istimewa/dok pribadi
Sosok Da'im Warga Lumajang yang Dapat Kalpataru dari Presiden Jokowi. 

SURYA.co.id, LUMAJANG - Berikut sosok Da'im, warga Kabupaten Lumajang, Jawa Timur yang dapat Kalpataru dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Sosok Da'im mungkin sudah tak asing lagi bagi masyarakat Dusun Berca, Desa Sumber Petung, Kecamatan Ranuyoso, Lumajang.

Banyak yang menganggap dia gila karena setiap hari masuk keluar hutan untuk menanam pohon.

Pria berusia 61 tahun itu sudah mengawali kegiatannya itu sejak tahun 1996.

Lantas, seperti apa sosok Da'im? berikut ulasannya.

1. Sempat dianggap gila

Da'im sempat dianggap gila, lantaran setiap hari masuk keluar hutan Lereng Gunung Lemongan Lumajang dan menanam pohon.

Namun, pria berjenggot itu tak peduli, dia terus menanam pohon, terutama pohon-pohon pinang, karena ingin mengatasi erosi dan kebakaran hutan di sana.

Hasilnya, setelah bertahun-tahun menanam pinang, idenya berhasil.

Bahkan masyarakat sekarang di sana kecanduan buah pinang.

Rempah ini mengatasi masalah alam dan telah mensejahterahkan masyarakat.

Sekarang, harga buah pinang tembus Rp 11 ribu/kg.

Bahkan, gara-gara ini, Da'im di usianya 61 tahun terpilih menjadi penerima Kalpataru dari Presiden Jokowi.

Melihat hasil kerja kerasnya berdampak besar dan masyarkat menyukai, Da'im hanya tersenyum dan bilang: 

"Memang tak mudah menjadi orang autentik," katanya Minggu (12/6/2022).

2. Langkah awal konservasi

Da'im mengawali merintis konservasi alam hutan Gunung Lemongan sekitar tahun 1996.

Sebagai warga Dusun Berca, Desa Sumber Petung, Kecamatan Ranuyoso, Lumajang, semula ia mencoba mengatasi kegundulan hutan di sisi barat lereng Gunung Lemongan.

Jarak hutan itu, sekitar 4 kilometer dari rumahnya.

Da'im dulu setiap hari mondar-mandir dari rumah ke hutan dengan berjalan kaki.

Padahal masa itu, sepanjang medan dari rumahnya menuju hutan jarang ada pohon-pohon yang bisa dijadikan tempat berteduh.

"Lemongan dulu panas karena hutannya gundul, sekarang ya sejuk," ujarnya.

Medio itu, Da'im menebar berbagai macam bibit pohon di hutan, di antaranya kopi, durian, nangka, termasuk sirsak.

Namun, tanamannya baru setinggi 3 atau 4 meter banyak yang rusak.

Kalau sudah berbuah sering dimakan binatang.

Belum lagi, gangguan dari ulah tangan-tangan manusia yang tak bertanggung jawab melakukan pembalakan liar.

3. Da'im sempat pasrah

Sekitar tahun 1999 Gunung Lemongan kabarnya ramai pembalakan.

Terlebih 2001, ketika Gus Dur menyatakan ‘hutan untuk rakyat’.

Banyak orang memelintir pernyataan Gus Dur dengan semakin liar membabati hutan di sepanjang Pacitan-Banyuwangi. Hutan Lemongan termasuk dalam deret pembabatan.

"Sudah nyerah itu gak ada hasil apa-apa, terus juga gak ada orang yang mendukung," ucapnya.

Akibat ulah manusia yang semakin semena-mena membuat hutan Lemongan memprihatinkan.

Erosi dan kebakaran hutan semakin sering.

4. Terus berjuang

Tahun 2006, Da'im menyadari degradasi alam tidak bisa diatasi hanya dengan hanya berdiam diri.

Demi menyelamatkannya, harus ada yang bergerak.

Nah, saat itu, dia mulai menanam pohon pinang.

Penanaman pohon pinang biasa dilakukan Da'im selepas pagi hari ketika baru lepas subuh.

Dia setiap hari pergi ke hutan berjalan kaki.

Orang-orang saat itu, menganggap Da'im gila.

Mereka menilai buah pinang tidak ada nilai ekonomisnya.

Sebab, saat itu harga buah pinang lebih murah ketimbang beras.

Tapi cemooh orang-orang hanya dianggap Da'im sebagai omong kosong belaka.

Sebab, dia sudah membuktikan pohon pinang adalah tanaman yang paling cocok tumbuh di Lemongan.

Lebih kuat dari gangguan hama binatang dan juga akarnya bisa menyimpan banyak cadangan air, sehingga bisa mengatasi penyebab kebakaran hutan.

Lagi pula, niat awal Da'im bukanlah mencari keuntungan materi.

Tapi menyelamatkan hutan dari kondisi kritis.

Tahun demi tahun, Da'im terus konsisten menebar bibit.

5. Kini membuahkan hasil

Tak terasa 12 tahun kemudian, sudah 10 ribu pohon pinang tertanam di lereng gunung.

Rata-rata Tinggi pohon sudah sekitar 7 meteran.

Sekali panen, Da'im bisa mendapat buah pinang sebanyak 8 ton.

Yang menakjubkan, sekarang harga buah pinang per kilogram di tengkulak tembus Rp11 ribu.

Ini lebih mahal ketimbang beras.

"Nah sekarang mulai banyak yang ikut-ikutan tanam pinang," ujarnya seraya tertawa.

6. Dua kali dapat kalpataru

Belasan tahun mondar-mandir hutan, rupanya kebiasaan Da'im juga dilirik oleh Dinas Lingkungan Hidup Lumajang.

Dia dianggap sebagai sosok perintis konservasi Gunung Lemongan.

Karena inilah, tahun 2021, bapak tiga anak itu menerima penghargaan piagam Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Ditambah lagi, tahun ini dia mendapat penghargaan yang sama dari Presiden Joko Widodo.(Putra Dewangga/Tony Hermawan/SURYA.co.id)

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved