KKB Papua
Benny Wenda Koar-koar di Tengah Kebrutalan KKB Papua, Minta Bebaskan Victor Yeimo dan 8 Mahasiswa
Di tengah kebrutalan KKB Papua, Benny Wenda malah berkoar-koar meminta Victor Yeimo dan 8 Mahasiswa dibebaskan.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Di tengah kebrutalan KKB Papua, Benny Wenda malah berkoar-koar meminta Victor Yeimo dan 8 Mahasiswa dibebaskan.
Tuntutan ini diungkapkan Benny Wenda tepat saat aksi KKB Papua semakin brutal, yaksi aksi pembacokan terhadap tukang ojek di Kabupaten Puncak.
Dia menuntut Pemerintah Indonesia harus bebaskan tahanan politik, hentikan penangkapan pengunjuk rasa.
Benny Wenda menilai Pemerintah Indonesia harus segera membebaskan semua tahanan politik Papua Barat, termasuk Victor Yeimo dan delapan mahasiswa yang ditangkap pada bulan Desember menyusul protes damai.
Seperti dilansir dari TribunPekanbaru.com dalam artikel 'KKB Papua Berulah Lagi, Benny Wenda: Bebaskan Victor Yeimo dan 8 Mahasiswa'.
Menurut Benny Wenda , penangkapan ini tidak lain adalah upaya untuk membungkam seruannya yang adil untuk kebebasan.
Delapan mahasiswa itu yakni Malvin Yobe, Devio Tekege, Ambros Elopere, Maksi You, Paul Zode Hilapok, Luis Sitok, Ernesto Matuan, dan Melvin Waine.
Dalam keterangannya, Benny Wenda menuding, mereka telah ditahan atas tuduhan makar tanpa perawatan medis yang memadai selama enam bulan.
Benny Wenda mempertanyakan kejahatan mereka.
Katanya, hanya berdemonstrasi dengan bendera Bintang Kejora buatan sendiri pada hari nasionalnya, hari ketika orang Papua Barat dan orang-orang di seluruh dunia mengekspresikan penentangan damai terhadap pemerintahan kolonial Indonesia.
"Indonesia telah meningkatkan penindasan mereka karena orang Papua Barat telah menolak pembaruan Otonomi Khusus dan rencana Indonesia untuk membagi negara kita menjadi lima provinsi," tegas Benny Wenda .
Iklan untuk Anda: Ular boa Menyerang seekor jaguarundi! Hal Terjadi Selanjutnya Mengejutkan Semua
Advertisement by
Benny Wenda menambahkan, orang Papua Barat tidak menginginkan skema kolonial ini, lebih dari 600.000 dari mereka menandatangani petisi menentang Otonomi Khusus, dan ribuan orang turun ke jalan untuk memprotes penerapannya.
Selain itu, Benny Wenda menilai, bahkan Gubernur Papua Barat Lukas Enembe dan MPR, keduanya dilantik oleh Jakarta, telah menolak rencana Indonesia.
"Dalam protes lain pada hari Jumat 3 Juni, orang Papua Barat akan kembali turun ke jalan dengan damai untuk menolak rencana pemisahan Indonesia.
Orang Papua akan terus memprotes, Indonesia harus menyadari bahwa mereka tidak bisa memaksa rakyat saya untuk menerima Otonomi Khusus, bahkan di bawah todongan senjata.