KKB Papua
Ratusan Pasukan KKB Papua Tenteng Senjata Ritual Magis Dipimpin Petinggi OPM, Libatkan Ibu dan Anak
Beredar foto dan video ratusan pasukan KKB Papua mengikuti ritual di benda magis dan didoktrin langsung oleh petinggi Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Sebagaimana terkuak dari video viral tersebut, benda yang diletakkan pada altar kecil itu, sepertinya punya daya magis.
Pasalnya, setiap anggota KKB yang menjamah benda kecil tersebut, serta merta mengucapkan janji setia pada perjuangannya.
Dengan suara yang lantang membahana, anggota KKB itu mengucapkan secara langsung janji setianya pada Papua.
"Saya berjanji, demi orang tua saya, demi nenek moyang, demi tulang belulang dan demi injil, saya taat pada perjuangan Papua merdeka."
Kalimat tersebut diucapkan dengan lantang oleh Aloysius Kaleme, Komandan Operasi Angin Barat, seraya mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
Dengan pakaian seragam loreng yang tampak mulai kumal, Aloysius Kaleme maju bersama kelompoknya.
Setelah tiba di hadapan pemimpin upacara, tangan kini Aloysius Kaleme menyentuh benda pusaka tersebut dan tangan kanannya diacungkan setinggi-tingginya.
Dalam posisi itulah ia mengucapkan secara spontan sumpah setianya pada Papua.
"Demi orang tua saya, demi nenek moyang, demi tulang belulang, demi injil dan demi tanah Papua, saya taat pada perjuangan merebut merdeka," tandasnya.
Terbetik kabar, bahwa ritual semacam ini rutin digelar oleh TPNPB-OPM. Ritual itu semacam pembaharuan janji bagi semua awak KKB.
Meski video ini viral di media sosial, namun tak disebutkan di tempat mana dilangsungkannya pengucapan sumpah janji oleh awak KKB tersebut.
Yang disuguhkan hanyalah gambaran tentang sebuah upacara resmi yang diselenggarakan secara khidmat oleh TPNPB-OPM di Papua Barat.
Dalam upacara tersebut, pimpinan TPNPB-OPM tak henti-hentinya membakar semangat anggota KKB dengan menyerukan perjuangan meraih kemerdekaan.
Tak hanya para pria dewasa yang hadir dalam upacara tersebut, tetapi juga kaum wanita baik remaja maupun dewasa.
Bahkan anak-anak pun diikutsertakan dalam upacara tersebut. Meski jumlahnya tak sebanyak orang dewasa, namun mereka ikut maju sampai ke depan altar yang bertakhta batu keramat.