Berita Pamekasan

Jagal Sapi di Pamekasan Waswas Sambut Idul Adha, Pesanan Menurun Tajam Akibat Wabah PMK

Walau PMK itu tidak menular ke manusia, namun masyarakat sudah mulai ketakutan untuk mengonsumsi daging sapi atau kambing.

Penulis: Muchsin | Editor: Deddy Humana
surya/muchsin
Rumah Potong Hewan (RPH) di Jalan Jagalan, Kecamatan Kota Pamekasan terlihat sepi. Dalam sehari hanya menangani 1-2 ekor sapi sehari sejak merebaknya PMK. 

SURYA.CO.ID, PAMEKASAN – Meski penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak sapi atau kambing belum ditemukan di Pamekasan. Meski begitu, kabar mewabahnya PMK di beberapa daerah, termasuk kabupaten tetangga di Madura, berdampak pada pesanan untuk penyembelih atau jagal terutama menjelang peringatan Hari Raya Idul Adha bulan depan.

Para jagal, termasuk yang bekerja di Rumah Potong Hewan (RPH) di Pamekasan, mulai waswas dan resah. Merebaknya PMK sapi di sejumlah wilayah Jawah Timur, sejak sebulan belakangan ini mempengaruhi jual beli sapi dan pemotongan hewan sapi.

Walau PMK itu tidak menular ke manusia, namun masyarakat sudah mulai ketakutan untuk mengonsumsi daging sapi atau kambing.

Seperti diungkapkan Ali Wafa (45), seorang jagal sapi asal Kelurahan Barurambat Kota, Kecamatan Kota Pamekasan, Jumat (3/6/2022). Menurut pria yang sudah 22 tahun bekerja sebagai jagal sapi itu, ia biasanya menangani 1-2 ekor sapi per hari sebelum adanya informasi tentang PMK.

"Namun beberapa hari belakangan ini, hanya ada satu sapi yang ditangani. Bahkan ada juga teman sesama jagal sapi yang tidak mendapat pesanan. Kadang sehari menyembelih satu ekor, kadang tidak. Ini akibat merebaknya PMK yang membuat konsumen waswas untuk mengusumsi daging sapi," kata Wafa kepada SURYA.

Wafa juga berdagang sapi yang kemudian disembelih di RPH. Ia masih ingat bahwa tahun-tahun sebelumnya pada H-4 Idul Adha, ia bisa menyembelih 4 – 5 ekor sapi setiap hari.

Dan kepada langganannya, ia meyakinkan bahwa sapi miliknya yang disembelih dan dijual dalam kondisi benar-benar sehat. Tetapi ada saja beberapa warga yang cemas terhadap kondisi sapi.

“Saya terus menerus meyakinkan masyarakat yang selama ini menjadi langganan saya, jika sapi yang saya jual ini sehat tidak terpapar PMK,” kata Wafa.

Karena itu Wafa berharap wabah PMK segera berakhir, agar penjualan sapi tetap stabil seperti tahun-tahun sebelumnya. Apalagi menjelang Idul Adha, biasanya kebutuhan sapi meningkat, namun bisa jadi menurun akibat adanya PMK.

Sedangkan Abdul Holik (37), warga Jalan Jagalan, Pamekasan, yang setiap momen Idul Adha selalu dimintai tolong warga untuk memotong sapi kurban, juga mulai gelisah. Ia khawatir saat Hari Raya Kurban nanti, undangan untuk memotong sapi kurban menurun.

Holik mengakui, biasanya sebulan menjelang Hari Raya Idul Adha, sudah ada warga yang menghubungi untuk meminta bantuan memotong sapi kurban.

“Merebaknya PMK ini tentunya menghantui bagi pedagang sapi. Termasuk nanti di saat Hari Raya Kurban, saya memprediksi warga yang akan berkurban menurun,” ungkap Holik. ****

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved