Berita Lumajang
1000 Ekor Lebih Hewan Ternak di Lumajang Terkena Wabah Penyakit Mulut dan Kuku
Pemkab Lumajang dinilai belum menemukan solusi jitu untuk menangani masalah penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak.
Penulis: Tony Hermawan | Editor: irwan sy
Berita Lumajang
SURYA.co.id | LUMAJANG - Pemkab Lumajang masih belum menemukan solusi jitu untuk menangani masalah penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak.
Pemkab masih maju mundur menutup perdagangan ternak lintas daerah, padahal sudah 1.000 lebih hewan ternak di Lumajang terinfeksi wabah penyakit mulut dan kuku tersebut.
Sejak awal Mei PMK menjadi wabah hingga saat ini sudah ada 997 ekor sapi tertular, 42 ekor kambing, 15 ekor domba.
Temuan terbaru, wabah ini sekarang juga sudah menyerang 68 ekor kerbau.
Banyaknya hewan ternak yang sudah tertular membuktikan bahwa pemerintah harus segera bergerak secara maksimal mencari alternatif solusi.
Sebab tanpa penanganan serius dan komperhensif, potensi penularan bisa semakin besar.
Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengatakan, pihaknya saat ini masih menimbang terkait keputusan penutupan pasar hewan.
Sebab, risiko kematian sapi masih terbilang kecil, yakni sekitar 1,5 persen.
Kemudian hal yang menjadi dilematis adalah sekarang sudah banyak warga yang mulai bersiap menjual hewan-hewan ternak.
Sebab, momen Hari Raya Idul Adha sudah semakin dekat.
"Dalam waktu dekat saya akan sampaikan terkait keputusan ini," kata Bupati Thoriq.
Upaya yang dilakukan pemda yang terlihat sekarang yaitu menerjukan tim satgas.
Petugas ini melakukan tugas pemetaan wilayah hewan ternak di mana saja yang paling banyak tertular PMK.
Kabarnya, sampai sekarang hewan ternak di Kecamatan Pronojiwo dan Tempursari masih terbebas dari PMK.
Kemudian beberapa hari lalu, tim satgas juga terlihat turun ke desa-desa.
Mereka membagikan obat antibiotik kepada warga agar diberikan kepada hewan ternak yang tertular PMK.
Namun, sejauh ini langkah tersebut belum terbukti bisa maksimal memutus rantai penularan PMK.
Dugaannya, jumlah obat-obatan yang disebar belum memenuhi kebutuhan sapi hingga sampai masa pemulihan.
Selain itu, diyakini kuat zat formula untuk membunuh virus belum beredar.
Karena kabarnya Kementerian Pertanian baru mulai menyalurkan vaksin pada minggu depan.
"Besok saya akan koordinasi dengan seluruh kepala desa dan camat mengurai solusi PMK di masing-masing wilayah," pungkasnya.