KKB Papua
Derita Jadi Anggota KKB Papua, Makan dan Tidur Susah hingga Selalu Sembunyi, ini Kata Eks Anggotanya
Terungkap derita jadi anggota KKB Papua, makan dan tidur susah hingga selalu sembunyi dari kejaran aparat TNI-Polri.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Iksan Fauzi
Jika mendapat tembakan TNI Polri, tak jarang anggota KKB sembunyi di lubang hingga di gua-gua.
Dalam situasi yang demikian, katanya, mereka dipaksa harus bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Makanya, meski perut terasa lapar, badan terasa lelah, tapi tidak ada cara lain kecuali mengikuti pergerakkan KKB, mengikuti perintah pimpinan.
Delson Telenggan mengaku bahwa selama berada di hutan, ia dan puluhan teman lainnya dipimpin oleh Puron Wenda.
Puron Wenda merupakan salah satu orang kepercayaan Benny Wenda. Sementara Benny Wenda baru-baru ini mengklaim dirinya sebagai Presiden Sementara Papua Barat.
Delson Telenggen mengatakan bahwa seperti halnya pimpinan KKB yang lain, Puron Wenda juga tegas dalam memimpin pasukan.
Setiap pergerakan KKB, misalnya, harus sesuai target. Bila targetnya adalah penyerangan pos TNI, maka itu harus dilaksanakan.
Bila targetnya adalah menembak TNI Polri saat berada di tengah hutan, katanya, maka itu mutlak dijalankan, seperti yang terjadi selama ini.
Begitu juga bila yang disasar adalah warga sipil, maka anggota KKB itu bergerak menyasar orang-orang yang diincar.
Selama bergabung dengan kelompok bersenjata, ungkap Delson Telenggen, dirinya tak pernah melihat kota. Hal yang sama dialami anggota lainnya.
Bahkan untuk berbelanja saja, anggota KKB sulit mendapatkan akses. Sebab semua pintu telah disekat habis oleh TNI Polri.
Dalam keadaan yang serba susah itu, katanya, ia lantas memutuskan untuk meninggalkan kelompok separatis tersebut.
Ia ingin kembali ke kampung halamannya dan merenda hidup bersama keluarga dan sesama warga lainnya di Pori Kampung Tarpajo.
Keputusannya itu, lanjut dia, tentu saja tidak disampaikan kepada Puron Wenda, atau sesama anggotanya.
Ia merahasiakan keputusannya sambil menunggu waktu yang tepat untuk berjalan pulang ke tanah kelahirannya di Pori.