Ramadan 2022

Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI Jatim Dr H Sukadiono dr MM: Melawan Patologi Sosial

Selain memperkuat kesalehan diri, Ramadan juga menjadi momentum menguatkan kesalehan sosial.

Editor: Cak Sur
Istimewa
Dr H Sukadiono dr MM, Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI Provinsi Jawa Timur dan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya. 

Platform pinjaman online atau trading menjanjikan kemudahan. Tidak perlu tatap muka, orang dijanjikan bisa menerima hasil secara instan. Tetapi akibat dari itu semua, tidak jarang berakhir dengan kondisi yang mengenaskan.

Kondisi di atas yang membuat kesalehan sosial menjadi relevan. Praktik kesalehan sosial merujuk pada perilaku peduli kepada orang-orang yang rentan.

Kesalehan sosial adalah tindakan yang tidak hanya ditandai dengan rukuk dan sujud, puasa, haji dan ibadah lainnya. Kesalehan ini mengukur seberapa besar seseorang memiliki kepekaan sosial atas kondisi aktual.

Dalam sebuah hadits diceritakan seorang sahabat yang memuji kesalehan orang lain di depan Nabi Muhammad. Nabi bertanya, “Mengapa ia kau sebut sangat saleh?”

Sahabat itu menjawab, “Karena tiap saya masuk masjid ini dia sudah salat dengan khusyuk. Dan tiap saya sudah pulang, dia masih saja khusyuk berdoa.”

“Lalu siapa yang memberinya makan dan minum?” tanya Nabi lagi.

“Kakaknya,” sahut sahabat tersebut.

Lalu Nabi berkata, “Kakaknya itulah yang layak disebut saleh”.

Sahabat itu pun diam. 

Patologi sosial

Gambaran dari cerita di atas menegaskan, bahwa ibadah ritual saja tidak cukup. Diperlukan praktik sosial untuk melengkapinya. Hal paling relevan dalam konteks hari ini adalah ibadah puasa di bulan Ramadan yang sedang kita jalani.

Puasa memiliki dimensi horisontal yang kental seperti menyantuni orang duafa, peduli anak yatim dan praktik ibadah sosial yang lain. Dalam konteks tersebut, banyaknya korban pinjol dan trading ilegal harus menjadi kepedulian kolektif di bulan yang suci ini.

Secara komunal, diperlukan semacam alat kontrol agar masyarakat tidak mudah terjebak persoalan ini.

Secara pribadi, kita semua perlu menjadi bagian aktif dari aktor sosial yang mengampanyekan nilai-nilai dalam literasi digital agar orang terdekat kita tidak mudah terperdaya.

Praktik di atas yang saya sebut sebagai melawan patologi sosial. Melawan patologi sosial merupakan tanggung jawab kita semua pada momentum Ramadan ini, tentu kita tidak boleh lengah dan terus menguatkan solidaritas sosial.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved