Berita Entertainment

Prediksi Mayjen Sintong pada Ayah Reino Barack Meleset: Semua Lari dari Soeharto, Saya Tidak

Prediksi Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Sintong Panjaitan pada ayah Reino Barack, Rosano Barack ternyata meleset. Rosano tetap setia pada Soeharto.

Editor: Tri Mulyono
instagram
Rosano Barack saat menerima sungkem menantunya, Syahrini. Foto kanan: Syahrini dan suaminya Reino Barack. Prediksi Mayjen Sintong Panjaitan pada Rosano Barack ternyata meleset. Rosano tetap setia pada Soeharto. 

Dikutip dari website PT Global Mediacom, pengusaha berumur 66 tahun itu menjabat sebagai komisaris utama sejak 29 Mei 1998.

Ia menempati posisi tinggi itu kurang dari 10 hari setelah Soeharto lengser.

Hal ini seolah menunjukan kesetiaan Rosano, yang berkomitmen akan tetap bersama keluarga Cendana meski dalam kondisi sulit sekalipun.

Sebagai founder dari PT Bimantara Citra yang berganti nama menjadi PT Global Mediacom pada 27 Maret 2007, Rosano dikenal sebagai pengusaha yang berlimpah materi.

Dikutip dari laman marketscreener.com, harta Rosano ditaksir mencapai US$ 35 juta atau sekitar Rp 490 miliar dengan nilai tukar Rp 14.000 per dolar AS.

Ia juga memiliki sejumlah bisnis lain seperti PT Plaza Indonesia Realty Tbk, PT Nusadua Graha International, PT Panasonic Manufacturing Indonesia, PT Panasonic Gobel Indonesia dan PT Jababeka Plaza Indonesia.

Tak salah jika Reino Barack memilih untuk terjun ke dunia bisnis. Selain sang ayah seorang usahawan besar, beberapa lini bisnis yang dimilikinya ditangani langsung oleh pria yang menikahi Syahrini.

Sintong dan Rosano 

Seperti dikutip dari buku Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando karangan Hendro Subroto, Mayor Jenderal TNI Sintong Panjaitan diangkat menjadi Panglima Kodam IX/Udayana pada tanggal 12 Agustus 1988.

Sebagai penangggung jawab keamanan wilayah, Sintong banyak bersentuhan dengan aspirasi masyarakat banyak, serta perkembangan sosial ekonomi di wilayahnya.

Maklum saja, wilayah Kodam IX/Udayana khususnya Bali merupakan daerah yang bernilai emas di mata pelaku bisnis.

Menjelang akhir dekade 1980-an, anak-anak Presiden Soeharto mengembangkan kiprahnya di bidang bisnis, salah satunya adalah Bambang Trihatmodjo yang berencana menanamkan investasi di Bali.

Dalam kaitan ini muncul suara dan saran agar Sintong menemui Bambang ke Jakarta, karena putra ketiga Soeharto ini mempunyai masalah di Bali.

Namun, Sintong tidak mau pergi ke Jakarta untuk sekadar bertemu anak Soeharto.

Apabila Presiden/Panglima Tertinggi ABRI, Menteri Hankam, Panglima ABRI atau KSAD yang memerlukan Sintong pergi ke Jakarta, ia pasti akan berangkat langsung pada kesempatan pertama.

Halaman
1234
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved