Berita Madiun

Rumah KH Ali Mursyid di Balerejo Madiun Punya 5 Tempat Ibadah Agama, Dibuka untuk Umum

Rumah milik KH Ali Mursyid di Desa Bulakrejo, Balerejo, Kabupaten Madiun, punya tempat ibadah lima agama dalam satu halaman rumah.

Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: irwan sy
Sofyan Arif Candra Sakti/TribunJatim.com
Rumah milik KH Ali Mursyid di Desa Bulakrejo, Balerejo, Kabupaten Madiun, punya tempat ibadah lima agama dalam satu halaman rumah. Rumah itu dibuka untuk umum. Tampak sebuah pura (kiri) dan gereja kecil dalam foto yang ditampilkan. 

SURYA.co.id, MADIUN - Sebuah rumah megah berdiri di Desa Bulakrejo, Balerejo, Kabupaten Madiun.

Berbeda dengan rumah yang lain, rumah ini mempunyai tempat ibadah dari lima agama, mulai dari Mushola, Klenteng, Vihara, Pura, hingga Gereja.

Rumah tersebut dibuka untuk umum.

Bagi siapapun yang ingin berkunjung dipersilakan tanpa dipungut biaya sepeserpun.

Jika akan masuk ke halaman rumah tersebut, dua patung harimau yang mengapit bola dunia menyambut di atas gapura yang didominasi warna biru muda.

Di depan pintu gerbang utama, pengunjung akan melihat lukisan Bima bersama Dewa Ruci dalam bentuk 3 dimensi.

Setelah masuk ke halaman utama, barulah pengunjung melihat bangunan rumah utama yang megah bertingkat dua dengan berbagai ornamen yang menghiasi dinding dan berbagai sudut rumah.

Di depan rumah tersebut, berdiri mushola lengkap dengan tempat wudhu dan toiletnya.

Di belakang mushola tersebut terdapat makam pemilik rumah tersebut yaitu KH Ali Mursyid.

Makam ini dibangun cukup unik dengan hiasan ribuan batu kali dan kelereng yang ditempelkan di nisan serta gazebo yang menaunginya.

Jika berjalan lebih jauh, pengunjung akan melihat kolam besar yang dikelilingi rumah ibadah dengan simbol khas masing-masing agama.

Mulai dari klenteng dengan simbol Dewi Kwan Im, lalu Vihara dengan simbol Pagoda dan patung Budha di dalamnya.

Di sebelahnya berjajar rumah ibadah umat Hindu yaitu Pura dan dua gereja rumah ibadah umat Kristen dan Katholik.

Sedangkan di atas kolam tersebut, berdiri megah mushola yang dihubungkan dengan jembatan putih di depan gereja.

Kepala Desa Bulakrejo, M Zaenuri, mengatakan kelima tempat ibadah tersebut mulai dibangun KH Ali Mursyid sejak tahun 1980-an.

Dulunya, KH Ali Mursyid juga seorang Kepala Desa Bulakrejo.

Setelah mengundurkan diri sebagai kepala desa, dirinya berguru ke satu kiai di Bangil, Kabupaten Pasuruan.

"Beliau pernah bilang, suatu saat ini akan jadi ikon Desa Bulakharjo. Yang datang insyaallah banyak dan bisa-bisa jadi milik negara," kata Zaenuri, Rabu (1/12/2021).

Zaenuri mengatakan setelah pulang dari Bangil, KH Ali Mursyid bukan hanya semakin religius namun juga nasionalismenya semakin besar.

"Beliau ini seorang kiai tapi juga seorang nasionalis, sangat menjaga kebhinekaan. Salah satu wujudnya dengan membangun rumah ibadah dengan ini," lanjutnya.

Dari wasit KH Ali Mursyid, rumahnya tersebut boleh dikunjungi siapapun dan dibuka untuk umum.

"Siapapun pergi ke sini boleh. Yang berkunjung setiap hari ada, akhir pekan malah semakin banyak. Ada yang dari Surabaya, Ngawi dan daerah lain," jelas Zaenuri.

Sedangkan untuk warga sekitar sendiri juga menjadikan rumah tersebut sebagai tempat belajar, edukasi, dan rekreasi.

"Anak-anak TK, PAUD, juga dibawa kesini dianggap tempat rekreasi," tambahnya.

Zaenuri mengatakan rumah tersebut dibangun secara bertahap oleh KH Ali Mursyid sejak tahun 1980.

Zaenuri menyebut almarhum KH Ali Mursyid merupakan mantan kepala desa dan tokoh agama setempat yang pernah menimba ilmu dari berbagai pondok pesantren.

"Beliau ini bukan pengusaha. Ketika ada yang sakit bisa diobati hingga sembuh, keluarganya ini kembali lalu memberi hadiah," kata Zaenuri.

Tamu dari KH Ali Mursyid bermacam-macam, mulai dari masyarakat sekitar, pengusaha, hingga pejabat dari berbagai daerah.

"Saat berhasil disembuhkan, ada yang menyumbang semen, pasir, dan yang lain. Jadi membangunnya berkelanjutan, tidak langsung jadi," jelas Zaenuri.

Rumah tersebut mempunyai luas 0,25 hektare yang berdiri di tanah seluas 1,5 hektare.

Zaenuri mengatakan KH Ali Mursyid tidak mempunyai keturunan karena memang tidak pernah menikah hingga meninggal pada tahun 2007 lalu.

Saat ini, rumah tersebut dihuni oleh keponakan KH Ali Mursyid yaitu Ali Muslih.

"Pak Ali Muslih ini pernah tinggal di Arab Saudi cukup lama. Saat ini usianya sekitar 54 tahun dan belum menikah juga," jelas Zaenuri yang pernah menjadi Cantrik KH Ali Mursyid.

Namun, Ali Muslih ini tidak menjadi tabib seperti KH Ali Mursyid.

Kini, rumah tersebut dibuka untuk umum yang bebas dikunjungi oleh siapapun.

"Yang berkunjung bebas, asalkan tujuannya baik dipersilakan," tambahnya.

Sementara itu, seorang pengunjung, Ulin Nikmah jauh-jauh datang dari Ngawi untuk melihat keunikan rumah tersebut.

Menurutnya rumah tersebut bisa dijadikan tempat untuk refreshing dan menghilangkan penat dari kegiatan sehari-hari.

"Tadi lihat-lihat di google kok ada tempat wisata baru. Kebetulan tadi dari tempat saudara di Madiun lalu mampir," kata Ulin.

Ia terkesan dengan adanya tempat ibadah yang berdiri berdampingan.

Pengunjung lain, Ulin Nasfiyah melihat rumah milik KH Ali Mursyid tersebut unik karena terdapat tempat ibadah lima agama. 

"Ini menunjukkan adanya keragaman. Ketika kita ke sini dengan latar belakang agama masing-masing lalu melihat ada rumah ibadah yang berdiri berdampingan bisa memupuk kerukunan," kata Nasfiyah.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved