Berita Trenggalek
Kisah Etik, Pengusaha Brownies Kering Cemokot Asal Trenggalek : Berkah saat Pandemi
Wanita yang akrab disapa Etik itu awalnya berjualan bakso di salah satu SMP unggulan di Trenggalek.
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Titis Jati Permata
Tak disangka, kemasan baru menghasilkan berkah baru. Penjualan brownies kering Etik melejit.
Produk itu menjadi salah satu yang paling laris di Galeri Gemilang, pusat produk UMKM milik Pemkab Trenggalek.
Cita rasa camilan yang Etik bikin tak usah diragukan.
Sebelum membuat brownies kering, ia sudah berpengalaman membuat kue-kue khas Lebaran.
“Saya membuat camilan brownies kering karena banyak orang yang suka brownies. Tapi kalau brownies biasa, itu kan tidak tahan lama. Semantara banyak orang butuh camilan yang lebih awet,” sambung dia.
Dari pengalaman itu, ia mulai paham bahwa laris-tidaknya produk tak sekadar dari proses produksi. Juga tak cuma soal rasa.
Ada soal kemasan dan pemasaran yang tak bisa dinomorduakan.
Lewat kemasan yang ciamik, produk Etik yang isinya sama dengan sebelumnya bisa jadi makin laris.
Dalam sebulan, Etik rata-rata menjual antara 100-200 kemasan.
Ia juga mulai mengembangkan varian produk dari satu menjadi tiga.
“Saya bikin varian kelor dan red velved. Ketika saya tunjukkan ke pelanggan-pelanggan, responsnya bagus,” terang Etik.
Soal pemasaran, Etik saat ini masih bekerja secara konvensional. Mayoritas produknya dijual secara offline.
Mengandalkan reseller yang berada di banyak daerah, mulai dari Kediri, Blitar, Malang, Surabaya, dan daerah-daerah lain.
Ke depan, Etik ingin juga mengembangkan pasarnya di dunia maya.
Kesibukan dalam produksi membuat Etik kini masih kesulitan merambah pasar daring (dalam jaringan) itu.