Berita Tulungagung
2 Pendekar Cilik Tulungagung yang Tewaskan Calon Pesilat Tengah Malam Tak Ditahan, Ini Alasannya
Beginilah nasib dua pendekar cilik Tulungagung yang jadi tersangka kasus penganiayaan calon pesilat.
Penulis: David Yohanes | Editor: Musahadah
Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana
“Diversi hanya bisa dilakukan pada pidana dengan ancaman di bawah tujuh tahun dan bukan pengulangan,” papar Retno.
Namun FA dan MO tidak ditahan karena ada penjamin dan diwajibkan absen setiap hari.
Perkara akan dilanjutkan hingga proses persidangan serta tergantung penuh pada putusan hakim.
UPPA juga menggandeng Unit Layanan Terpadu Perlindungan Sosial Anak Integratif (ULT-PSAI) untuk mendampingi anak-anak ini selama proses hukum.
“Karena mereka masih anak-anak, mereka berhak mendapatkan pendampingan psikologis,” ucap Retno.
Dua anak-anak ini mengaku baru satu tahun menjadi anggota perguruan pencak silat ini.
Awalnya mereka masih ketakutan dan tidak jujur mengungkap kejadian di balik kematian Lutfi.
Namun setelah penyidik melakukan pendekatan dan merangkul mereka, dua tersangka ini bersikap terbuka dan jujur mengungkapkan kejadiannya.
“Mereka sudah menceritakan semua. Tapi meski ada yang dominan, kejadian ini adalah satu rangkaian, tidak bisa dibebankan pada satu orang,” pungkas Retno.
Kronologi kejadian

1. Latihan bersama 3 calon anggota lain
Kasat Reskrim Polres Tulungagung, AKP Christian Kosasih mengungkapkan, latihan pencak silat itu digelar di rumah salah satu ketua perguruan silat.
Saat itu ada empat pelatih dan tujuh calon anggota yang berlatih.
Namun tiga orang calon anggota di antaranya tidak ikut latihan karena sedang sakit.