Calon Kuat Panglima TNI Laksamana Yudo Margono Ancam Pecat Prajurit LGBT, Ini Profil dan Biodatanya
Nama Laksamana Yudo Margono belakangan ini menjadi sorotan karena digadang-gadang menjadi Panglima TNI menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto.
Dari pembekalan tersebut diharapkan perwira lulusan AAL menjadi generasi penerus yang akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan TNI AL di masa dekade Indonesia emas di tahun 2045.
Mereka diharap memiliki keunggulan dalam pengetahuan, kapabilitas serta landasan moral yang baik, dan karakter kepribadian yang kuat.
Calon Kuat Panglima TNI
Sebelumnya, Laksamana Yudo Margono disebut oleh Pengamat Intelijen, Pertahanan dan Keamanan, Ngasiman Djoyonegoro, sebagai sosok yang layak menduduki kursi Panglima TNI.
Menurut Ngasiman, Yudo punya keunggulan jika nanti menjadi Panglima TNI untuk mengatasi masalah di tanah air.
Hal ini didasarkan pada beberapa alasan.
Pertama, pengamanan wilayah laut dan kepulauan dari pencaplokan oleh negara-negara lain. Akibat potensi eskalasi konflik lintas negara di Laut China Selatan ke depan yang cukup tinggi.
Serta dukungan penjagaan laut yang merupakan garda terdepan dalam menjaga kedaulatan, tentu upaya diplomasi tetap dijalankan. Di samping itu, kejahatan trans-nasional, seperti penyelundupan senjata juga terjadi di laut.
"Yang pertama tentu pengamanan wilayah laut dan kepulauan dari pencaplokan oleh negara-negara lain," tutur Simon, sapaan akrab Ngasiman.
Yang kedua, menurut Simon, Yudo Margono bisa melanjutkan visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Poros Maritim Dunia bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur melalui pengembalian identitas Indonesia sebagai bangsa maritim, pengamanan kepentingan dan keamanan maritim, memberdayakan potensi maritim untuk mewujudkan pemerataan ekonomi Indonesia.
Ketiga, Yudo dinilai bisa membangun sinergisitas dan soliditas dengan tiga Matra dan Polri. Keempat, Yudo juga punya pengalaman memimpin penanganan Covid-19.
Saat memimpin, Yudo memahami bagaimana perkembangan dunia teknologi kesehatan yang diperuntukkan bagi kekuatan militer.
Artinya, dalam upaya mencegah ancaman biowarfare (perang biologi) ke depan, menurut Yudo, sangat diperlukan.
"Yang terakhir, tentu saja karena pengalaman serta loyalitasnya yang tak terbantahkan," kata dia.
Selain itu, sebagai Kasal, tak perlu lagi ditanya tentang loyalitasnya. Garis lurus, itulah jawaban yang akan didapat.