Wawancara Eksklusif

Impian Wali Kota Eri Cahyadi di Ultah ke-728 Surabaya, Sampai Kapan Pun Bu Risma adalah Guru Saya

Penegasan Cak Eri bahwa sampai kapanpun Tri Rismaharini atau Bu Risma, wali kota Surabaya sebelumnya, akan dianggap sebagai guru.

Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Cak Sur
Istimewa/Youtube Harian Surya
Wawancara Eksklusive bersama Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Di tengah kesibukannya sebagai Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi memutuskan berkantor di kelurahan-kelurahan. Eri menjelaskan tujuan dan oleh-oleh yang didapatkan selama blusukan.

Juga penegasan Cak Eri bahwa sampai kapanpun Tri Rismaharini atau Bu Risma, wali kota Surabaya sebelumnya, akan dianggap sebagai guru.

Berikut ini wawancara lengkap Direktur Pemberitaan Tribun Network sekaligus Pemimpin Redaksi Harian Surya, Febby Mahendra Putra dengan Cak Eri.

Anda juga rajin blusukan, ngantor di kelurahan. Apa tujuannya?

Saya tidak boleh mendengar dari satu orang. Namun saya harus bisa mendengar dari semua lapisan. Menyakitkan, mungkin iya. Kekurangan pasti ada. Namun, untuk menyempurnakan pelayanan publik, itu harus dilakukan.

Saat di kelurahan, kami sampaikan, pelayanan publik semuanya harus melalui aplikasi. Ketika warga kesulitan, cukup dengan datang ke kelurahan. Itulah keberhasilan pemerintah dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam membangun kota.

Ada pengalaman menarik saat blusukan?

Pelayanan kota harus penuh terobosan, inovatif, solutif dengan mempertimbangkan aturan yang ada.

Saya sampaikan (contoh), kemampuan kita dalam menyelesaikan sebuah masalah. Jangan sampai masyarakat merasa di-pingpong . Namun, pejabat harus bisa menjelaskan persyaratan apa saja yang dibutuhkan.

Saya berharap, apa yang saya lakukan selama berkantor di kelurahan bisa diteruskan lurah.

Namun, kalau masih ada warga yang ngresulo, bisa langsung kontak dengan saya. Makanya, semua kontak OPD, camat, harus jadi satu. Mereka juga bisa menelepon kepala dinas atau bahkan saya, bisa. Sehingga bisa langsung diputusin. Sehingga, kalau masih belum bisa mutusin, mungkin harus berganti (lurahnya diganti).

Memimpin Kota Surabaya membutuhkan waktu dan energi besar. Bagaimana Anda membagi alokasinya?

Semakin tidak jelas. Sebab, setiap waktu harus keluar (turba). Ketika malam, saya harus keluar. Saya sebelum jadi wali kota pulang pukul 22.00 WIB. Setelah jadi wali kota Alhamdulillah pulang jam 01.00 WIB.

Sebab, setelah selesai kerja, saya harus evaluasi masalah kawan-kawan. Termasuk menyelesaikan masalah untuk dikerjakan keesokan harinya. Sebab, masalah banyak. Kalau solusi ditemukan, sistem kerja cepat.

Bagaimana menjaga kesehatan di masa pandemi?

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved