Berita Banyuwangi
Tangis Haru Nenek Supiyati, Saat Bupati Ipuk Jemput Cucunya yang Terancam Putus Sekolah
Bupati Ipuk pun mengintruksikan jajaran Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi 0lebih proaktif mencari anak yang berpotensi putus sekolah.
Penulis: Haorrahman | Editor: Cak Sur
Selain dibantu untuk sekolah lagi, Bupati Ipuk juga mengintruksikan kepada Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro untuk memasukkan warung Supiyati dalam progran Warung Naik Kelas (Wenak). Warung Supiyati akan mendapat bantuan berbagai alat usaha dan pembenahan warung.
Ipuk juga meminta jajarannya untuk memfasilitasi bantuan kacamata kepada Irma, agar Irma bisa melihat lebih sempurna.
Ipuk mengatakan, PPDB tahun ini harus diikuti dengan program jemput bola kepada para pelajar kurang mampu. Pandemi Covid-19 membuat potensi anak putus sekolah meningkat. Meski biaya dasar sekolah sudah gratis, ada beberapa kendala yang dihadapi keluarga kurang mampu, seperti mengajak anak untuk bekerja membantu orang tua.
“Dengan jemput bola, kita cegah anak putus sekolah," kata Ipuk.
Apalagi, sambung Ipuk, PPDB sebagai sebuah sistem memang terdiri atas beberapa mekanisme. Keluarga kurang mampu bisa jadi kesulitan mengikuti alur yang ada.
“PPDB ini sistem, di situ ada mekanisme yang harus dicermati, seperti pagu sekolah, kemudian harus buka website PPDB. Untuk buka website saja, kan keluarga kurang mampu bisa jadi kesulitan. Makanya harus jemput bola, harus kita dampingi,” ujar Ipuk.
Ipuk pun mengintruksikan jajaran Dinas Pendidikan lebih proaktif mencari anak yang berpotensi putus sekolah.
"Semua harus bergerak. Camat juga harus bantu dampingi pelajar kurang mampu. Termasuk seluruh warga, saling menginfokan, misal ada tetangganya belum daftar PPDB, infokan ke perangkat, agar ditindaklanjuti,” beber Ipuk.
PPDB tahun ini terdapat empat jalur. Pertama, zonasi dengan kuota 50 persen untuk pelajar di sekitar sekolah. Kedua, jalur prestasi 30 persen. Ketiga, jalur afirmasi pelajar kurang mampu 15 persen. Keempat, jalur perpindahan tugas orang tua/wali 5 persen.