Gempa Bumi di Jawa Timur
Pasca Gempa Bumi 6,2 SR, Perum Jasa Tirta I : Delapan Bendungan di Jatim dan Jateng Aman
Gempa itu, kata dia, terasa di beberapa bendungan dengan kisaran sebesar II hingga IV Modified Mercalli Intensity (MMI)
Penulis: Benni Indo | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, MALANG - Gempa tektonik berkekuatan 6.2 Skala Richter (SR), berpusat di 57 Km tenggara Kabupaten Blitar, Jumat (21/5/2021), pukul 19.09 WIB, sempat dikhawatirkan berdampak pada bendungan dan terowongan yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta I (PJT).
Bendungan itu dikelola Perum Jasa Tirta untuk menyimpan cadangan air guna kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan rilis resmi Perum Jasa Tirta I, dari hasil pemantauan visual dan pengecekan fisik, kondisi bendungan dan terowongan masih dalam keadaan normal.
Direktur Utama PJT I, Raymond Valiant Ruritan menjelaskan, dalam dua bulan terakhir ada tiga kali gempa di atas 5 SR.
Gempa itu, kata dia, terasa di beberapa bendungan dengan kisaran sebesar II hingga IV Modified Mercalli Intensity (MMI), sehingga perlu dilakukan pemeriksaan keamanan bendungan.
"Kalau dari gempa yang di Blitar kemarin, sudah kami cek kondisi delapan bendungan dan dua terowongan yang kami kelola masih kategori aman," katanya, Selasa (25/5/2021).
Setelah gempa terjadi, keesokan harinya, tim dari PJT I langsung memantau kondisi bendungan dan terowongan.
Baca juga: DLH Kabupaten Tulungagung Tunggu Hasil Sidang Amdal untuk TPA Baru di Kalibatur
Baca juga: Jelang Peringatan Waisak 2565, Ini Pesan Kepala Vihara Dhammadipa Arama Kota Batu
Baca juga: Pemudik yang Baru Tiba di Kabupaten Lamongan, Wajib Swab dan Jalani Karantina Mandiri
Ia menegaskan, tidak ada retakan dan pergeseran atau rembesan air akibat gempa.
Adapun delapan bendungan yang dipantau, yakni Bendungan Sengguruh, Sutami dan Selorejo di wilayah Kabupaten Malang.
Dua bendungan di Kabupaten Blitar, yakni Bendungan Lahor dan Wlingi.
Lalu Bendungan Wonorejo di Kabupaten Tulungagung, Bendungan Bening di Kabupaten Madiun, dan Bendungan Wonogiri di Jawa Tengah.
Sedangkan dua terowongan yang dikelola PJT I berada di Kabupaten Tulungagung.
Pertama adalah Terowongan Tulungagung I atau dikenal dengan nama Terowongan Niyama yang dibangun tahun 1961.
Kedua adalah Terowongan Tulungagung II atau Terowongan Tulungagung Selatan.
"Dua terowongan ini memang usianya cukup tua, jadi saat terjadi gempa maka setelahnya kami pantau langsung kondisinya. Kondisinya juga cukup aman dan tidak ada tanda-tanda retakan atau pergeseran," ungkapnya.
Hasil pemantauan bendungan dan terowongan pasca gempa Blitar itu juga langsung dilaporkannya pada Dirjen SDA Kementerian PUPR.
Selanjutnya, PJT I melakukan pemantauan kondisi dengan memakai sejumlah instrumentasi keamanan bendungan yang terpasang pada tubuh bendungan.
Hasil dari pemantauan ini akan dianalisa untuk mengevaluasi kondisi infrastruktur secara komprehensif, apakah terjadi perilaku bendungan yang berpotensi membahayakan operasionalnya atau tidak.