Virus Corona di Surabaya
Update Virus Corona di Surabaya 24 April: Stasiun KA Masih Sepi Pemudik, Pemkot Antisipasi Lonjakan
Berikut update Virus Corona (COVID-19) di Kota Surabaya hari ini, Sabtu (23/4/2021) pagi. Kondisi stasiun KA masih sepi, Pemkot antisipasi lonjakan
Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Penulis: Arum | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Berikut ini update Virus Corona ( COVID-19) di Kota Surabaya hari ini, Sabtu (23/4/2021) pagi.
Simak pula berita seputar kebijakan pengetatan perjalanan dan larangan mudik 2021.
Melansir dari laman infocovid-19.jatimprov.go.id, kasus Covid-19 di Kota Surabaya meningkat sebanyak 18 kasus.
Provinsi Jawa Timur juga mengalami lonjakan cukup signifikan, yakni sekira 300 kasus per hari.

Berikut Update Virus Corona di Surabaya.
- Konfirmasi: 23372 (+18)
- Aktif: 124
- Sembuh: 21887 (+20)
- Meninggal: 1361
Berikut update kasus Virus Corona hari ini di seluruh wilayah Jatim (per daerah).
- SEMBUH BARU (+265)
+24 KAB. MADIUN, +23 KOTA MADIUN, +20 KOTA SURABAYA, +20 KAB. BLITAR, +19 KAB. MAGETAN, +16 KAB. PONOROGO, +13 KAB. SIDOARJO, +12 KAB. NGAWI
+12 KAB. TRENGGALEK, +11 KAB. MALANG, +11 KAB. KEDIRI, +10 KAB. NGANJUK, +8 KAB. TULUNGAGUNG, +6 KAB. BANYUWANGI, +6 KAB. PACITAN, +6 KOTA PASURUAN,
+5 KOTA MALANG, +5 KAB. MOJOKERTO, +4 KAB. GRESIK, +4 KAB. BOJONEGORO, +4 KAB. JEMBER, +4 KAB. PASURUAN, +4 KOTA BLITAR, +3 KOTA KEDIRI,
+3 KAB. TUBAN, +2 KAB. SAMPANG, +2 KAB. JOMBANG, +2 KOTA BATU, +1 KAB. SITUBONDO, +1 KAB. LAMONGAN, +1 KAB. PAMEKASAN, +1 KOTA MOJOKERTO, +1 KOTA PROBOLINGGO, +1 KAB. BONDOWOSO,
- MENINGGAL BARU (+24)
+1 KAB. MALANG, +2 KAB. KEDIRI, +3 KAB. PONOROGO, +2 KAB. JEMBER, +1 KAB. SITUBONDO, +1 KAB. MADIUN, +1 KOTA MADIUN, +4 KAB. BLITAR, +2 KAB. MAGETAN, +1 KAB. PASURUAN, +3 KAB. TRENGGALEK, +1 KAB. NGANJUK, +1 KOTA MALANG, +1 KOTA MOJOKERTO.
- KONFIRMASI BARU (+300)
+29 KAB. NGAWI, +28 KAB. TRENGGALEK, +23 KAB. MADIUN, +21 KAB. BLITAR, +18 KOTA MADIUN, +18 KOTA SURABAYA, +17 KAB. PONOROGO, +15 KAB. BANYUWANGI, +14 KAB. SIDOARJO,
+13 KAB. MAGETAN, +12 KAB. MALANG, +12 KAB. NGANJUK, +9 KAB. TULUNGAGUNG, +7 KOTA BLITAR, +6 KAB. PACITAN, +6 KOTA MALANG, +6 KAB. MOJOKERTO,
+6 KAB. JOMBANG, +6 KOTA PASURUAN, +6 KAB. TUBAN, +5 KAB. KEDIRI, +4 KAB. JEMBER, +4 KAB. PASURUAN,
+3 KAB. GRESIK, +3 KAB. BOJONEGORO, +3 KOTA BATU, +2 KOTA KEDIRI, +2 KAB. LAMONGAN, +1 KAB. PROBOLINGGO, +1 KOTA MOJOKERTO,
Stasiun KA di Surabaya sepi pemudik
Dipantau SURYA.co.id di stasiun kereta api di Kota Surabaya, belum terlihat aktivitas signifikan pemudik dari dan ke Surabaya.
Di sisi lain, ternyata ada masyarakat yang terlanjur memesan tiket saat khawatir akan adanya aturan pengetatan perjalanan oleh pemerintah.
Seperti Herlina, penumpang asal Kalimantan yang rencananya akan mudik ke Jember.
Ia mudik bersama adik dan ketiga anaknya.
"Kami berangkat mudik duluan sejak dua hari lalu."
"Kami istirahat sebentar di Surabaya, sebelum melanjutkan perjalanan ke Jember," kata Herlina ditemui di Stasiun Gubeng, Jumat (23/4/2021), sebelum berangkat ke Jember.
Ia memutuskan untuk mudik terlebih dahulu, karena adanya pelarangan mudik dari pemerintah, 6-17 Mei. Ditambah, sejumlah kabar yang menyebut masyarakat boleh mudik sebelum pelarangan tersebut.
Namun, begitu sampai di Surabaya, dia terkejut pemerintah mengeluarkan Addendum Surat Edaran Nomor 13 tahun 2021, Kamis (22/4/2021).
Ini mengatur pengetatan persyaratan Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) selama H-14 peniadaan mudik (22 April - 5 Mei 2021) dan H+7 peniadaan mudik (18 Mei - 24 Mei 2021).
Termasuk, mengatur perjalanan di kereta api. Pelaku perjalanan kereta api antarkota wajib menunjukkan surat keterangan hasil negatif tes RT-PCR/rapid test antigen.
Sampelnya diambil dalam kurun waktu maksimal 1 x 24 jam sebelum keberangkatan. Juga bisa dengan surat keterangan hasil negatif tes GeNose C19 di Stasiun Kereta Api sebelum keberangkatan sebagai persyaratan perjalanan.
"Kaget ya, agak berat juga. Tapi kami patuh. Kami sudah cek kesehatan, juga hasilnya negatif," katanya.
Beda halnya dengan Arif Hidayat, warga Pamekasan yang akan berkunjung ke saudaranya di Banyuwangi. Ia tak masalah dengan pengetatan tersebut.
Ia mendukung kebijakan pemerintah untuk melakukan pengetatan perjalanan.
"Masyarakat memang pada akhirnya pikir-pikir untuk pulang kampung," katanya.
"Saya sebenarnya juga sudah berbuat untuk tidak mudik untuk lebaran nanti. Saya ke Banyuwangi cuma untuk menjenguk saudara, rencananya pulang hari Minggu," imbuh pria asli Klaten ini.
Manager Humas PT KAI Daop 8 Surabaya, Luqman Arif menjelaskan, bahwa volume penumpang terus menurun.
Selama 10 hari Ramadan, Luqman menjelaskan, penumpang kereta dalam sehari hanya sebanyak 12.000 dari seluruh stasiun di Surabaya.
”Okupansi hanya 70 persen. Sedangkan jumlah penumpang per hari sekitar sekitar 12 ribu, normalnya bisa 3 kali lipat dari itu," katanya.
"Jumlah keberangkatan juga menurun, dari normalnya 42 keberangkatan menjadi 20 keberangkatan di masa pandemi. Mayoritas, rute jarak dekat,” ujar Luqman.
Pihak stasiun pun telah menindaklanjuti adendum yang dikeluarkan Satuan Tugas Penanggulangan Covid Nasional.
”Addendum tetap kami patuhi, itu sebagai upaya pengetatan dalam melakukan perjalanan,” ujar Luqman.
Tidak hanya tes rapid antigen, tes GeNose masih diwajibkan bagi seluruh penumpang.
"GeNose masih tetap dilakukan pada hari H keberangkatan. Perubahannya pada masa berlaku. Sekarang berlaku 1×24 jam," ujar Luqman.
Langkah antisipasi Pemkot Surabaya
Pemkot Surabaya mengantisipasi warga yang nekad mudik. Tidak hanya bagi warga Surabaya yang baru datang dari luar kota, juga pekerja migran Indonesia yang menjadikan Surabaya untuk wilayah transit.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengungkapkan adanya potensi Surabaya sebagai jujugan pekerja migran yang baru pulang dari luar negeri.
"Kami konsentrasi kepada pendatang yang datang dari luar negeri," kata Cak Eri Cahyadi di Surabaya, Jumat (23/4/2021).
Para pekerja migran akan mengikuti screening untuk dipastikan bebas Covid-19.
Selanjutnya, Pemkot Surabaya juga memastikan bahwa PMI langsung melanjutkan perjalanan ke daerah asal.
Bahkan, pemkot siap memfasilitasi pekerja migran hingga tiba di daerah asal. "Sehingga ketika itu bukan dari kota Surabaya, tapi kota Surabaya dibuat lewatan, maka kita sediakan bus, bisa langsung masuk dan kita antar ke kotanya," kata Cak Eri.
"Contoh (pekerja migran) dari Madura atau di tempat lainnya. Jadi tidak ada istilah untuk berhenti di kota Surabaya," katanya.
Pernyataan Cak Eri ini menjadi kesepakatan antar daerah pada saat pengarahan oleh Pemrov Jawa Timur, Kamis (22/3/2021). "Kemarin kami sudah koordinasi dengan Ibu Gubernur (Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa), Kapolda, Pangdam, dan dengan Forkopimda di Surabaya," katanya.
Terkait Addendum Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021, pemkot juga melakukan pengetatan. "Akan ada pengetatan, itu kami lakukan di titik yang sudah ditetapkan oleh Polda, juga termasuk di Surabaya," katanya.
Dengan masih adanya potensi masuknya pendatang sebelum masa larangan mudik (6-17 Mei), maka pihaknya juga melakukan antisipasi. Di antaranya, dengan screening hingga kewajiban isolasi mandiri.
"Karena sampai dengan 5 April masih bisa masuk, maka menggunakan antigen atau PCR yang berlaku 1x24 jam. Bagi yang sudah masuk, maka ada isolasi mandiri selama 5 hari," terangnya.
"Sementara itu yang kita sepakati. Ini yang kita lakukan hari ini sampai dengan nanti ketika konsentrasinya ketika ada masuk dari luar negeri maupun yang datang dari luar negeri," katanya.
Ikuti Berita Seputar Update Virus Corona di Surabaya dan Penyekatan Jalan lainnya