Gempa Bumi di Jawa Timur
Belum Tersentuh Bantuan, Warga Terdampak Gempa di Malang Gotong Royong Perbaiki Musala
Masjid yang posisinya berada di tengah kampung tersebut tak bisa difungsikan untuk beribadah.
SURYA.CO.ID, MALANG - Sejumlah warga yang tinggal di Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang secara gotong royong memperbaiki Musala Sabilillah yang berada di daerahnya.
Musala Sabilillah sebelumnya sempat rusak, usai terguncang gempa 6,1 Skala Ritcher yang melanda Kabupaten Malang pada 10 April 2021 lalu.
Atap dan tembok masjid sempat roboh, jendela kaca ikut pecah, membuat masjid yang posisinya berada di tengah kampung tersebut tak bisa difungsikan untuk beribadah.
Ketua RT setempat, Isdianto mengatakan, hampir dua minggu pasca gempa terjadi, warga di daerahnya belum mendapatkan sentuhan bantuan apapun dari pemerintah kabupaten Malang.
"Jangankan bantuan untuk memperbaiki rumah, bantuan untuk memperbaiki musala tidak ada. Musala ini diperbaiki atas bantuan dermawan," ucapnya, Jumat (23/4/2021).
Di daerah rumah Isdianto, tercatat ada sebanyak 48 rumah yang rusak dari 80 rumah yang ada.
Kebanyakan rumah tersebut mengalami retak di bagian tembok, dengan tingkatan kerusakan ringan hingga berat.
Baca juga: Profauna : Satwa Liar di Malang Raya Banyak Diburu Untuk Daging Konsumsi
Baca juga: NU Jatim Launching Toko Waralaba Harum Mart, Dilengkapi Vending Machine Produk Sarung
Baca juga: NU Jatim Gelar Istighosah untuk Pencarian Kapal Selam KRI Nanggala 402
Hingga kini warga masih sibuk untuk membenahi rumahnya yang rusak.
Termasuk membenahi Musala Sabilillah agar bisa difungsikan maksimal untuk beribadah.
"Musala ini penting. Jadi harus kami benahi dulu. Selain ada tukang, warga juga gotong royong ikut membantu. Seperti menyiapkan bambu dan lain sebagainya," ucapnya.
Saat bulan suci Ramadan ini, Musala Sabilillah tetap difungsikan masyarakat sekitar untuk salat tarawih.
Jamaahnya pun dibagi menjadi dua, bagi perempuan ditempatkan di halaman depan musala. Sedangkan bagi laki-laki berada di dalam musala.
"Salat tarawih tetap digelar. Bahkan kemarin malam kami sempat menggelar pengajian," ucapnya.
Isdianto sendiri merupakan saksi dari robohnya tembok dan atap bangunan Musala Sabilillah.
Karena jarak rumah dia dengan musala hanya beberapa meter.
"Jadi waktu gempa itu saya lari keluar rumah. Terus menyelamatkan ibu saya. Nah saat di luar rumah itu, tiba-tiba bunyi keras kemudian diiringi suara serpihan kaca dan atapnya masjid roboh," ucapnya.
Isdianto pun berharap ke depan ada bantuan berupa santunan ataupun material yang diberikan kepada masyarakat terdampak gempa di desanya.
Karena selama ini warganya hanya mendapatkan bantuan dari relawan dan bukan dari pemerintah.
"Kami sekarang hanya bisa pasrah menunggu. Semoga pemerintah bisa tanggap agar dapat membantu rumah warga kami yang rusak," tandasnya. (Rifky Edgar)