Wawancara Eksklusif
Thoriqul Haq atau Cak Thoriq, Bupati Gaul Lumajang Gandeng Youtuber dan Rela Dimarahi Warga
Berikut ini Cara Gaul Bupati Thoriqul Haq Pimpin Lumajang, Gandeng Youtuber dan Rela Dimarahi Warga.
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Tri Mulyono
SURYA.CO.ID, LUMAJANG - Sudah 2 tahun lebih Thoriqul Haq atau akrab disapa Cak Thoriq memimpin Kabupaten Lumajang.
Berbagai terobosan pembangunan telah dilakukan untuk menyejahterakan masyarakat Kota Pisang.
Lalu, terobosan-terobosan itu ia sampaikan dengan cara berbeda yang lebih gaul, yakni melalui media sosial (medsos). Ini agar pesan yang ia sampaikan dapat dengan cepat dan mudah diserap oleh masyarakat.
Ia pun tak segan melibatkan para pegiat medsos dan Youtuber apabila ada kegiatan di masyarakat.
"Mereka (Youtuber) saya ajak gabung sekaligus teman wartawan ketika saya berkegiatan," kata Cak Thoriq dalam wawancara eksklusif dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network/Pemimpin Redaksi Harian Surya Febby Mahendra Putra di Kantor Pemkab Lumajang, Senin (19/4/2021).
Selengkanya simak wawancara berikut ini:
Saya melihat Bapak punya channel YouTube sendiri, namanya Lumajang TV. Nawaitu apa yang sebenarnya ingin dibangun ketika banyak tampil di medsos?
Saya itu berkaca saja, semua media massa nasional baik itu cetak, elektonik hampir semua melakukan ekspansi ke media sosial. Program yang hits-hits itu hampir semua punya akun media sosial, termasuk Tribun.
Saya kemudian mengeksplorasi karena cara-cara yang konvensional tidak bisa dipakai dengan adanya perkembangan medsos yang tidak bisa dibendung.
Nah saya kemudian mencari titik temunya karena pemerintah harus menyampaikan apa yang dilakukan kepada masyarakat.
Nah, kemudian saya mencoba meramu kita punya Dinas Kominfo tetapi sering kali kalau pemerintah yang menyampaiakan dalam ruang resmi kurang tersampaikan.
Kaku, itu yang hari ini cari ruang baru. Saya ajak teman-teman yang aktif di media sosial.
Cak Thoriq punya tim? Karena saya lihat kok terstruktur?
Yang terbentuk secara terstruktur banget tidak. Mereka ini teman yang dulu sering ngobrol dan berdiskusi dengan saya.
Ya, Youtuber pada umumnya, ya sudah mereka saya ajak gabung sekaligus teman wartawan lain ketika saya berkegiatan mereka ikut.
Soal saya turun di masyarakat itu, karena saya merasakan kalau duduk di ruang kerja terus rasanya gak enak. Panas, ndak nyaman.
Begitu saya dapat informasi ini dan itu saya harus cek langsung. Itu tanpa ada seting sana-sini. Begitu turun biasanya ada orang lapor datang menyampaikan ada masalah.
Begitu menemukan masalah, dialog lah saya. Begitu dialog, saya menemukan orang-orang yang harus memikirkan kepentingan publik kok malah mikir dirinya sendiri. Itu pasti terjadi dialog, debat.
Loss, bahkan ada orang yang marahi saya. Nah kemudian, mereka yang mengabadikan kumpul dengan saya, tanya ini gimana menampilkannya karena ada orang yang marah ke saya.
Terus saya jawab, gak papa tampilkan saja sekreatifnya tapi kadang malah dibumbu-bumbui sama teman-teman.
Cak banyak orang yang berkomentar positif selesai melihat postingan, bangga tidak?
Enggak juga, karena ada yang kadang komentar, ini pencitraan. Saya normal saja karena harusnya begini.
Saya waktu itu datang di acara penanaman pohon di Klakah. Ketika itu datang ibu-ibu bawa anak melaporkan kalau sekolahnya ditutup, saya buka sendiri itu padahal tidak ada pikiran ini bisa viral.
Saya mikirnya ini benar harus dibela, jadi spontan saja.

Ada tidak sosok yang dijadikan role model Cak Thoriq? Karena model begini kan sudah dilakukan oleh Ganjar Pranowo, Ahok, Bu Risma, terakhir Gibran. Artinya orang-orang spontanitas tinggi ini punya pencitraan yang baik. Memang ada target tertentu Cak ketika nanti tak lagi memimpin Lumajang?
Saya ya begini ini. Spontan, natural. Saya tidak punya pikiran di luar jangkauan hari ini. Pokoknya hari ini saya bisa bekerja keras, manfaatnya bisa dirasakan masyarakat, itu hal yang ingin saya lakukan.
Tapi Cak Thoriq paham tidak, aktif di sosmed akan menaikkan rating sehingga banyak dikenal orang, tidak hanya di Lumajang tapi juga secara nasional?
Saya gak mikir begitu. Saya punya Facebook sejak sebelum jadi bupati. Ya mungkin sekarang jadi bupati yang meminta pertemanan semakin banyak. Yang like semakin banyak.
Saya awal itu niatnya hanya mencari cara semua masalah bisa diselesaikan cepat. Ini contoh, waktu awal saya dilantik mencari cara bagaimana masyarakat merasakan kebijakan saya bisa dirasakan cepat.
Suatu saat saya berkeinginan menutup tempat prostitusi. Setelah diidentifikasi yang datang banyak bukan orang Lumajang, termasuk penjualnya.
Kalau begitu ini problem bukan di kami. Ya sudah saya tutup dan saya dapat laporan itu lahan berdiri di atas tanah kas desa.
Nah saya perintahkan Pak Camat, Satpol PP segera dibongkar. Tapi saya tunggu 2 minggu, sebulan, tapi tidak ada tindak lanjut. Terus saya mikir mungkin saya salah perintah.
Akhirnya saya panggil lagi, berubah perintah saya. Besok dipersiapkan pembongkaran. Akhirnya perintah saya yang betul ini, perintah terakhir.
Berarti ini soal bekerja dan berkeputusan. Nah sambil saya meramu ada kebijakan itu manfaatnya betul-betul terasa.
Cak Thoriq gak punya niat untuk membuka endorsment bagi UMKM karena followers Anda di sosmed banyak?
Itu pernah ada cerita begini, ada orang buka tempat cuci mobil tulisannya “Cuci Mobil Cak Thoriq”.
Begitu itu terjadi banyak yang datang malah minta diskon, alasannya ini kan punya Cak Thoriq, kan justru malah kasihan yang punya usaha.
Tapi kan kalau buka endorsment produk Lumajang berpeluang dikenal orang luar Lumajang?
Ini bener. Bahkan itu saya tidak minta teman-teman yang minta. Ini bagus kemarin roti canai jualan di tepi jalan.
Di samping saya waktu kuliah kan suka makan sekaligus endors. Begitu saya posting langsung ramai. Tapi itu pilihannya dua, ada yang beli ada yang minta diskon.
Belakangan ini kan muncul ide-ide dari banyak kepala daerah untuk membuat satu merek produk yang dibikin, diendorse, dibikin pemerintah daerah dan diproduksi UMKM, ada gak di Lumajang yang menerapkan itu?
Pada awal-awal Covid-19, saya berkeinginan agar stok produk Kabupaten Lumajang dari banyaknya produk yang diintervensi Pemerintah Kabupaten Lumajang.
Saya punya keinginan untuk seluruh produk UMKM dilakukan verifikasi dengan detail kualitasnya, kemudian packaging-nya, kontinuitasnya dan bahan bakunya. Itu yang unggul-unggul itu ada stok produk.
Saya kan lagi membangun mal pelayanan publik dengan stok produk satu lokasi dengan mal UMKM karena mal pelayanan publik pasti didatangi banyak orang.
Gambaran saya mal pelayanan publik ini juga menjadi etalase UMKM dan menjadi jejaring market place.
Ada yang menyarankan ke saya kenapa tidak bikin market place sendiri yang memajang semua UMKM?
Saya sampaikan berat. Mending saya mengintervensi market place yang sudah ada.
Nah saya mau menjaring anak-anak muda untuk nanti begitu mereka mendapat manfaat di tempat itu, misal wi finya lancar mereka diminta untuk menjual produk-produk yang sudah kami stok itu.
Nah semoga Covid-19 segera selesai biar pikiran itu bisa segera kami laksanakan.(tony hermawan)