KKB Papua

Dianggap Mata-mata TNI Polri, Guru di Papua Ini Dibunuh OPM karena Dituduh Tunjukkan Lokasi KKB

Seorang guru di Papua, Oktovianus Rayo dituduh mata-mata TNI Polri yang menunjukkan lokasi OPM. Tudingan disampaikan juru bicara OPM Sebby Sembon.

Editor: Iksan Fauzi
Youtube via Tribun Manado
Organisasi Papua Merdeka (OPM) klaim bunuh seorang guru di Papua lantaran dituduh menjadi mata-mata TNI Polri yang selalu menunjukkan lokasi KKB Papua. 

SURYA.co.id | JAYAPURA - Seorang guru di Papua, Oktovianus Rayo (42) dituduh mata-mata TNI Polri yang telah menunjukkan lokasi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Karena alasan tersebut, diduga OPM menembak guru di Papua tersebut hingga tewas di Distrik Beoga Kamis (8/4/2021) lalu.

Juru Bicara OPM Sebby Sembon melalui rilisnya, Selasa (13/4/2021), mengungkapkan, Manajemen Markas pusat KOMNAS TPNPB telah terima laporan bahwa guru Sekolah Dasar yang ditembak mati di Beoga itu adalah mata-mata TNI Polri yang telah lama diidentifikasi oleh PIS TPNPB.

"Oleh karena itu, tidak ragu-ragu ditembak oleh Pasukan TPNPB,” ujar Sebby.

TPNPB adalah Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat organisasi sayap militer OPM.

Sednagkan PIS adalah Papua Intelijen Service.

Baca juga: KKB Papua Kecele, Helikopter yang Dibakar Sudah Rusak, Ini Daftar Kebiadaban Sabinus Waker Cs

Sebby menuding, semua orang Indonesia yang bertugas di wilayah Pegunungan Papua banyak yang menjadi mata-mata pihak keamanan Indonesia.

“Kami perlu sampaikan kepada semua orang Indonesia yang bertugas di daerah perang di wilayah Pegunungan Papua, bahwa PIS telah dan sedang identifikasi bahwa semua orang Imigran yang bertugas di wilayah Pegunungan Tengah Papua hampir kebanyakan anggota intelijen atau Mata-mata TNI/Polri yang menyamar sebagai Tukang Bangunan, Tukang Sensor, Guru, Mantri dan Petugas Distrik dll,” kata Sebby.

Untuk itu, bila bertugas di daerah perang jangan menjadi mata-mata.

“Oleh karena itu kami menghimbau bahwa jangan menjadi mata-mata TNI/Polri, jika anda bertugas di daerah perang,” ujarnya.

Menurut laporan TPNPB Kodap VIII Intan Jaya pimpinan Gusby Waker, guru Sekolah Dasar yang ditembak di Distrik Beoga Kabupaten Puncak adalah intelijen TNI-Polri.

“Gusby Waker melaporkan bahwa pasukannya menembak mati seorang guru di Beoga karena murni intelijen (mata-mata) TNI PORI.

Ini sesuai laporan PIS TPNPB Kodap VIII Intan Jaya,”ungkap Sebby.

TPNPB tidak akan sembarang menembak bila tidak ada informasi bahasa mereka adalah mata-mata.

“Kami juga tidak sembarang tembak masyarakat Papua maupun non Papua.

Kami sudah tahu kerja TNI POLRI selalu menggunakan tenaga masyarakat sipil maupun PNS atau apapun statusnya, sebagai mata-mata untuk melacak keberadaan kami, maka sikap kami jelas bahwa kami akan tembak karena mereka adalah musuh kami,” kata Sebby.

Perjuangan OPM akan terus berjalan sampai Papua Merdeka.

“Perjuangan kami bukan mencari makan dan minum tetapi, perjuangan kami adalah harga diri kami sebagai bangsa Papua Melanesia.

Kami adalah Pemilik tanah Papua orangnya kulit hitam, Indonesia merebut dan membunuh kami, merampas harta dan kekayaan kami, kami TPNPB membela itu dan mau merdeka.

Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Kolonel Reza Nur Patria saat dikonfirmasi via selulernya terkait tudingan tersebut hanya menyatakan, tengah mencari tahu informasi terkait penembakan.

"Kalau ada perkembangan, saya sampaikan,” kata Reza.

Sebelumnya TPNOPM menembak seorang guru sekolah dasar (SD) di wilayah Kampung Julukoma, Distrik Boega, Kabupaten Puncak, Papua pada Kamis (8/4/2021).

Korban ditembak saat menjaga kios.

KKB Papua bakar helikopter dan 9 ruang sekolah

KKB Papua kecele lantaran helikopter yang dibakar sebelumnya sudah dalam kondisi rusak.

Helikopter tersebut diparkir di Bandara Ilaga Kabupaten Puncak, Papua yang dibakar oleh KKP Papua pimpinan Sabinus Waker.

Berikut ini terdapat daftar kebiadaban Sabinus Waker dan Nau Waker yang telah mengganggu masyarakat Beoga.

KKP Papua pimpinan Sabinus Waker dan Nau Waker telah terang-terangan melakukan intimidasi terhadap masyarakat setempat. 

Pada Minggu (11/4/2021), mereka telah membakar helikopter dan malamnya dilanjutkan dengan membakar sembilan ruangan SMPN 1 Beoga dan sebuah helikopter.

Aksi pembakaran sejumlah ruangan SMPN 1 Beoga di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak diduga dilakukan oleh anggota KKB pimpinan Sabinus Waker.

Kejadian ini hanya berselang beberapa hari usai KKB pimpinan Nau Waker Cs diduga membakar SD Jambul, SMPN 1, dan SMAN 1 Beoga pada Kamis (8/4/2021) sore.

SMPN 1 Beoga berada satu kompleks dengan Sekolah Dasar Inpres Beoga dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Beoga.

"Hari ini tidak ada penembakan, terakhir tadi malam (11/4/2021) mereka bakar enam ruang SMP ditambah satu ruang laboratorium, satu ruangan perpustakaan dan gudang, jadi total sembilan ruangan yang dibakar. Kejadian sekitar 18.25 WIT," jelas Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Beoga Ipda Ali Akbar saat dihubungi Kompas.com (grup SURYA.co.id), Senin (12/4/2021).

Bakar sebuah helikopter

Sebuah helikopter milik PT Ersa Air tak luput dari aksi pembakaran yang diduga dilakukan oleh KKB.

Helikopter itu dibakar pada Minggu malam.

Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Papua Irjen Mathius D Fakhiri menuturkan, helikopter yang diparkir di Bandara Beoga itu dipastikan dalam kondisi rusak.

"Helikopter memang dalam kondisi tidak bisa terbang dan milik swasta, itu dibakar di Bandara Ilaga," bebernya melalui sambungan telepon, Senin.

Fakhiri mengungkapkan, saat membakar helikopter itu, KKB sempat melepaskan tembakan.

Ia menduga, KKB tersebut ingin mengganggu aktivitas penerbangan di sejumlah wilayah pegunungan.

"Mereka mau mengganggu aktivitas penerbangan.

Tentu di titik rawan kami sudah instruksikan untuk memperhatikan betul bandara karena di beberapa titik ini aktivitas hanya bisa lewat udara, seperti Ilaga, Beoga, dan Intan Jaya," ucapnya.

Dia menyampaikan, pada Senin pagi, situasi keamanan di Ilaga kondusif.

Pihak personel Kepolisian Resor Puncak juga telah melakukan olah tempat kejadian perkara.

Kapolda Papua : KKB biadab

Sebelumnya, KKB Papua juga telah menembak dua guru. 

Atas kejadian tersebut, Irjen Mathius D Fakhiri mengutuk keras aksi penembakan yang menewaskan dua guru di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, beberapa hari lalu.

Ia juga meminta KKB yang menembak dua guru tersebut tak mengeluarkan pembenaran macam-macam.

"Jangan mengaitkan ke hal-hal yang lain.

Mereka yang melakukan tindakan itu adalah orang-orang yang tidak berperikemanusiaan, saya mau katakan bahwa perbuatan mereka sangat biadab," ujar Irjen Fakhiri di Timika seperti dikutip dari Antara, Senin (12/4/2021).

Fakhiri juga membantah tudingan KKB yang menyebut guru tersebut merupakan mata-mata TNI-Polri.

Menurut Fakhiri, para guru yang bertugas di pedalaman Papua sangat berjasa mencerdaskan generasi muda.

"Kedua korban itu merupakan guru. Guru-guru ini hadir di sana untuk mencerdaskan generasi muda," kata Fakhiri.

Jenderal bintang dua itu menegaskan, para guru itu membentuk sumber daya manusia di Papua, khususnya di wilayah pedalaman.

"Jadi kalau ada tuduhan semacam itu, bagi saya itu hanya manusia-manusia yang tidak punya nurani," kata Fakhiri.

Seharusnya, kata Fakhiri, masyarakat di pedalaman Papua bersyukur karena masih ada guru yang mau bertugas di wilayah itu.

Hal itu juga berlaku bagi tenaga medis dan pekerja kemanusiaan lainnya.

Tugas mereka sangat penting bagi masyarakat di pedalaman Papua.

Mereka rela bertugas di wilayah pedalaman yang jauh dari segala kemewahan duniawi.

Tujuan mereka jelas, melayani masyarakat setempat.

"Apalagi di daerah pelosok seperti di Beoga itu. Jarang ada guru yang mau berdinas di daerah-daerah seperti itu.

Harusnya mereka melindungi, bukan malah membunuh guru-guru itu," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Komisi A DPRD Mimika Daud Bunga juga mengecam penembakan terhadap dua guru yang merupakan warga asal Toraja itu.

Daud yang juga tokoh masyarakat Toraja di Mimika mengatakan, guru merupakan profesi mulia.

Mereka hadir untuk mendidik anak-anak di pedalaman Papua.

"Tidak semua guru bisa betah bertugas di pedalaman Papua sampai belasan bahkan puluhan tahun," kata Daud.

Daud meminta aparat keamanan memberikan perlindungan maksimal kepada para guru dan petugas pemerintah yang bertugas di pedalaman Papua.

"Mereka semua adalah masyarakat sipil yang hanya mencari nafkah dan menjalankan tugas profesinya sebagai guru.

Mengapa mereka mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi," ujarnya.

Situasi keamanan di Beoga mendadak berubah setelah KKB berulah di lokasi tersebut sejak Kamis (8/4/2021).

KKB menembak Oktovianus Rayo yang sedang menjaga kios di rumahnya di Kampung Julugoma pada Kamis, sekitar pukul 09.30 WIT.

Oktovianus tewas setelah menderita dua luka tembak di rusuk kanan.

Sedangkan, guru matematika Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Beoga, Yonatan Randen, menjadi korban penembakan pada Jumat sore.

Ia mengalami luka tembak di bagian dada. Yonathan sempat dilarikan masyarakat ke Puskesmas Beoga, tetapi nyawanya tak tertolong.

Kedua jenazah dievakuasi ke Mimika pada Sabtu (10/4/2021).

Evakuasi akhirnya bisa dilakukan setelah Pemerintah Kabupaten Puncak membayar sejumlah uang tebusan kepada KKB untuk membiarkan pesawat masuk ke Bandara Beoga. (Tribunnews.com/Kompas.com)

Baca berita lainnya terkait kebringasan KKB untuk menjadikan Papua Merdeka 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved