Sosok Pratu Andreas Putra Asli Papua yang Ikut Misi PBB, Dapat Penghargaan Jenderal Andika Perkasa
Inilah sosok Pratu Andreas Kosi, putra asli Papua yang terpilih ikut dalam misi perdamaian PBB di Kongo. Dapat penghargaan Jenderal Andika Perkasa
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Inilah sosok Pratu Andreas Kosi, putra asli Papua yang terpilih ikut dalam misi perdamaian PBB di Kongo.
Pratu Andreas Kosi ternyata sebelumnya pernah menerima penghargaan dari KASAD Jenderal Andika Perkasa.
Melansir dari tniad.mil.id, delapan personel Batalyon Infanteri 756/WMS mendapat kesempatan berangkat ke luar negeri untuk melaksanakan misi perdamaian PBB.
Baca juga: Daftar Batalyon Kostrad yang Terima Latihan Khusus US Army, Jenderal Andika Perkasa Beri Pesan ini
Baca juga: Satu per Satu KKB Papua Menyerah Dikepung Satgas Nemangkawi, ini Nasib Mereka Seusai Kembali ke NKRI
Mereka tergabung dalam Satgas Kizi Konga XX-Q Monusco Kongo Tahun 2020-2021.
Dalam keterangan tertulis Yonif 756/WMS, dari kedelapan prajurit yang berangkat salah satunya merupakan putra asli Papua yang bernama Prajurit Satu (Pratu) Andreas Kosi.
Pratu Andreas lahir dan besar di Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Banyak prestasi yang sudah ditorehkan oleh prajurit Andreas Kosi ini, salah satunya diberikan kenaikan pangkat luar biasa (KPLB) oleh Panglima TNI.
Pratu Andreas juga mendapat Surat Penghargaan dari Kasad Jenderal Andika Perkasa atas keberhasilan dalam pelaksanaan Tugas operasi Satgaspamrahwan kompi Yonif 756/WMS di wilayah Lani Jaya tahun 2019.
“Selanjutnya Kami mengucapkan terimakasih kepada Pimpinan TNI AD karena telah memberikan kepercayaan kepada anggota Yonif 756/WMS khususnya Putra daerah asli lembah Baliem Wamena untuk mendapatkan kesempatan sebagai pasukan perdamaian dunia di bawah naungan PBB, “ ujar Wadanyonif 756/WMS Kapten Inf Zurilham.
“Kejarlah semua hal yang kamu impikan dan inginkan sampai terwujud.
Tetapi ingat satu hal, semua itu butuh proses. Dan dalam setiap proses yang dilalui, kamu harus memiliki tekad dan keyakinan serta dan yang terpenting selalu libatkan Tuhan dalam setiap langkahmu, ” tutur Zurilham kepada Andres Kosi saat mengantarkan ke rumah keluarganya.
"Kepada Bapa Yeri Kosi (Ayah Andreas Kosi), kami dari Yonif 756/WMS sangat bangga terhadap anak bapak, atas keberhasilannya dalam melaksanakan tugas mengamankan dunia sehingga saya harus mengantarkannya sendiri untuk kembali kepada bapak dan ibu,” ungkap Wadanyonif.
Setibanya Pratu Andreas di kampung halamannya, rombongan langsung disambut dengan adat setempat.
Suasana hangat dan harmonis begitu terasa ketika rombongan dipersilahkan masuk ke rumah Honai yang merupakan rumah Adat Papua.
Orang tua Andreas sangat berterima kasih kepada pimpinan TNI AD karena telah memberikan kesempatan kepada anaknya ikut serta dalam penugasan luar negeri dan membawanya kembali ke rumah dengan selamat.
Harapan dari peristiwa ini agar memotivasi khususnya putra putri asli Papua, bahwa terlahir dan tumbuh di tengah pegunungan tidak serta merta membuat seseorang menjadi terisolasi dan tidak memiliki mimpi, namun dapat berdedikasi menjaga kedaulatan NKRI bahkan di mata dunia internasional melalui profesi menjadi prajurit TNI AD.
Perjuangan Putra Asli Papua Jadi Jenderal TNI AD
Kisah tak kalah inspiratif juga datang dari putra asli Papua, Joppye Onesimus Wayangkau, yang kini menjadi jenderal di TNI AD.
Video kisah perjuangan Letnan Jenderal (Letjen) TNI Joppye Onesimus Wayangkau ini diunggah dalam saluran YouTube TNI AD.
Letjen Joppye Onesimus Wayangkau merupakan putra Papua pertama yang meraih tiga bintang di lingkungan TNI AD.
Letjen Joppye Onesimus Wayangkau baru saja mendapat promosi jabatan sebagai Danpusterad (Komandan Pusat Teritorial Angkatan Darat).
Dalam video tersebut, Letjen Joppye Onesimus Wayangkau mengaku pernah lalui masa sulit sebelum mengemban jabatan tersebut.
Ia mengungkap perjuangan sulit meraih seragam loreng TNI.
Letjen Joppye Onesimus Wayangkau juga lahir saat Papua sedang dalam kondisi mencekam.
Letjen Joppye saat itu dibawa lari keluarga agar tak terkena peluru panas, karena neneknya telah tewas tertembak.
"Saya lahir di Serui tahun 62. Kalau menurut cerita orang tua saya itu sedang bergejolak, Indonesia masuk ke Papua. Sehingga saat saya lahir membawa saya dan keluarga sembunyi ke gua karena takut.
Salah satu nenek saya ada yang tertembak waktu itu, orang tua saya takut. Di sebelah barat Kota Serui, saya besar di situ," ujar Letjen TNI Joppye Onesimus Wayangkau.
Awalnya, Joppye bercita-cita menjadi seorang pilot.
Lantaran dia bersekolah di wilayah landasan pesawat terbang.
Melihat para pilot menggunakan seragam bagus, Joppye bertekad untuk menjadi seorang pilot.
"Saya lihat pilot itu saya cita-cita sekali. Terlihat gagah terus lihat ada pangkatnya. Sampai SMA saya punya cita-cita menjadi pilot," lanjut Joppye.
Untuk mencapai cita-citanya, Joppye bertekad berangkat ke Jayapura untuk sekolah di Dinas Perhubungan.
Sayangnya, kondisi keuangan keluarga Joppye saat itu sedang tidak bagus.
Joppye dengan kecewa harus mengubur impiannya menjadi pilot.
Setelah kandas, Joppye tak menyerah dan memulai lembaran baru untuk kuliah di Proyek Perintis 2 (ITB Bogor) di fakultas Pertanian dan Uncen Manukwari fakultas peternakan.
Selama pendaftaran kulian, Joppye kembali terkendala dengan biaya.
Namun kali ini Joppye tak menyerah, dia saat itu berusaha mencari rupiah dengan ikut menjadi buruh (kuli) bangunan.
"Saya ikut buruh bangunan ngaspal jalan," tegas Joppye Onesimus.
"Iya ikut orang-orang PU, siram aspal di jalan, ngambil pasir. Sangking panasnya siang itu kita istirahat di emperan toko.
Saya ada melihat ada brosur di etalase toko. Saya lihat seragam, sebenarnya saya tidak tertarik 'ah saya dari kampung kalo sekolah pakai seragam gini kan udah pasti ga ketrima'." lanjut Joppye mulai tertarik dengan penerimaan TNI.
"Cuman saya lihat persyaratan-persyaratan itu, justru tulisan paling bawah yang menarik saya. Saya ingat ' Pendaftaran dan Pendidikan Tidak Dipungut Biaya', terus saya berpikir jadi tidak butuh biaya, yasudah saya coba daftar saja," jelas Joppye.
Akhirnya Joppye menerima pengumuman untuk kuliah, dia diterima di tiga tempat yang dia daftari.
"IPB fakultas pertanian, kemudian Uncen fakultas peternakan, kemudian Akabri lulus," lanjutnya.
Joppye akhirnya memilih menjadi abdi negara lantaran pendidikan tidak memikirkan biaya.
Simak video selengkapnya:
Dikutip Warta Kota, Joppye merupakan putra kelahiran Serui, Papua,17 Juli 1962, yang juga lulusan Akademi militer (Akmil) 1986 dari kecabangan Infanteri dan lulusan Lemhannas 2013.
Sebelumnya, Joppye pernah mengemban sejumlah jabatan penting.
Antara lain Danbrigif 24/Bulungan Cakti (2009-2011), Asops Kasdam XVII/Cenderawasih (2011-2012), Danrem 172/Praja Wira Yakthi (2012-2013), hingga Pati Sahli TK III Bid SosbudKum Panglima TNI (2016).
Sedangkan Bogra merupakan putra kelahiran Serui, Papua, 6 Januari 1963, yang lulusan Akademi militer (Akmil) 1987 dan lulusan Lemhannas 2015.
Beberapa jabatan strategis yang pernah diembannya antara lain Kapendam XVII/Cendrawasih (2011), Kasrem 171/PVT (2012), Staf Ahli Pangdam XVII/Cendrawasih bidang Ideologi Politik (2014), hingga Bandep Lingkungan Sosial Setjen Wantannas (2017).
Baca berita lainnya terkait Jenderal Andika Perkasa dan TNI AD