Lifestyle
Kampung Kapasan Dalam Surabaya Identik dengan Kuliner Asli Tionghoa, Ada Nasi Campur Bang Boklan
Kampung Pecinan di Jalan Kapasan Dalam I memiliki kesan tersendiri bagi pengunjungnya.
Penulis: Wiwit Purwanto | Editor: Parmin
SURYA.co.id | SURABAYA - Kampung Pecinan di Jalan Kapasan Dalam I memiliki kesan kuat tersendiri bagi pengunjungnya.
Suasana keguyuban warganya, tradisi leluhur yang dijalankan, hingga ornamen khas budaya Tionghoa menambah semarak Kampung Pecinan Kapasan Dalam makin kental.
Michael salah satu warga, seperti dilansir @banggasurabaya, mengungkapkan kampung Kapasan Dalam dihuni mayoritas etnis Tionghoa. Di kampung tersebut masih ditemui kuliner khas Tionghoa.
Sebagai jujugan wisata, warga kampung Kapasan Dalam sengaja menonjolkan makanan legendaris seperti mie Damian, ayam Kanton, mie, sate babi non halal, pangsit dan sebagainya untuk pengunjung yang datang.
Bahkan ada beberapa depot yang buka menjual makanan seperti Nasi Campur Nyabang Kapasan Dalam 1/2, Nasi Campur Nyaa Bang Boklan, Dapur Cik De Jl. Kapasan Dalam Gang III,.
Ketua RW 08, Jaya Sutianto berharap Kapasan Dalam yang merupakan kampung pecinan tertua di Surabaya dan kini menjadi jujugan wisata, warganya bisa berjualan di depan rumah masing masing setiap hari.
“Tapi saat ini masih pandemi. Hanya pada hari Minggu saja biasanya banyak pengunjung dan dikunjungi komunitas pesepeda,” katanya.
Herly seorang seniman mengatakan Kampung Kapasan Dalam sengaja membangkitkan estetika budaya atau tradisi Tionghoa di masa lalu.
“Tujuan utama mengangkat budaya tradisi dan berkesenian masyarakat Tionghoa jaman dulu. Jangan sampai hanya dimakan waktu, sehingga tidak nampak lagi budaya di masa lalu. Karena budaya Tionghoa memliki filosofi yang menjadi bagian dari kehidupan di NKRI,” jelasnya.