Cita-cita Mulia Syekh Ali Jaber Diungkap Mahfud MD, Suami Umi Nadia Minta Dukungan ke Menko Polhukam

Sebelum meninggal dunia, Syekh Ali Jaber ternyata punya cita-cita mulia. Suami Umi Nadia Minta dukungan ke Menko Polhukam Mahfud MD.

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Tribunlampung.co.id/Deni Saputra
Menkopolhukam Mahfud MD dan Syekh Ali Jaber. Cita-cita Mulia Syekh Ali Jaber Diungkap Mahfud MD 

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi

SURYA.co.id - Sebelum meninggal dunia pada Kamis (14/1/2021), Syekh Ali Jaber ternyata punya cita-cita mulia.

Cita-cita mulia Syekh Ali Jaber ini diungkap oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD dalam cuitan Twitternya.

Suami Umi Nadia itu ternyata memiliki keinginan untuk mencetak sejuta penghafal Alquran.

Syekh Ali Jaber meninggal dunia, Kamis (14/1/2021) dalam kondisi negatif Covid-19.
Syekh Ali Jaber meninggal dunia, Kamis (14/1/2021) dalam kondisi negatif Covid-19. (Dok Kemenko Polhukam)

Baca juga: Momen Romantis Terakhir Umi Nadia dan Syekh Ali Jaber Jadi Sorotan, ini Biodata & Kondisi Sang Istri

Baca juga: Sempat Melihat Jenazah Syekh Ali Jaber, Aa Gym Bersaksi: Wajahnya Tersenyum

Syekh Ali Jaber pernah menyampaikan keinginan tersebut sekaligus minta dukungan ke Mahfud MD.

Dalam cuitan di akun Twitter @mohmahfudmd, awalnya Mahfud MD menyebut Syekh Ali Jaber merupakan sahabat baiknya.

Diketahui juga ternyata Syekh Ali Jaber punya panggilan khusus untuk Mahfud MD.

Ulama tersebut sering memanggil Mahfud MD dengan sebutan guru atau ayah.

"Inna lillah wa inna ilaihi raji'un. Kita kehilangan tokoh penyejuk dan pemersatu ummat.

Ulama besar Syech Ali Jaber wafat hr ini. Beliau menjadi penyambung aspirasi antara ummat dan Pemerintah.

Beliau adalah sahabat baik sy. Krn rendah hati beliau memanggil sy "Guru" atau "Ayah"," tulisnya.

Mahfud MD kemudian bercerita kalau Syekh Ali Jaber sempat mengunjungi kediamannya.

Syekh Ali Jaber membawakan hadiah tasbih, kurma, buku doa, hingga parfum.

Dalam pertemuan itu, Syekh Ali Jaber sempat mengutarakan keinginan untuk memunculkan sejuta penghafal Alquran di Indonesia.

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Syekh Ali Jaber meminta izin dan dukungan Mahfud MD.

"Bbrp hr sblm diberitakan terinfeksi Covid-19 Syekh Ali Jaber ke rmh sy, menghadiahi tasbih, kurma pilihan, buku doa, parfum khas aroma Kakbah.

"Guru, sy mau mencetak sejuta penghafal Qur'an. Tanah dan modal utk gedung sdh mulai terkumpul; mohon dukungan proses perizinan", kt-nya," lanjut Mahfud MD.

Menko Polhukam juga menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke rumah Syekh Ali Jaber.

"Kalau ke rmh Syech Ali Jaber sy diajak makan Nasi Bukhori (kebuli khas Arab) dan duren.

Kalau beliau ke rmh sy maka sy pesankan menu yg sama (minus duren) dari restoran Aljazeera.

Beliau jg pernah mengajak ayah dan adik kandungnya ke rmh sy yg, katanya, ingin kenal dgn saya jg," ungkapnya.

Baca juga: Masa Kecil Syekh Ali Jaber, Dididik Ayah Jalani Perintah Agama Hingga Jadi Ulama Terpandang

Baca juga: Biodata Umi Nadia, Istri Syekh Ali Jaber, Pernah Cemburu, Sang Ulama Sampai Rela Berkorban

Permintaan Terakhir Syekh Ali Jaber

Sebelum meninggal dunia, ternyata Syekh Ali Jaber sempat mengucapkan permintaan terakhir kepada istri dan keluarganya.

Wasiat Ulama Syekh Ali Jaber diceritakan kepada sang istri yakni Umi Nadia.

Ternyata, jika Syekh Ali Jaber wafat ingin dimakamkan di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), bukan di Madinah asal negaranya.

Syekh Ali Jaber beralasan, Lombok mempunyai pesan tersendiri baginya.

Hal itu ia ungkapkan melalui kanal YouTube sasak update yang diunggah ke YouTube, 30 Desember 2020 lalu.

“Ketika saya di Lombok ini, saya jauh lebih merasa nyaman. Karena ada ceritanya.

Pertama saya berjuang di Indonesia memang di Lombok, anak saya lahir di Lombok,” ujarnya dalam Syekh Ali Jaber.

Wasiat Syekh Ali Jaber Sebelum Meninggal, Ingin Dimakamkan di Lombok Bukan di Madinah, Ini Alasannya

Seperti dilansir via Tribunnews.com Wasiat Syekh Ali Jaber Sebelum Meninggal, Ingin Dimakamkan di Lombok Bukan di Madinah, Ini Alasannya

Tak hanya itu, rupanya kedua kakek Syekh Ali Jaber rupanya juga lahir di Lombok dan tewas saat melawan penjajah Jepang.

“Kakek saya dua-duanya kelahiran Lombok. Kakek saya meninggal mati syahid melawan penjajah Jepang di Ampenan Lombok.

Saya sampaikan ke Pak Jokowi waktu ketemu, saya sebenarnya cucu pahlawan tapi belum terdaftar.

Bahkan ayah dari ibu saya sendiri termasuk dia juga kelahiran Indonesia di Bumiayu dan adiknya juga kelahiran Lombok,” ujar Ali Jaber di channel sasak update.

Tidak hanya itu, Syekh Ali Jaber juga mempunyai keinginan mulia membina anak-anak diLombok menjadi calon penghafal Alquran.

“Ya Allah walaupun saya memilih, memohon meninggal di Madinah. Kalau saya ditetapkan meninggal di Indonesia, mohon saya mau dimakamkan di Lombok,” ucapnya.

“Lombok termasuk pulau kesayangan saya, makanya saya tadi sampaikan ke Pak Kanwil, Insya Allah rencana kami bersama Kapolda, untuk kita kedepan memimpin, membina anak anak Lombok menjadi calon hafidz dan hafidzah untuk acara Hafidz Indonesia di RCTI,” pungkasnya.

Biodata Syekh Ali Jaber

Syekh Ali Jaber diketahui lahir di Madinah pada 3 Shafar 1396 hijriah, bertepatan dengan 3 Februari 1976 masehi.

Ia menamatkan studi ibtidaiyah (sekolah dasar) pada 1989 kemudian melanjutkan studi Tsnawaiyah (tamat 1992) dan Aliyah (1995).

Semuanya ditamatkan di Madinah.

Dilansir dari artikel “Mengenal Syekh Ali Jaber Lebih Dekat” sebagaimana diunggah syekhalijaber.com, sejak usia 13 tahun dia sudah menjadi imam di sejumlah masjid Madinah.

Anak pertama dari 12 bersaudara itu telah menjadi penghafal Alquran sejak muda.

Ayahnya dikenal sangat keras dalam mendidik agama anak-anaknya.

Ayahnya ingin agar perjuangannya menyiarkan Islam diteruskan oleh Syekh Ali Jaber sebagai anak pertama.

Di antara guru-guru agamanya adalah Ketua Majelis Tahfidz Masjid Nabawi Syekh Muhammad Ramadhan, Ketua Pengurus Makam Rasulullah Syekh Said Adam, dan Ulama Pakar Alquran di Madinah, Syekh Abdurrahman Kholil.

Sejak pertama kedatangannya di Indonesia pada 2008, dakwahnya mendapat respons yang baik dari masyarakat.

Saking giatnya berdakwah dari kota hingga desa, pada 2011 dia akhirnya mendapat penghargaan kehormatan dengan menjadi warga negara Indonesia (WNI).

Ia juga menikah dengan Umi Nadia, perempuan asli Lombok yang lama tinggal di Madinah.

Semasa hidupnya, Syekh Ali Jaber aktif berdakwah. Selain mengelola yayasan almarhum memiliki lembaga pendidikan Al Quran, Mahir dengan Al Quran. Almarhum juga aktif memperkenalkan Quran Braille Digital.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved