Berita Surabaya

1 Kru Sriwijaya Air SJ 182 Adalah Warga Surabaya, Para Tetangga Ramai Berikan Doa

Salah seorang kru Sriwijaya Air SJ 182 yang hilang kontak dan diduga mengalami kecelakaan jatuh di Kepulauan Seribu ternyata berasal dari Surabaya

Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: irwan sy
Yusron Naufal Putra/TribunJatim.com/IST
Rumah Keluarga FS di kawasan Pagesangan dan tangkap layar saat ibunda FS memohon doa di grup whatsapp warga (kanan). 

SURYA.co.id | SURABAYA - Salah seorang kru dari Sriwijaya Air SJ 182 yang hilang kontak dan diduga mengalami kecelakaan jatuh di Kepulauan Seribu ternyata berasal dari Surabaya.

Kru berinisial FS itu diketahui seorang extra crew pilot pesawat tersebut merupakan warga Surabaya. 

Keluarganya memiliki dua rumah di Kota Pahlawan, di mana salah satu rumah orangtuanya, berada di kawasan Kelurahan Pagesangan. 

Rumahnya berada di deretan perumahan besar itu tampak sepi. 

Dari luar terlihat tak ada aktivitas mencolok di dalam rumah bertingkat itu.

Lingkungannya pun juga lengang. 

Ketua RT 8, Joni Kusuma Trinawan membenarkan jika rumah tersebut merupakan milik keluarga FS.

Kemarin dia juga mendapat info dari keluarga, jika FS termasuk dalam pesawat tersebut. 

"Kami kaget, kemarin ibunya menyampaikan mohon doa di grup whatsapp warga," kata Joni, Minggu (10/1/2021). 

Rumah di Pagesangan itu saat ini sering ditempati oleh asisten rumah tangga keluarga FS.

Meskipun jarang menempati rumah tersebut, komunikasi dengan warga di sana masih rutin. 

"Beliau minta mohon doa, kalau penuturan ibundanya, sebagai extra crew pilot," terangnya. 

Joni mengatakan, selepas kabar yang disampaikan oleh ibundanya itu, warga di RT itu ramai-ramai memberikan ucapan doa.

Warga terus mendoakan agar FS diberikan keselamatan. 

"Semua berharap gitu (selamat)," ungkapnya.

Belakangan dipastikan FS yang menjadi korban insiden jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 adalah Fadly Satrianto.

Sosok extra crew pilot itu tetap diharapkan ditemukan dalam kondisi selamat.

Pihak keluarga terus menunggu kabar pria 28 tahun tersebut.

Orang tua dan saudara, berharap alumnus Unair itu dapat pulang dalam keadaan selamat ke Surabaya.

"Harapan kami, anak kami bisa ditemukan bersama penumpang lain dalam keadaan selamat," kata ayahanda Fadly Satrianto, Sumarzen Marzuki, Minggu (10/1/2021).

Suasana rumah Fadly Satrianto. Dia merupakan salah seorang extra Crew Pilot dari Sriwijaya Air.
Suasana rumah Fadly Satrianto. Dia merupakan salah seorang extra Crew Pilot dari Sriwijaya Air. (Yusron Naufal Putra/TribunJatim.com)

Fadly Satrianto merupakan anak ketiga dari pasangan Sumarzen Marzuki dan Ninik Andayani.

Di mata keluarga, Fadil dikenal pribadi yang santun dan ramah.

Ayahnya mencoba untuk tetap tegar.

Meskipun dia mengaku keluarga merasa sedih namun dia berpasrah pada takdir.

Dia mencoba ikhlas dengan musibah yang terjadi itu.

Sementara sang Ibunda, Ninik Andayani terus dihibur oleh anggota keluarganya yang lain.

Dia yang nampak begitu terpukul itu dikuatkan oleh anggota keluarga yang lain.

Pagi sebelum berangkat, Fadly memang sempat menghubungi ibundanya untuk ikut terbang ke Pontianak.

Ternyata itu merupakan komunikasi terakhir Fadly dengan keluarga.

Ucapan duka cita dibagikan akun sosial media Universitas Airlangga (Unair), sebab, salah satu alumni Unair turut menjadi penumpang pesawat yang hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021).
Ucapan duka cita dibagikan akun sosial media Universitas Airlangga (Unair), sebab, salah satu alumni Unair, Fadly Satrianto, turut menjadi penumpang pesawat yang hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021). (Unair)

Diketahui, Fadly selama ini bekerja sebagai co-pilot di Nam Air, salah satu anak perusahaan Sriwijaya Air.

Dia ikut dalam penerbangan Jakarta-Pontianak lantaran mendapat tugas.

Nantinya dari Pontianak dia akan membawa pesawat untuk tujuan lain.

Sehingga, di pesawat Sriwijaya Air SJ 182 itu, Fadli termasuk Extra Crew Pilot.

Hariyanti, tante Fadly sampai tak kuasa menggambarkan sosok keponakannya itu di mata keluarga.

"Fadly itu orangnya baik, sholeh. Dia anak baik," kenang Hariyanti sembari menahan tangis.

Di rumah keluarganya yang lain di kawasan Jalan Tanjung Pinang 72 A Surabaya, sanak keluarga terus berdatangan.

Sementara tetangga sekitar bahu membahu menaikkan terop di depan rumah tersebut.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved