5 FAKTA Terbaru Ali Kalora Cs: Kondisi Mereka Terdesak, IPW Beber Cara agar MIT Cepat Tertangkap

Berikut rangkuman fakta terbaru Ali Kalora Cs dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Kondisi mereka kini sudah terdesak.

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Tangkapan layar
Satgas Tinombala yang tengah memburu kelompok teroris Ali Kalora yang sudah terdesak. Rangkuman fakta terbaru Ali Kalora Cs ada di artikel ini. 

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi

SURYA.co.id - Berikut rangkuman fakta terbaru Ali Kalora Cs dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

Seperti diketahui, jumlah anggota kelompok teroris Ali Kalora saat ini tinggal 11 orang.

Mereka sudah dikepung oleh Satgas Tinombala yang dibantu oleh sejumlah pasukan khusus TNI seperti Kostrad, Marinir, dan Tontaikam.

Baca juga: Rekam Jejak Irjen Abdul Rakhman Baso yang Buru Ali Kalora Cs, Berpengalaman Ungkap Kasus Teroris

Baca juga: Agar Ali Kalora Cs Tertangkap, Presidium IPW Usul Reward Bagi Aparat: Jangan Cuma Perintah Kosong

Kondisi kelompok teroris Ali Kalora kini disebut sudah terdesak karena kehabisan bekal.

Di samping itu, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane membeberkan cara agar kelompok teroris Ali Kalora bisa cepat tertangkap.

Berikut ulasan selengkapnya dilansir dari Kompas.com dan Warta Kota (grup SURYA.co.id)

1. Sudah terdesak

Kabar Ali Kalora CS terdesak karena kehabisan bekal ini diungkapkan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Awi Setiyono di Gedung Bareskrim, Jakarta Selatan, Rabu (2/12/2020).

Seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Kadang-kadang Satgas Tinombala Lewat, Jarak 10 Meter, 20 Meter, Mereka Tiarap Enggak Ketahuan karena Hutan Lebat'

Menurut Awi, karena terdesak dan kehabisan bekal, Ali Kalora anggota kelompok Mujahidin Indonesai Timur (MIT) meneror masyarakat, meminta makanan, mencuri, atau merampok dengan kekerasan hingga pembunuhan.

"Selama ini beberapa hasil penyelidikan yang dikasih dalam artian dalam tekanan mereka (MIT) kasih (makanan), tidak dianiaya.

Namun kemarin (di Sigi), karena ada perlawanan tidak diberi sehingga yang terjadi demikian," ucap Awi.

2. Daerah persembunyian Ali Kalora Cs

Daerah persembunyian kelompok teroris Ali Kalora juga dibeberkan oleh Awi.

Menurut Awi, Ali Kalora dan kelompoknya diduga masih berada diantara tiga kabupaten di Sulawesi Tengah yakni Sigi, Poso, dan Parigi Moutong atau berada di dalam Taman Nasional Lore Lindu yang membentang dari Sigi hingga Poso.

"Dia naik turun gunung," ucap Awi, melansir dari Antara.

3. Punya cara simpel hindari Satgas Tinombala

Di samping itu, kelompok teroris Ali Kalora juga punya cara simpel untuk menghindari Satgas Tinombala.

Berdasarkan keterangan anggota MIT yang ditangkap, jika kelompoknya tiba-tiba melihat anggota Satgas Tinombala dari jarak 10 hingga 20 meter, mereka langsung mengambil posisi tiarap.

Terlebih lagi kondisi geografis yang berupa hutan lebat, sehingga menyulitkan Satgas Tinombala menemukan mereka.

4. Pengejaran membuahkan hasil

Meski prosesnya begitu panjang, Polri mengklaim kinerja Satgas Tinombala telah membuahkan hasil.

Dari daftar pencarian orang (DPO) yang dirilis Polri, terdapat tujuh anggota yang telah ditangkap sehingga tersisa 11 orang.

"Makanya tadi saya sampaikan per tanggalnya kapan DPO yang 7 orang ketangkap, baik itu hidup maupun meninggal dunia. Bawasannya apa, progresnya itu ada, mereka pun juga kita lakukan penindakan," ungkap Awi.

Dari tujuh anggota itu, lima orang meninggal dunia.

Rinciannya, Rajif Gandi Sabban alias Rajes meninggal pada 25 April 2020, Ali alias Darwin Gobel meninggal pada 15 April 2020, Muis Fahron alias Abdullah meninggal pada 15 April 2020.

Terbaru, Wahid alias Aan alias Bojes dan Azis Arifin alias Azis meninggal dalam kontak tembak dengan aparat pada 17 November 2020.

Satu anggota bernama Udin alias Usman menyerahkan diri pada 17 Maret 2020.

Satu anggota lainnya bernama Moh Faizal alias Namnung terkonfirmasi terkena tembakan di tahun 2017.

Namun, polisi belum menemukan mayatnya. Polri pun meminta masyarakat ikut memberi informasi untuk mempermudah pencarian.

"Berikan informasi sebanyak-banyaknya sehingga bisa mempersempit pergerakan karena ini luas wilayahnya di dalam hutan," tutur Awi.

5. IPW beber cara agar Ali Kalora Cs tertangkap

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan, berdasarkan informasi yang diperolehnya, setelah melakukan aksi teror, kelompok Ali Kalora kembali bersembunyi di hutan lebat Sulteng.

Seperti dilansir dari Wartakotalive dalam artikel 'Sarankan Ada Reward Bagi Aparat yang Tumpas Teroris MIT, Neta S Pane: Jangan Kosong-kosong Bae'

"Sementara aparatur kepolisian yang ditugaskan memburu tidak berpengalaman di 'medan tempur hutan belantara'," kata Neta kepada Wartakotalive, Kamis (3/12/2020).

Menurut Neta, medan tempur ada tiga kategori, yakni hutan, gunung, dan perkotaan.

"Masing-masing medan berbeda situasi dan karakteristiknya."

"Sehingga strategi, stamina fisik personel, mental, dan peralatan yang harus dimiliki aparat juga harus berbeda," tuturnya.

Personel kepolisian yang tidak punya pengalaman di medan hutan, menurutnya, pasti takut masuk hutan memburu Ali Kalora cs.

"Mereka hanya berada di luar hutan hingga waktu penempatannya di Poso berakhir, dan akhirnya pulang ke Jawa."

"Akibatnya, Ali Kalora cs yang 20 orang itu tidak akan pernah tertangkap."

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane dalam diskusi bertamakan Jelang Debat Siapa Hebat di Jakarta, Sabtu (12/1/2019).
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane dalam diskusi bertamakan Jelang Debat Siapa Hebat di Jakarta, Sabtu (12/1/2019). ((KOMPAS.com/CHRISTOFORUS RISTIANTO ))

Baca juga: UPDATE Ali Kalora Cs Sudah Terdesak karena Kehabisan Bekal, Ini Trik Mereka Hindari Satgas Tinombala

Baca juga: Biodata Irjen Abdul Rakhman Baso yang Kejar Ali Kalora Cs, Kapolri Perintahkannya Berkantor di Poso

"Sejak 2016 mereka bebas menebar teror di Sulteng," ujarnya.

Untuk itu, menurut Neta, Mabes Polri perlu mengonsolidasikan Brimob dan TNI yang memang punya pengalaman di Medan tempur hutan, untuk memburu teroris MTI.

"Densus 88 sekali pun tidak punya pengalaman di medan tempur hutan."

"Mereka hanya piawai di perkotaan," ucapnya.

Syarat lain yang harus dipenuhi Mabes Polri, tambahnya, adalah biaya operasional harus memadai dan tidak dipotong oknum pimpinan.

"Begitu juga insentif bisa diperoleh utuh untuk ditinggal di rumah, peralatannya dipenuhi agar memadai."

"Dan ada reward yang jelas ketika mereka berhasil menghabisi kelompok MTI."

"Misalnya bisa mengikuti pendidikan atau memegang posisi jabatan."

"'Jangan kosong kosong bae', sementara mereka harus menyambung nyawa di hutan," papar Neta.

Jika tidak ada jaminan soal keempat hal itu, katanya, jangan harap Ali Kalora cs bisa 'dihabisi'.

"Strategi inilah yang perlu diperhatikan, sehingga Mabes Polri tidak hanya sekadar 'perintah kosong'."

"Sementara mereka melihat teman-temannya yang bertugas di belakang meja, di kota-kota di Jawa bisa sekolah dan gampang dapat jabatan empuk," ucapnya.

Padahal, kasus Sigi, menurut Neta, semakin menunjukkan kelompok radikal dan garis keras keagamaan yang bersekutu dengan terorisme, makin bercokol kuat di Indonesia.

"Sekecil apapun celah, mereka gunakan untuk membuat teror yang menakutkan masyarakat."

"Untuk itu Polri perlu bekerja cepat dan membuat strategi taktis untuk menangkap dan membongkar jaringan MTI di hutan maupun di luar hutan Sulteng," paparnya.

Sebab, apa yang mereka lakukan di Sigi seperti sebuah sinyal bahwa kelompok radikal terorisme itu akan kembali menebar teror di berbagai tempat.

"Untuk itu, Mabes Polri perlu mewaspadai akan munculnya aksi terorisme di Indonesia menjelang akhir tahun ini."

"Dengan maraknya aksi kerumunan massa dan meluasnya gerakan intoleransi akhir-akhir ini."

"Telah membuat kalangan radikal dan jaringan terorisme seakan mendapat angin untuk kembali beraksi secara masif," bebernya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved