Berita Kediri
Biodata KH Abdul Latif Madjid Pengasuh Ponpes Kedunglo Kota Kediri yang Meninggal Dunia Hari Ini
Inilah profil dan biodata KH Abdul Latif Madjid, Pengasuh Perjuangan Wahidiyah dan Ponpes Kedunglo, Kota Kediri.
Penulis: Didik Mashudi | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID, KEDIRI - Inilah profil dan biodata KH Abdul Latif Madjid, Pengasuh Perjuangan Wahidiyah dan Ponpes Kedunglo, Kota Kediri.
KH Abdul Latif Madjid meninggal dunia pada Senin (23/11/2020) pukul 6.30 WIB.
Ribuan jamaah Wahidiyah menyembut kedatangan mobil ambulans yang membawa jenazah almarhum ke rumah duka di Ponpes Kedunglo Kota Kediri.
Jemaah terlihat berbaris rapi di jalan masuk Ponpes Wahidiyah.
Semua jamaah terlihat tetap mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker.
Berikut biodata KH Abdul Latif Madjid:
1. Putra Kyai

Dikutip dari laduni.id, KH Abdul Latif Madjid lahir pada Jum’at Pahing tanggal 15 Agustus 1952, di Kedunglo Kecamatan Mojoroto Kediri Jawa Timur.
KH Abdul Ltaif Madjid adalah putra KH. Abdul Madjid Ma'roef dan Hj Shofiyah.
Baca juga: BREAKING NEWS - KH Abdul Latif Madjid Pengasuh Ponpes Kedunglo Kota Kediri Meninggal Dunia
KH Abdul Latif Madjid , aalah anak laki-laki tertua dari 14 bersaudara.
Nyai Hj. Shofiyah rajin berpuasa selama sembilan bulan mengandung hingga melahhirkan Abdul Latif Madjid.
KH. Abdul Latif Madjid tumbuh dewasa di lingkungan Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhoroh yang didirikan oleh kakenya KH Mohammad Ma'roef.
Sejak kecil dia telah dipersiapkan oleh ayahnya (KH. Abdul Madjid) sebagai kader penerus bapaknya.
Masyarakat sekitar Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhoroh mengenal KH. Abdul Latif Madjid degan sebutan “Gus Latif”.
Ketika beranjak remaja pun beliau sudah dikenal sebagai cendekiawan yang teguh menegakkan kebenaran dan pemuda yang senang bergaul dengan siapapun.
KH. Abdul Latif Madjid memiliki wajah yang sangat tampan kulitnya putih bersih dan bercahaya memancarkan aura ketaatan kepada Allah SWT, memiliki sifat santun dan sangat bijaksana dalam menghadapi siapapun, terkenal cerdas dan ber-IQ tinggi, memiliki wibawa yang luar biasa.
2. Kehidupan keluarga
Pada usia 35 tahun KH. Abdul Latif Madjid menikah dengan Muanifah dari Blitar.
Namun pernikahan itu hanya bertahan beberapa hari.
Setelah berpisah KH. Abdul Latif Madjid menikah kembali dengan Gadis Lumajang Hj. Sholihah yang merupakan santri Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhoroh.
Pernikahan keduanya membuahkan putra putri, yakni:
Agus Abdul Madjid Ali Fikri
Dr. Firdausul Makrifah
Tajul Mundir Wahidiyin
Ahmad Muhammad Mustofa Wahiduz Zaman
3. Pendidikan
Semasa Kecil, KH Abdul Latif Madjid dibimbing oleh ayahnya untuk belajar dan menempuh pendidikan formal di SD Negeri Kelurahan Bandar Lor kota Kediri pada tahun 196.
Ia menempuh pendidikan SD selama enam tahun dan selesai pada tahun 1965.
Setelah menempuh pendidikan di SD beliau melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP.
Pada tahun 1965 ia masuk SMP Selama 3 tahun, tepatnya di SMP Negeri 4 Bandar Lor Kota Kediri dan lulus dengan predikat baik pada tahun 1968.
Kemudian melanjutkan pendidikan SMA pada tahun 1968 di SMA Negeri 2 kota Kediri selama 3 tahun dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1971.
Tidak hanya menempuh pendidikan formal KH. Abdul Latif Madjid juga menempuh pendidikan informal dari ayahnya yang juga pengasuh Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhoroh dan muallif sholawat wahidiyah.
Tidak hanya agama, ayahnya juga memberikan ilmu tentang ide pemikiran mengenai jiwa kepemimpinan untuk kelak bisa menjadi seorang pemimpin yang bijaksana.
Selain pendidikan formal dan informal ia juga melanjutkan pendidikan non formal di salah satu tempat khursus Bahasa Inggris yang terkenal di kota Kediri pada saat itu.
4. Mengasuh Ponpes Kedunglo
Pengangkatan KH. Abdul Latif Madjid sebagai Pengasuh Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhodhoroh secara resmi dilaksanakan pada tanggal 08 Maret 1989.
Pengangkatan tersebut berjalan dengan khidmat. Keputusan tersebut merupakan hasil musyawarah keluarga Almarhum KH. Abdul Madjid Ma’roef yang mana dalam musyawarah keluarga dihadiri oleh seluruh anggota keluarga dan semua telah menyetujuinya.
Hasil keputusan pengangkatan dibacakan oleh bapak AF. Badri selaku PSW (Pemimpin Sholawat Wahidiyah) Pusat Kedunglo Kediri saat itu. Yang isinya :
“Perkenankanlah pada kesempatan yang haru ini, kami akan membacakan hasil keputusan musyawarah keluarga Almarhum tanggal 08 bulan Maret 1989, kurang lebih jam 02.00 WIB, setelah wafatnya beliau Almarhum KH. Abdoel Madjid Ma’roef, kepemimpinan secara umum baik untuk Pondok Pesantren Kedunglo maupun Penyiar Sholawat Wahidiyah adalah beliau Al-Mukarrom bapak KH. Abdul Latif Madjid."
“Sedangkan pengelolaan untuk Pondok Pesantren Kedunglo putri dibantu oleh Almukarromah ibu Dra. Nurul Isma Faiq. Untuk Pondok Pesantren putra Al-Mukarrom Agus Imam Yahya Malik dan beliau Al-Mukarrom Agus Abdul Hamid Madjid. Khusus beliau Al-Mukarrom Agus Abdul Hamid Madjid ada suatu pernyataan bahwa beliau di dalam mengelola Pondok Pesantren putra cukup sebagai pembantu.”
Itulah isi pidato singkat yang disampaikan bapak AF Badri selaku PSW Pusat Wahidiyah dalam membacakan keputusan hasil musyawarah keluarga tentang pengangkatan KH. Abdul Latif Madjid sebagai pengasuh Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhoroh.
5. Organisasi
KH. Abdul Latif Madjid Semasa remaja beliau sangat aktif membangun mental para remaja wahidiyah terutama para remaja di Kelurahan Bandar Lor sekitar Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhoroh. Pada tahun 1971 beliau membentuk “jama’ah usbuiyah remaja”.
Jamaah ini dibentuk untuk menjalin silatuhrahmi dan remaja yang dibina pada saat itu menjadi orang-orang yang sukses.
Dia juga pernah mendirikan perkumpulan Young Moral Concelling disingkat YMC (perbaikan moral kaum muda).
YMC dibentuk pada tahun 1971 dengan tujuan mengajak generasi muda supaya memiliki moral yang baik dan meningkatkan moral kaum muda yang ada di kota Kediri.
Tidak hanya jamaah usbuiyah dan YMC beliau juga mendirikan perguruan bela diri “Jiwa Suci” di Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhoroh pada tahun 1979.
Jiwa Suci ini merupakan kumpulan dari pendekar-pendekar dari berbagai perguruan, materi yang didapat dari berbagai aliran-aliran yang ada dan terdapat jurus-jurus baru yang diciptakan oleh guru-guru pencak silat melalui teknis pengajaran yang baru pula.
Kemudian dari perkumpulan itu dia mengajak orang-orang untuk mendirikan pencak silat “jiwa suci”, disisi lain karena beliau sebagai putra Mbah Yahi Madjid pengasuh Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhoroh secara tidak langsung orang-orang tersebut ikut serta dalam mendirikan pencak silat “jiwa suci”.
Bahkan prestasi yang sangat diperhitungkan hingga pengikutnya sangat banyak adalah KH. Abdul Latif Madjid pernah sukses mengadakan takbir akbar yang diselenggarakan dalam rangka merayakan Idul Fitri yang diikuti oleh masyarakat se-kota Kediri dan sekitarnya serta pemuda-pemuda se-kota Kediri.
Kesuksesannya dalam mengadakan acara merupakan sebagai tanda bahwa beliau merupakan calon pemimpin yang sanggup menyatukan berbagai kalangan. Kegiatan ini dapat berjalan selama 4 tahun, setelah itu diambil alih oleh pemerintah daerah. (laduni.id)