Regional
Sadis, Sugiyem Disiksa Majikan di Singapura Selama 2 Tahun Hingga Buta dan Tuli, Tubuh Penuh Luka
Di sekujur tubuhnya terlihat bekas luka akibat penyiksaan yang dilakukan majikannya. Ia kini mengalami kebutaan dan tuli.
Saat petugas Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kaltara dan Puskesmas Balansiku memberi makan sayur asem dan ikan, mereka hanya memakan sayurannya.
"Kami coba suapkan ikan supaya dia rasa, begitu terasa enak, baru dia makan. Begitu juga jagung, kita suapkan dulu dan akhirnya mereka makan, sampai segitunya, mereka tidak tahu ikan goreng," kata Kepala Dinas DPPPAPPKB Nunukan Faridah Aryani, Jumat (23/10/2020).
Popok sampai berulat
Rosnaeni juga tidak pernah peduli dengan tingkah anaknya.
Bahkan Rosnaeni tidak bisa mengurus dirinya sendiri, sampai-sampai dia pernah tidak mandi selama setahun.
Pantas saja kondisi tempat tinggal mereka berantakan. Pakaian kotor dan bersih ditumpuk jadi satu.
Makanan anaknya pun dibiarkan berceceran di mana-mana.
"Awalnya ada laporan ke kami di DPPPA pada akhir 2019, ada keluarga yang tidak tahu cara mengurus anak, pampers si anak sampai berulat, sehingga kami fokus untuk itu," ujar Faridah.
Pendapatan sang ayah pas-pasan
Dengan kondisi seperti itu, anak-anak mereka mengalami gizi buruk.
Mereka tidak pernah mendapatkan asupan protein.
Ayah mereka, Herman, pun tidak bisa memberikan makanan yang layak karena penghasilan yang pas-pasan.
Sebagai buruh tombak sawit, Herman dibayar Rp 150.000/ton. Sebulan dia biasanya dua kali menombak sawit.
Beruntung bosnya menyediakan beras secara rutin untuk keluarga Herman.

Diduga istri ketujuh, alami KDRT
Dari pemeriksaan psikolog, Rosnaeni mengaku sebagai istri ketujuh Herman.
Jarak usia mereka cukup jauh, yaitu Herman 52 tahun dan Rosnaeni 26 tahun.