Virus Corona di Tulungagung
Akibat Pasien Tak Taat Lakukan Isolasi Mandiri, Ada 9 Klaster Keluarga di Tulungagung
Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Tulungagung menemukan 9 klaster keluarga.
Penulis: David Yohanes | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID, TULUNGAGUNG - Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Tulungagung menemukan 9 klaster keluarga.
Klaster keluarga ini tercipta karena ketidaktaatan pasien terkonfirmasi positif Covid-19 melakukan isolasi mandiri.
Temuan 9 klaster keluarga ini terjadi dalam rentang awal Agustus 2020 hingga Akhir September 2020.
Rinciannya, dua klaster ada di Kecamatan Kedungwaru dan Kecamatan Boyolangu, satu klaster ada di Kecamatan Ngunut, Kauman, Sumbergempol, Karangrejo serta Kecamatan Tulungagung.
Wakil Juru Bicara GTPP Covid-19 Tulungagung, Galih Nusantoro mengungkapkan, klaster keluarga bermula dari aturan baru yang memperbolehkan pasien melakukan isolasi mandiri.
Namun, ternyata pasien dan keluarganya tidak menjalankan protokol kesehatan.
Misalnya pasien masih melakukan kontak dengan anggota keluarga dan masih menggunakan perabot yang sama.
"Seharusnya selama isolasi dipisahkan dari anggota keluarga lain, perabot seperti alat makan juga dikhususkan," terang Galih, Rabu (7/10/2020).
Akibat ketidaktaatan pasien dalam isolasi mandiri, berdampak pada bertambahnya jumlah pasien.
Karena itu GTPP Covid-19 Tulungagung memberlakukan kebijakan lama.
Isolasi mandiri di rumah bagi pasien terkonfirmasi tidak diperbolehkan, dan wajib tinggal di Rusunawa IAIN Tulungagung.
"Yang kami longgarkan hanya keberangkatannya. Tidak harus dijemput petugas kesehatan, bisa berangkat sendiri ke tempat isolasi," sambung Galih.
Selain itu, setiap temuan reaktif dan masih menunggu hasil tes swab wajib masuk ke tempat karantina.
Dengan demikian jika hasil tes swab positif, pasien hanya melakukan sedikit kontak.
Sedangkan jika hasil tes swab negatif akan langsung dikeluarkan dari tempat karantina.
"Cara itu terbukti efektif kami terapkan untuk mengendalikan kasus penularan. Kami sudah berpengalaman dengan itu," tegas Galih.
Lebih jauh Galih mengungkapkan, klaster keluarga ini bermula dari pelaku perjalanan.
Mereka ketahuan karena sakit dan menjalani prosedur rapid test dan tes swab.
Ada pula yang terjaring saat mengurus syarat perjalanan jarak jauh.
Dengan berbagai alasan, pasien meminta melakukan isolasi mandiri di rumah.
Namun setelah diperbolehkan perilaku mereka justru menimbulkan penularan di antara anggota keluarga.
Galih mengaku khawatir jika kondisi ini menimbulkan respon negatif di tengah masyarakat.
"Kami kembalikan saja ke tempat karantina di IAIN Tulungagung. Jangan sampai ada respon negatif dari warga, karena tahu ada pasien terkonfirmasi di tengah mereka," pungkas Galih.
Saat ini jumlah akumulasi pasien Covid-19 di Tulungagung sejumlah 405 orang.
Dari jumlah itu, 373 pasien sudah sembuh dan tiga meninggal dunia. sehingga tersisa 29 pasien.