Banyak Pengrajin Pintar Manfaatkan Limbah Kayu, Ekspor Industri Furnitur Jatim Meningkat

Di tengah penurunan kinerja perekonomian imbas pandemi Covid-19, ekspor industri furnitur di Jawa Timur mulai menunjukan geliatnya kembali

Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Fikri Firmansyah
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur, Drajat Irawan saat mengunjungi salah satu industri furnitur yang ada di Sidoarjo, Mulia art gallery, Selasa (29/9/2020). 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Di tengah penurunan kinerja perekonomian imbas pandemi Covid-19, ekspor industri furnitur di Jawa Timur mulai menunjukan geliatnya kembali.

Industri furnitur merupakan salah satu subsektor yang mendukung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur, Drajat Irawan mengatakan, berdasarkan data BPS Jatim 2020, total kontribusi subsektor industri furnitur terhadap PDRB Jatim sebesar 2,89% dengan pertumbuhan relatif tinggi sebesar 9,73% di tahun 2019, angka tersebut meningkat dari tahun 2018 senilai 7,62%.

"Selain itu, industri furnitur merupakan salah satu sektor produk yang mendorong ekspor Jawa Timur dengan ketersediaan bahan baku yang melimpah, baik kayu, bambu maupun rotan," ujarnya SURYA.CO.ID di Mulia art gallery, Selasa (29/9/2020).

Drajat menambahkan, berdasarkan data BPS Jatim tahun 2019, jumlah industri pengolahan kayu di Jatim termasuk di dalamnya industri furnitur sebanyak 10.120 unit. Dengan rincian, industri kecil sebanyak 9.418 unit, industri menengah sebanyak 27 unit dan sisanya industri besar sebanyak 175 unit.

Bahan baku industri furnitur Jawa Timur berasal dari daerah Banyuwangi, Jember, Blitar, Saradan, Tuban dan daerah lainnya.

Sementara jumlah produksi kayu Jawa Timur untuk pertukangan sebesar 170.443 m3.

Sedangkan industri pengolahan kayu Jawa Timur berada di Kabupaten Ngawi, Madiun, Nganjuk, Jombang, Tuban, Bojonegoro, Pasuruan, Probolinggo, Malang dan Lumajang.

Drajat juga mengatakan, jika beberapa pengrajin yang ada di Jawa Timur pintar melakukan inovasi, seperti memanfaatkan limbah kayu, seperti bonggol atau akar (gembol), dahan dan ranting menjadi kerajinan kayu.

“Biasanya limbah kayu oleh para pengrajin yang ada di Jatim diubah menjadi barang bernilai seni tinggi yang banyak diminati oleh kolektor benda antik, baik dalam maupun luar negeri dengan pasar adalah kota-kota besar di Pulau Jawa. Di antaranya seperti Surabaya, Solo, Yogyakarta, Semarang, Bandung, Jakarta hingga ke Pulau Bali,” tambah Drajat.

Kata Drajat, pada periode semester I, yakni Januari hingga Juni 2020, sekalipun ditengah-tengah adanya pandemi virus Corona, tercatat nilai ekspor industri furnitur dan olahan kayu di Jatim sebesar USD 868,74 juta. Sedangkan nilai impor sebesar USD 45,16 juta, sehingga terjadi surplus senilai USD 823,58 juta

"Adapun untuk negara tujuan ekspor produk furnitur Jawa Timur mayoritas adalah Amerika Serikat, Jepang, Inggris serta negara-negara di Eropa, antara lain Perancis, Jerman, Belanda, Belgia dan Italy. Sedangkan impor produk furnitur terbanyak berasal dari China," tandasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved