BUNTUT Kebrutalan KKB Papua Bikin Tokoh Agama Tak Boleh Keluar Rumah, Polri: Sudah Tidak Manusiawi

Kebrutalan KKB Papua membuat pihak kepolisian meminta agar para tokoh agama tidak keluar rumah, Polri sebut sudah tak manusiawi.

Youtube
Ilustrasi kebrutalan KKB Papua 

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah

SURYA.co.id - Aksi brutal Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua membuat pihak kepolisian meminta agar para tokoh agama tidak keluar rumah.

Aksi teror KKB Papua memang meningkat selama sepekan terakhir terutama di Kabupaten Intan Jaya.

Yang terbaru korbannya adalah seorang pendeta bernama Yeremia Zanambani.

Sehingga, pihak kepolisian meminta kepada tokoh-tokoh atau pemuka agama yang berada di wilayah Papua untuk tidak keluar rumah dulu.

KKB Papua Bersatu Lagi dan Jadikan Intan Jaya Lahan Perang, Punya Strategi Licik Hadapi TNI-Polri

Permintaan tersebut secara langsung disampaikan Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Musthofa Kamal.

"Kami mengimbau tokoh agama agar tak keluar rumah dulu.

Mengingat intensitas kekerasan yang dilakukan oleh KKB Papua beberapa hari ini meningkat," kata Kamal, Selasa (22/9/2020), dilansir dari Kompas TV dalam artikel 'Polisi Minta Tokoh Agama di Papua Tak Keluar Rumah, Ada Apa?'

Kamal mengatakan, pihak kepolisan bersama TNI terus meningkatkan pengawasan dan penjagaan di sejumlah wilayah pascakontak senjata dengan KKB Papua dalam sepekan terakhir.

Patroli gabungan terus digelar demi menghindari jatuhnya kembali korban jiwa akibat insiden-insiden serupa itu.

"Ini dilakukan karena kelompok tersebut sudah tidak manusiawi," ucap Kamal.

Lebih lanjut, Kamal juga meminta kepada masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi dengan berita-berita simpang siur yang belum jelas kebenarannya.

Apalagi, sejak penyerangan KKB Papua yang menewaskan sejumlah orang tewas baik aparat dan warga sipil di Intan Jaya, banyak berita- berita bohong berseliweran di media sosial.

Menurut Kamal, KKB Papua kerap menciptakan berita-berita bohong tersebut yang bertujuan untuk menyudutkan TNI, Polri dan pemerintah agar masyarakat terhasut.

"Ini settingan dan rekayasa untuk menghasut masyarakat sekaligus menyudutkan TNI/Polri dan pemerintah," katanya.

Kronologi KKB Papua Jelek Waker Tembak Pendeta

Melansir dari Antara, Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Kamal mengatakan KKB Papua pimpinan Jelek Waker merupakan dalang penembakan terhadap Pdt. Yeremia Zanambani di Hipadipa, Kabupaten Intan Jaya.

"Kelompok Jelek Waker diduga menjadi dalang berbagai insiden penembakan dan penyerangan kepada anggota TNI dan warga sipil termasuk penembakan terhadap Pdt. Zanambani" kata Kombes Kamal di Jayapura, Senin.

Menurut Kamar, KKB Papua pimpinan Waker memang berupaya memancing anggota TNI-Polri di Kabupaten Intan Jaya.

Namun di kawasan itu hanya ada anggota TNI yang bertugas di Koramil persiapan Hipadipa.

"Jadi tidak benar Pdt Yeremias yang ditemukan meninggal di kampung Bomba, Distrik Hipadipa, akibat luka tembak itu ditembak aparat" tegas Kombes Kamal.

Kamal juga mengatakan pihaknya akan melakukan olah TKP untuk memastikan kasus penembakan tersebut.

Laporan dari Polres Intan Jaya mengungkapkan Kapolsek Sugapa Ipda Engel Mayor sudah bertemu dengan Ketua Klasis GKII Sugapa Pdt. Timotius Miagoni, dimana dalam pertemuan tersebut terungkap kepolisian ingin memastikan informasi yang beredar di media sosial terkait meninggalnya Pdt Yeremias Zanambani akibat tertembak.

Beberapa hari terakhir memang terjadi aksi penembakan dan penyerangan terhadap warga sipil dan anggota TNI hingga menewaskan empat orang, dua diantaranya anggota TNI.

Karena itu diharapkan warga khususnya tokoh agama untuk tidak melakukan aktifitas di luar rumah apalagi pada malam hari mengingat intensitas kekerasan yang dilakukan KKB Papua beberapa hari ini meningkat.

"Kami dari pihak TNI/Polri saat ini sedang meningkatkan kegiatan kepolisian, seperti melakukan patroli gabungan dalam rangka mengantisipasi hal-hal yang tidak kita inginkan bersama dan meminta dukungan seluruh warga sehingga kita dapat hidup dengan nyaman tanpa adanya gangguan dari kelompok yang tidak menginginkan daerah ini aman," kata Kombes Kamal mengutip penyataan Kapolsek Sugapa.

Kamal mengaku dari laporan yang diterima juga terungkap keterangan dari Ketua GKII Sugapa Pdt. Timotius Miagoni, menyampaikan mendapatkan kabar dari keluarga di Distrik Hitadipta melalui telepon bahwa Pdt. Yeremia Zanambani tertembak dan meninggal dunia.

Dari keterangan yang didapat saat itu almarhum bersama istri ke kandang ternak (babi) untuk memberi makan kemudian istrinya kembali ke rumah di kampung duluan.

Namun hingga pukul 19.00 wit, korban tidak kembali ke rumah sehingga istri korban mencari ke kandang ternak yang berada di kampung Bomba dan melihat korban sudah meninggal dunia.

"Itu yang saya dengar, karena belum ke kampung tersebut sehingga saya tidak dapat berbicara lebih jauh," ungkap Pdt Miagoni yang dikatakan Kombes Kamal.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Musthofa Kamal mengatakan akibat retetan kasus tersebut telah menimbulkan korban, baik anggota TNI maupun warga sipil di Kabupaten Intan Jaya.

Hal itu dilakukan KKB Papua menjelang Sidang Umum PBB akhir bulan ini sehingga diharapkan masyarakat tidak terprovokasi dengan fitnah yang disebar melalui media sosial yang menyudutkan TNI-Polri.

"TNI bersinergi dengan Polri bertugas untuk melindungi masyarakat dari kebiadaban KKB Papua seperti yang telah mereka tunjukkan dalam seminggu terakhir ini," tegas Kombes Kamal.

Jenderal Andika Perkasa diminta segera mengatasinya

Sementara itu, kebrutalan KKB Papua sepekan terakhir tampaknya membuat anggota Komisi I DPR RI asal Papua, Yan Mandenas tak tahan lagi.

Yan Mandenas langsung menemui KSAD Jenderal Andika Perkasa dan memintanya untuk segera menyelesaikan konflik tersebut.

Seperti diketahui, KKB Papua telah berulah sebanyak empat kali di Intan Jaya dalam sepekan terakhir.Kasus terbaru menewaskan seorang Pendeta bernama Yeremias Zarambanin.

Meningkatnya aksi teror KKB Papua di Kabupaten Intan Jaya menjadi sorotan anggota Komisi I DPR RI asal Papua, Yan Mandenas.

Dia telah meminta KSAD Jenderal Andika Perkasa untuk memfasilitasi penyelesaian konflik di Kabupaten Intan Jaya.

Seperti dilansir dari Kompas dalam artikel 'Penembakan Pendeta Yeremia Zanambani hingga Desakan Membentuk Tim Investigasi'

Mandenas juga mendesak agar TNI dan pihak-pihak terkait untuk segera melakukan investigasi dan mengungkap para pelaku rentetan penembakan di Kabupaten Intan Jaya, khususnya kejadian yang terjadi dalam satu pekan ini.

“Khusus penembakan yang terjadi terhadap hamba Tuhan, saya akan mengawal sampai tuntas agar diungkapkan jelas para pelakunya, sehingga perlu diseriusi oleh semua pihak,” kata Mandenas melalui rilis, Senin (21/9/2020).

Dia juga mendesak Panglima TNI, KSAD, Pangdam, dan Kapolda agar serius menangani kejadian di Intan Jaya dengan memerintahkan bupati bersama unsur muspida di daerah segera melakukan pembentukan tim Investigasi, memfasilitasi, serta mencari fakta sebab, akibat, kronologi kejadian dalam sepekan terakhir di Intan Jaya.

Terkait dengan konflik bersenjata di Intan Jaya, Mandenas yang juga pernah menjabat sebagai anggota DPR Papua selama dua periode juga menyoroti tentang ketidakhadiran kepala daerah di lokasi tersebut.

"Saya meminta dengan tegas kepada pemerintah pusat melalui Menko Polhukam dan Mendagri untuk memerintahkan para kepala daerah di Papua agar diwajibkan berada di tempat bersama rakyatnya, untuk menjawab dinamika sosial dan politik di masyarakat," kata dia.

Semua pihak harus bersinergi untuk mengembalikan situasi keamanan di Intan Jaya.

Mandenas menegaskan tidak boleh lagi adanya korban jiwa akibat ketidaktegasan pemerintah dan aparat kemanan.

Hal senada disampaikan Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Papua, Mansyur.

Menurut dia, ada informasi dari anggota kerukunan di Sugapa, Intan Jaya, bahwa mereka saat ini dalam posisi ketakutan.

Ia meminta kepala daerah setempat untuk hadir di tengah masyarakat dan merangkul semua pihak untuk menyelesaikan masalah.

"Kondisi stabil, aman, dan rukun warganya di daerah sebetulnya 70 persen itu ada di tangan bapak-bapak kepala daerah," kata dia.

Tak Tahan Kebrutalan KKB Papua, Anggota Komisi I DPR Minta Jenderal Andika Perkasa Segera Atasi

Ketika seorang kepala daerah ada di tempat tugas, maka segala permasalahan yang muncul akan cepat teratasi.

"Karena itu selaku kepala daerah, perlu ada selalu di tempat karena rakyat itu butuh perhatian.

Ketika ada perkembangan dia bisa responsif, artinya dalam konteks ini menyelesaikan masalah tanpa masalah. Jangan menyelesaikan masalah dengan menyisakan masalah," kata Mansyur.

Yang terpenting tiga tungku, yaitu pemerintah daerah termasuk TNI-Polri, pemuka agama, dan tokoh adat, harus dilibatkan, dan bersinergi dalam menyelesaikan segala masalah yang ada.(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved