Dipecat karena Jual Amunisi ke KKB Papua, Pembunuh Staf KPU Yahukimo Sakit Hati, ini Update Faktanya

Dipecat karena Jual Amunisi ke KKB Papua, Pecatan TNI yang Membunuh Staf KPU Yahukimo Diduga Sakit Hati. Berikut Update Faktanya

Youtube
Ilustrasi pembunuhan staf KPU Yahukimo 

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah

SURYA.co.id - Terungkap sejumlah update fakta tentang kasus pembunuhan Staf KPU Yahukimo.

Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw menduga pelakunya merupakan seorang pecatan TNI yang pernah menjual amunisi kepada Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.

Setelah dipecat karena menjual amunisi kepada KKB Papua, pelaku diduga frustasi dan sakit hati sehinga melakukan pembunuhan.

Saat ini pihak kepolisian masih terus melakukan pencarian terhadap pelaku.

Berikut update fakta-faktanya dilansir dari Kompas TV dalam artikel 'Pembunuh Staf KPU Yahukimo Diduga Pecatan TNI yang Sakit Hati, Kapolda Papua: Dia Terlatih'

1. Pecatan anggota TNI

Pelaku pembunuhan terhadap staf Komisi Pemilihan Umum (KPU) Yahukimo, Hendry Jovinski, diduga merupakan seorang pecatan TNI.

Demikian hal tersebut diungkapkan oleh Kapolda Papua, Irjen Paulus Waterpauw. Dia pun tak menyebut nama atau pun inisial pelaku.

Namun demikian, Waterpauw memastikan pihak kepolisian akan terus melakukan pencarian terhadap pelaku pembunuhan tersebut. 

"Saat ini mereka terus berupaya melakukan pencarian pelaku yang sudah terindikasi adalah seseorang yang memang sedang mengungkap perasaan sakit hatinya," kata Paulus dikutip dari Kompas.com pada Rabu (26/8/2020).

2. Jual amunisi ke KKB Papua

Waterpauw mengungkapkan bekas anggota TNI itu dipecat karena kasus penjualan amunisi di Kabupaten Mimika pada 2018.

Adapun pelaku nekat melakukan pembunuhan, kata Waterpauw, karena diduga pelaku frustasi dan sakit hati dipecat dari kesatuannya.

"Dia melakukan itu karena dia telah dipecat dari kesatuan sebelumnya akibat perbuatannya sendiri,” ujar Waterpauw.

“Yang bersangkutan punya kasus penjualan amunisi dengan beberapa pelaku yang lain di Timika pada 2018.”

Kasus penjualan amunisi yang dimaksud Waterpauw itu terjadi pada 4 Agustus 2018. Saat itu, seorang oknum anggota TNI berinisial Pratu DAT ditangkap karena menjual amunisi kepada kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Dari hasil penyelidikan, Pratu DAT tidak bekerja sendiri. Ia bekerja sama dengan dua rekannya, Pratu O dan Pratu M.

Setelah menjalani sidang militer, ketiga oknum tentara tersebut divonis bersalah dan dijatuhi hukuman pemecatan ditambah tahanan dengan jenjang waktu yang berbeda.

3. Mirip pembunuhan Muhammad Thoyib

Lebih lanjut, Waterpauw menambahkan, pembunuhan yang terjadi pada Hendri Jovinski mirip dengan pembunuhan yang dialami Muhammad Thoyib di Jalan Bandara Dekai pada 20 Agustus lalu.

Ia menyatakan demikian karena melihat pola dalam dua kasus pembunuhan itu sangat mirip. Menurutnya, tindakan itu hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang memiliki mental cukup kuat.

"Alibi dan modusnya hampir identik, artinya cukup dengan seseorang memiliki mental yang kuat untuk dia melakukan penganiayaan seperti itu dan mungkin dia terlatih," kata Waterpauw.

Namun demikian, Waterpauw belum bisa memastikan pecatan TNI itu tersebut juga pelaku pembunuhan terhadap Muhammad Thoyib.

4. Kronologi pembunuhan

Sebelumnya diberitakan, dua staf KPU Yahukimo diserang orang tak dikenal di Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua, pada Selasa (11/8/2020).

Serangan tersebut ternyata berujung maut. Salah seorang di antaranya bernama Hendri Jovinsky yang berusia 25 tahun dinyatakan tewas di tempat akibat serangan oleh orang tak dikenal itu.

Korban diketahui mengalami luka sayatan senjata tajam. Sedangkan rekannya bernama Kenan Mohi (38) berhasil selamat.

Insiden penyerangan tersebut terjadi sekitar pukul 14.30 WIT. Berawal saat Kenan Mohi ditemani Hendri Jovinsky pulang ke rumah.

Saat itu, mereka datang mengantarkan obat untuk istri Kenan Mohi bernama Karolina Pahabol (30) dengan menumpang sepeda motor. 

Usai mengantarkan obat buat Karolina, Hendri dan Kenan rencananya hendak kembali bekerja.

“Tapi, di tengah jalan, keduanya diadang warga yang menanyakan asal korban dan minta keluarkan KTP,” kata Waterpauw.

Namun, lanjut Waterpauw, saat korban hendak mengeluarkan KTP, dia malah ditikam dari belakang. Tak lama kemudian, datang seorang warga yang ikut menyerang korban.

Menurut dia, Kenan Mohi sempat berupaya membantu korban. Tapi, tiba-tiba di saat bersamaan muncul seorang dari hutan. Para pelaku lalu kembali menyerang dan menyayat korban.

“Korban meninggal di TKP akibat luka-luka yang dideritanya,” kata Waterpauw.

Penjaga Warung Ditembak

Ilustrasi Penembakan
Ilustrasi Penembakan (Intisari)

Di tempat lain, warga bernama Laode Zainudin ditembak dari belakang oleh orang tak dikenal.

Peristiwa itu terjadi di sebuah warung di Kampung Bilogai, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua pada Sabtu (15/8/2020) siang.

Seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Detik-detik Laode Ditembak dari Belakang oleh Orang Tak Dikenal Saat Jaga Warung'

Danrem 171 PVB Brigjen TNI Iwan Setiawan mengemukakan, insiden penembakan bermula ketika Laode sedang menjaga warung miliknya.

Tiba-tiba datang seseorang yang tak dikenal oleh Laode.

Orang tersebut kemudian berpura-pura meminjam pulpen pada Laode.

Ketika Laode berbalik dan hendak mengambilkan pulpen, orang itu malah menembaknya secara tiba-tiba dari belakang.

Akibat tembakan tersebut, Laode mengalami luka di bagian bahunya. Ia dilarikan ke Puskesmas Sugapa untuk mendapatkan perawatan.

"Saat ini korban yang terkena luka tembak di bahu dan kondisinya stabil," kata Iwan.

TNI Polri pun kini sedang berupaya memburu dan menangkap pelaku penembakan.(Tito Dirhantoro/Putra Dewangga/Kompas TV/Surya.co.id)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved