Citizen Reporter
Menengok Patung sang Binatang Jalang, ini Dua Karya Puisi Chairil Anwar Ditulis di Kota Malang
Patung Chairil Anwar tersebut hanya ada dua di Indonesia. Selain di Malang, patung Chairil juga dapat ditemui di Jakarta, tepatnya di Monas.
SURYA.co.id | MALANG - Tidak banyak yang tahu jika di Kota Malang terdapat patung seorang penyair yang sangat dikenal di dunia kesustraan.
Penyair di era kemerdekaan itu mampu mengobarkan semangatnya untuk turut menyertai perjuangan kemerdekaan Indonesia dan memberikan dorongan bagi banyak pejuang. Sosok itu bernama Chairil Anwar Sang Binatang Jalang.
Uniknya tak banyak patung yang menampilkan sosok sastrawan atau seniman seperti itu.
Patung Chairil Anwar tersebut hanya ada dua di Indonesia. Selain di Malang, patung Chairil juga dapat ditemui di Jakarta, tepatnya di Monas.
Akan tetapi, di Malang terbilang istimewa karena jika di Monas patung Chairil Anwar digabung dengan tokoh Indonesia lain dan ditempatkan di dalam gedung, sementara di Malang berada di luar dan bisa dilihat siapa saja yang melintasinya.
Sebuah penghormatan bagi Malang mengingat di tanah kelahirannya yaitu Medan patung Chairil tidak ada.
Patung Chairil berada di Jalan Letjen Basuki Rahmad, Kayutangan, Kota Malang, tepatnya di depan Gereja Katolik Hati Kudus dan sangat dekat dengan Toko Oen.
Jika menempuh perjalanan ke Alun-alun Merdeka Kota Malang melewat Jalan Basuki Rahmat atau Jalan MGR Sugiono, patung yang berada tepat di tengah taman berbentuk segitiga itu akan terlihat sangat jelas dan menawan. Itu seperti yang disaksikan Minggu (10/5/2020).
Dibuatnya patung Chairil Anwar itu tidak lepas dari kenangan yang dia berikan di Malang.
Penyair kelahiran Medan 26 Juli 1922 itu berada di Malang pada 25 Februari 1947 hingga 6 Maret 1947.
Saat itu, Malang ditunjuk sebagai tempat diadakannya Sidang Pleno Kelima Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebuah komite yang saat ini bernama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia.
Saat berada di Malang, Chairil sempat menuliskan puisi berjudul “Sorga” yang bertanggal 25 Februari 1947 dan “Sajak buat Basuki Resobowo” bertanggal 28 Februari 1947.
Sayangnya, Chairil tidak memiliki usia yang panjang. Pada 28 April 1949, setelah sempat sakit selama beberapa waktu, penyair itu pun mengembuskan napas terakhir dan meninggalkan sejumlah karya yang sangat fenomenal.
Menurut sejarah, adanya patung itu di Malang tidak lepas dari peran Achmad Hudan Dardiri, seorang intelektual dan pejuang yang kagum dengan karya yang dibuat oleh Chairil Anwar.
Hudan memimpin pembuatan patung yang detailnya diberikan kepada perupa bernama Widagdo.
Uniknya, pada bagian bawah patung terdapat pedestal bertuliskan sajak terkenal Chairil Anwar yang berjudul "Aku".
Kini, seiring berjalannya waktu serta tidak adanya petunjuk yang cukup jelas, banyak orang tidak mengetahui, Malang memiliki kenangan tersendiri bagi penyair yang dikenal dengan sebutan Binatang Jalang itu.
Saat ini, lebih banyak orang mengingatnya sebagai taman pembatas di pertigaan Jalan Kayutangan saja dan melupakan sejarah dari sosok dan tempat itu dalam perkembangan Malang juga Indonesia.
Hasbilah Ahmad Ferdianto
Aktif di Komunitas Literasi Perpustakaan Trotoar Malang
Trotoar.pustaka@gmail.com
083866358000