Virus Corona di Surabaya

FAKTA Lengkap Obat Corona Hasil Peneliti Unair, Cara Kerja Efektif dan Sudah Produksi Ratusan Ribu

Fakta lengkap obat corona (COVID-19) hasil peneliti Universitas Airlangga (Unair) yang terbukti efektif dan telah diproduksi ratusan ribu.

Penulis: Alif Nur Fitri Pratiwi | Editor: Musahadah
Kompas.tv
Ilustrsi vaksin Corona. Unair Surabaya telah memproduksi ratusan obat Covid-19 dan siap diditribusikan 

SURYA.CO.ID - Berikut fakta lengkap obat corona (COVID-19) hasil peneliti Universitas Airlangga (Unair) yang terbukti efektif.

Dari keterangan Rektor Universitas Airlangga, Prof M Nasih obat virus corona ini mampu menghentikan peredaran COVID-19.

Pihaknya pun menginformasikan jika obat virus corona ini sudah diproduksi ratusan ribu dan didistribusikan sesuai rekomendasi gugus tugas.

Sementara itu, obat tersebut diumumkan di Jakarta oleh Sekretaris Utama BIN, Kolonel Bambang Sunarwibowo, Jumat (12/6/2020).

Lalu bagaimana cara kerja obat virus corona hasil peneliti Unair hingga diklaim efektif menghentikan peredaran COVID-19? 

Simak fakta lengkapnya berikut ini.

1. Temukan Lima Kombinasi

Setelah melakukan riset dan penelitian, peneliti Universitas Airlangga (Unair) menemukan lima kombinasi obat untuk melawan Corona.

Penelitian ini rupanya didukung Badan Inteligen Negara (BIN) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga Dr dr Purwati SpPD K-PTI FINASIM mengatakan obat itu terdiri dari:

Lopinavir/ritonavir dengan azithromicyne, Lopinavir/ritonavir dengan doxycyline,  dan Lopinavir/ritonavir dengan chlaritromycine.

Kemudian Hydroxychloroquine dengan azithromicyne dan  Hydroxychloroquine dengan doxycycline.

Regimen kombinasi obat Corona tersebut dijelaskan dr Purwati tidak untuk diperjualbelikan secara bebas.

"Belum diperjualbelikan. Ini kolaborasi antara UNAIR, BNPB, dan juga Badan Intelijen Negara," ujar dr Purwati.

2. Efektivitas Obat Corona

Lebih lanjut, dr Purwati menjelaskan kombinasi regimen obat tersebut memiliki potensi dan efektivitasnya cukup bagus terhadap daya bunuh virus.

Dosis masing-masing obat dalam kombinasi tersebut yaitu 1/5 dan 1/3 lebih kecil dibandingkan dosis tunggalnya sehingga mengurangi efek toksik dari obat tersebut bila diberikan sebagai obat tunggal.

“Kini sudah ada ratusan obat yang sudah diproduksi dan akan disebarkan kepada rumah sakit yang membutuhkan,” katanya.

3. Selain Obat, ada Potensi Stem Cell

Selain regimen kombinasi obat yang ditemukan, sejumlah peneliti UNAIR menemukan potensi dalam penelitian stem cell.

Dr Purwati juga menemukan dua formula yaitu Haematopotic Stem Cells (HSCs) dan Natural Killer (NK) cells.

“Dari hasil uji tantang HSCs ditemukan bahwa setelah 24 jam virus SARS CoV2 isolat Indonesia sudah dapat dieliminasi oleh stem cells tersebut. Sedangkan hasil uji tantang NK cells terhadap virus, setelah 72 jam didapatkan sebagian virus dapat diinaktivasi oleh NK cells tersebut,” terangnya.

Keduanya memiliki potensi dan efektivitas yang cukup bagus sebagai pencegahan maupun pengobatan virus SARS CoV 2.

Menurutnya, kedua pengobatan alternatif itu bisa menjadi rekomendasi bagi para dokter, industri obat, dan masyarakat dalam menangani COVID-19 secara cepat.

4. Sudah Produksi Ratusan Ribu

Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bersama mitranya diketahui telah memproduksi ratusan ribu obat virus Corona.

Ratusan ribuan obat tersebut juga sudah diuji kombinasinya dan memiliki keefektifan dalam menghentikan infeksi COVID-19.

Rektor Unair, Prof Moh Nasih menjelaskan obat-obat tersebut belum didistribusikan secara bebas dan diperjualbelikan.

"Obat-obat ini sudah kami berikan ke Jakarta yang merupakan mitra kami. Kami juga koordinasi dengan gugus tugas agar diberikan ke rumah sakit yang membutuhkan," urai Nasih.

Tentunya pendistribusian ini diberikan pada beberapa rumah sakit yang ditunjuk untuk penanganan COVID-19.

Pendistribusiannya, ditegaskan Prof Nasih bersifat rekomendari dari dari gugus tugas.

"Jadi memang tidak semua dokter butuh, jika dokternya merasa butuh dan yakin untuk meresepkan obat ini maka akan didistribusikan," lanjutnya.

5. Sudah Ada Dokter yang Pakai

Sistem pendistribusian ini dikatakan Guru besar FEB Unair ini belum bisa dilakukan secara bebas karena untuk jadi obat bebas harus memiliki izin edar masih dalam proses lebih lanjut.

"Akhir Juni baru kami lakukan uji klinis, uji klinis ini dibutuhkan jika memang obat kombinasi ini dijadikan obat tunggal dan dipasarkan bebas," urainya.

Dikatakan Prof Nasih, dokter memiliki wewenang meresepkan obat kombinasi ini karena obat tersebut sudah beredar dipasaran dan berBPOM.

"Sebelumnya dokter juga ada yang sudah memakai obat-obat ini. Dan pengujian kami sudah menguji obat-obat ini bisa menghentikan peredaran COVID-19," pungkasnya.

Sejumlah kombinasi obat ini dikatakan Prof Nasih bisa memberikan reaksi dari 24 jam hingga 72 jam.

(Sulvi Soviana/AlifNur/Surya.co.id)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved