Berita Mojokerto

Terminal Baru Mojosari Mangkrak dan Kumuh, Sekarang Malah Kerap Dipakai Membuang Sampah Liar

Rencananya terminal ini mau menjaring penumpang dari tiga angkutan itu namun faktanya animo calon penumpang sangat minim.

Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Anas Miftakhudin
M Romadoni
Terminal Baru Mojosari di Jalan Brawijaya mangkrak dan tidak terawat. Dinding tembok bangunan banyak coretan cat pilox dan di sekitarnya dipenuhi rumput dan ilalang.  

SURYA.CO.ID I MOJOKERTO -

Terminal Baru Mojosari di Jalan Brawijaya, Dusun Petok, Desa Tunggalpager, Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto mangkrak dan tidak terawat.

Kondisi terminal tersebut sangat memprihatinkan. Sebagian besar dinding tembok bangunan terlihat coretan cat pilox dan di sekitarnya dipenuhi rumput dan ilalang. 

Pagar besi dan papan nama yang berada di depan mulai memudar. Kesan kumuh semakin terlihat saat menyusuri sudut area terminal yang justru dipakai sebagai tempat pembuangan sampah liar.

Aktivitas di dalam area sangat lengang nyaris tidak ada orang di dalam terminal yang dibangun di lahan seluas 3,6 ha tersebut. Di sana ditempati sopir angkot yang sekadar istirahat melepas lelah di warung kopi di belakang area terminal.

Kendaraan angkutan umum justru mencari penumpang di luar terminal. Keadaan seperti ini ditengarai menjadi alasan calon penumpang umum enggan masuk ke Terminal Baru Mojasari.

Sopir angkot jurusan Mojokerto-Mojosari, Joni (65), mengatakan banyak calon penumpang yang lebih memilih menunggu di depan terminal.

"Penumpang menunggu di pinggir jalan mereka tidak mau masuk ke terminal," ujarnya, Sabtu (6/6).

Terminal Mojosari memang sudah sepi sejak dua bulan usai diresmikan 2017 lalu. Diduga penyebabnya lokasi terminal tidak strategis dan berada jauh dari pusat permukiman. Bahkan mayoritas

Terminal Baru Mojosari di Jalan Brawijaya mangkrak dan tidak terawat. Dinding tembok bangunan banyak coretan cat pilox dan di sekitarnya dipenuhi rumput dan ilalang. 
Terminal Baru Mojosari di Jalan Brawijaya mangkrak dan tidak terawat. Dinding tembok bangunan banyak coretan cat pilox dan di sekitarnya dipenuhi rumput dan ilalang.  (M Romadoni)

kendaraan umum dari Terminal Kertajaya tujuan Ngoro tidak berhenti di Terminal Mojosari.

"Kalau kendaraan umum ke terminal ya buang-buang bensin saja apalagi lokasinya juga jauh," ungkapnya. 

Kasi Pengendalian dan Operasional UPT LLAJ Mojokerto Dishub Provinsi Jatim, Yoyok Kristyowahono, memaparkan pengelolaan Terminal Baru Mojosari sampai saat ini sepenuhnya ditangani Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Perhubungan (DPRKP2) Kabupaten Mojokerto. Memang pengelolaan terminal ini akan diserahkan pada Pemprov Jatim namun belum terealisasi. 

"Sebenarnya pengelolaan terminal baru diserahkan ke Pemprov Jatim sejak 1 Januari 2017, namun sampai sekarang tidak ada Berita Acara Serah Terima  Personel Pendanaan Sarana dan Prasarana serta Dokumen (BASTP3D)," jelasnya.

Realisasi penyerahan pengelolaan terminal terbentur sejumlah persoalan. Pasalnya, penyerahan itu sebatas tata kelola di area terminal tidak termasuk bangunan kantor. 

"Seharusnya pengelolaan terminal juga diserahkan berikut kantornya kalau tidak ada, lalu mau menempati kantor di mana ini yang menjadi persoalannya," celetuknya.

Lokasi terminal Mojosari dinilai jauh dari pusat perbelanjaan yaitu Central Bisnis Distrik (CBD) sehingga calon penumpang lebih memilih naik angkutan umum di jalan raya.

Terminal ini diperuntukkan untuk menjaring angkutan antarkota yang melintas di wilayah Mojosari seperti bus jurusan Mojokerto-Pasuruan, bus Mila sejahtera jurusan Probolinggo-Jogja dan bus jurusan Kediri-Banyuwangi. 

"Rencananya terminal ini mau menjaring penumpang dari tiga angkutan itu namun faktanya animo calon penumpang sangat minim," terangnya.

Terminal Baru Mojosari di Jalan Brawijaya mangkrak dan tidak terawat. Dinding tembok bangunan banyak coretan cat pilox dan di sekitarnya dipenuhi rumput dan ilalang. 
Terminal Baru Mojosari di Jalan Brawijaya mangkrak dan tidak terawat. Dinding tembok bangunan banyak coretan cat pilox dan di sekitarnya dipenuhi rumput dan ilalang.  (M Romadoni)

Keberadaan  terminal itu harus prototempatif yang berarti saat penumpang membutuhkan antarmoda, ada koneksitas antara kendaraan angkutan umum dengan lainnya. Paling ideal kalau  disebut terminal adalah tempat di mana ada aktivitas penumpang yang naik dan turun dari kendaraan angkutan umum jadi seperti itu.

"Saya lihat di sana masih ditarik retribusi kalau tidak salah itu di jalan kenapa tidak di dalam terminal saja, bisa saja kendaraan angkutan umum dipaksa masuk ke terminal seperti di Terminal Kertajaya Mojokerto," tandasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved