Harga Asli Oreo Supreme Beda Jauh dan Tak Terlalu Mahal, Ini 6 Fakta Unik Awal Mula Hingga Viral

Di balik ketenaran Oreo Supreme ternyata harga aslinya berbeda jauh dari harga pasaran saat ini.

Penulis: Alif Nur Fitri Pratiwi | Editor: Musahadah
Instagram @oreo
Oreo Supreme yang viral dan dibandrol dengan harga selangit, tapi harga aslinya beda jauh 

Warna dan logo yang sama juga bisa kamu temukan di berbagai produk mulai dari sepatu sneakers, zippo, sampai kantung ziplock.

Salah satu hal yang menyebabkan produk-produk Supreme termasuk Supreme Oreo menjadi mahal adalah faktor eksklusivitasnya.

Barang-barang ini dirilis dalam jumlah sangat sedikit dalam periode musiman.

Kebanyakan dibeli oleh para reseller dalam hitungan menit atau bahkan detik ketika dirilis.

5. Diburu kaum ‘hypebeasts'

Kaum ‘hypebeasts’, begitulah orang-orang memanggil penggemar Supreme.

Mereka menguasai pasar Supreme dan menyebabkan barang-barang sederhana seperti Oreo atau helm motor bisa dihargai sekitar 100 hingga 10.000 dollar AS.

Fenomena Supreme Oreo ini juga memperlihatkan betapa spektakulernya animo terhadap benda apa pun dengan label Supreme.

Orang-orang yang sudah mencoba Supreme Oreo mendeskripsikan rasanya seperti “lebih artifisial” dan tidak seperti biskuit Oreo biasa.

Beberapa pembeli bahkan mengatakan bahwa kue ini terasa mirip dengan varian Golden Oreo, tetapi jauh lebih buruk.

Kebanyakan orang yang membeli kue tersebut enggan membuka bungkus dan memakan biskuit tersebut.

Foto-foto di media sosial memperlihatkan tumpukan Oreo di rumah-rumah dan tersedia untuk dijual.

Foto tersebut sebagai bentuk sindiran pada pemburuSupreme Oreo.

Namun hal tersebut tak berpengaruh, jumlah penjualanSupreme Oreo malah terus meningkat dan tetap diburu lewat online.

6. Pandangan Sosiolog

Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Drajat Tri Kartono mengatakan, merk Supreme dari Amerika Serikat telah sukses membuat ikonnya menjadi suatu identitas populer.

Kolaborasi dengan Oreo bukan pada fungsi makanan, tetapi lebih karena image dan reputasi.

Dalam Ilmu Soiologi, kata dia, disebut modal simbolik.

"Jadi kalau saya makan itu, maka saya mendapatkan simbol, saya mendapatkan penghargaan, saya diakui sebagai bagian dari budaya populer dan budaya yang waktu itu lagi tren," kata Drajat, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (15/5/2020).

Drajat menilai, produk tersebut akan semakin booming karena adanya media sosial.

"Ini kemudian dipercepat luar biasa, dengan adanya media sosial, dengan adanya iklan-iklan TV dan sebagainya," kata Drajat.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved