Virus Corona di Madiun
Pasien COVID-19 Klaster Ponpes Temboro Bandel, Bupati Madiun Rela Jemput di Rumah Agar Dirawat di RS
Tidak semua pasien COVID-19 ( virus corona) di Kabupaten Madiun, Jawa Timur mematuhi protokol kesehatan yang diterapkan pemerintah.
Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Iksan Fauzi
SURYA.co.id | MADIUN - Tidak semua pasien COVID-19 ( virus corona) di Kabupaten Madiun, Jawa Timur mematuhi protokol kesehatan yang diterapkan pemerintah.
Salah satunya para pasien COVID-19 klaster Ponpes Temboro Magetan, Jawa Timur yang rata-rata bandel enggan dirawat di rumah sakit.
Hal itu pun membuat Bupati Madiun, Ahmad Dawami Ragil Saputro yang akrab dipanggil Kaji Mbing ini rela terjun dan menemui orang tua para santri Ponpes Temboro asal Madiun.
Kaji Mbing membujuk satu per satu para orang tua santri agar mengizinkan anaknya dirawat di rumah sakit.
Di antara santri yang dijemput dan dibujuk Kaji Mbing adalah santri asal Desa Sewulan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun yang terkonfirmasi positif Covid-19, Kamis (14/5/2020) malam.

Santri laki-laki dari Pondok Temboro Magetan ini merupakan pasien ke sepuluh dari klaster Ponpes Temboro yang dinyatakan positif COVID-19.
Dengan demikian, jumlah pasien positif COVID-19 di Kabupaten Madiun menjadi 15 orang, tiga orang di antaranya sudah dinyatakan sembuh.
Kaji Mbing mengatakan, dari riwayat pejemputan pasien positif COVID-19 di Kabupaten Madiun, sebagian besar pasien dari klaster Ponpes Temboro Magetan enggan dievakuasi ke rumah sakit.
“Saya seringkali mendatangi langsung ke rumah pasien.
Karena keluarganya seringkali sulit dijelaskan meski sudah dijelaskan anaknya positif COVID-19.
Bahkan, beberapa keluarga pasien keluar rumah menghalangi petugas yang hendak membawa pasien,” kata Kaji Mbing, Jumat (15/5/2020).
Karena alasan itulah, Kaji Mbing kerap turun langsung ke lokasi untuk membantu petugas yang kesulitan mengevakuasi pasien positif COVID-19 ke rumah sakit.
Ia selalu mendatangi rumah warganya yang positif COVID-19 setelah hasil tes swab dinyatakan positif.
Ia memilih mendatangi rumah warga untuk memastikan protokol kesehatan COVID-19 terpenuhi sehingga penyebarannya dapat dicegah sejak dini.
Selain itu, juga untuk menenangkan warganya.
Kaji menceritakan, mengevakuasi warga yang dinyatakan positif COVID-19 untuk diisolasi ke rumah sakit bukan hal yang mudah.

Seperti yang terjadi ketika ia menjemput paksa seorang warganya yang positif COVID-19 di Desa Sewulan, Kecamatan Dagangan, Kamis (14/5/2020) kemarin sore.
“Saya selaku Bupati Madiun harus bertanggungjawab, ketika pemerintah desa dan pemerintah kecamatan kesulitan meyakinkan orangtua pasien, memahamkan mereka,” ujar Kaji Mbing
Kaji Mbing terpaksa turun menjemput paksa sendiri warganya setelah tim medis gagal mengevakuasi pasien.
Tim Dinkes Kabupaten Madiun dan RSUD Dolopo turun ke lokasi setelah mendapatkan hasil tes swab santri Pondok Temboro Magetan yang tinggal di Desa Sewulan ini dinyatakan positif COVID-19.
Kaji Mbing mengatakan, saat tiba di lokasi, awalnya orangtua santri laki-laki ini menolak anaknya dibawa oleh petugas kesehatan ke rumah sakit.
Padahal, tim kesehatan sudah berupaya dengan mendatangkan kepala desa dan camat setempat.
Orangtuanya menolak dan beralasan anaknya tidak sakit.
Hingga akhirnya, tim kesehatan meminta bantuannya.
Kamis (14/5/2020) sore, setelah mendapat laporan, Kaji Mbing langsung mendatangi lokasi.

“Kedua orangtua anak itu menolak anaknya yang positif Covid-19 dibawa ke rumah sakit lantaran merasa anaknya dalam kondisi sehat,” kata Kaji Mbing, kepada , Kamis (14/5/2020) malam.
Kaji Mbing mengatakan, orangtua pasien mengatakan anak mereka tidak mengalami gejala sakit yang mengarah ke corona atau orang tanpa gejala (OTG).
“Kami pun sudah menjelaskan bahwa anaknya termasuk pasien yang positif, namun tidak memiliki gejala klinis Covid-19. Tetapi, mereka tetap bersikukuh anaknya dalam kondisi sehat dan tidak sakit,” ungkap Kaji Mbing.
Bahkan, lanjut Kaji Mbing, saat itu ayah kandung pasien sempat membacakan doa dengan suara keras , serta menudingnya menyakiti dan menzalimi keluarga mereka.
Ia mengaku sangat prihatin dengan penolakan semacam itu, padahal tim kesehatan harus bertaruh nyawa demi menyelamatkan para pasien Corona.
Setelah beradu argumentasi sekitar satu jam, orangtua santri itu akhirnya mau menyerahkan anaknya untuk diisolasi ke RSUD Dolopo Madiun, hingga dinyatakan sembuh dari Covid-19. Sementara keluarga pasien, diminta untuk mengisolasi diri secara mandiri di rumah.