Tips Sehat di Tengah Virus Corona

Panduan Berjemur. Waktu dan Durasi yang Tepat Sesuai Jenis Kulit Masyarakat Indonesia

Tahukah anda, ternyata banyak orang yang sudah berjemur masih kekuarang Vitamin karena cara berjemurnya tidak efektif.

Editor: Suyanto
surya.co.id/zainel arif
Warga Klampis Semolo Tengah Surabaya melakukan aktivitas berjemur diri di depan rumah, Kamis (26/3/2020). 

SURYA.CO.ID I JAKARTA - Akhir-akhir masyarakat Indonesia rajin berjemur di bawah terik panas matahari.

Tapi tahukah anda, ternyata banyak orang yang sudah berjemur masih kekuarang Vitamin karena cara berjemurnya tidak efektif.

Mau berjemur efektif dan berapa lama berjemur yang baik? Ikuti panduan dr Sondang Aemilia P Sirait SpKK.Dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini (RSCM)

Tapi tahukah anda, ternyata banyak orang yang sudah berjemur masih kekuarang Vitamin karena cara berjemurnya tidak efektif.

Mau berjemur efektif dan berapa lama berjemur yang baik? Ikuti panduan dr Sondang Aemilia P Sirait SpKK.Dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini (RSCM)

Dijelaskan, berjemur tidak hanya didasari kapan waktunya saja, tapi perlu juga memperhatikan durasi dan warna kulit seseorang.

Sondang Aemilia menjelaskan, tubuh kita memiliki sistem kekebalan tubuh.

Sinar matahari, perannya adalah membentuk vitamin D yang dibutuhkan tubuh untuk:

1. Meningkatkan imunita tubuh.
2. Memperkuat tulang.
3. Melawan virus-virus yang masuk ke tubuh kita," ujar dr Sondang.

 Salah Pilih Waktu Jadi Keriput

Sinar matahari memiliki ultraviolet A (UVA) dan ultraviolet B (UVB). Dari seluruh ultraviolet matahari, sebanyak 95 persen adalah UV A dan sisanya UVB hanya 5 persen.
“Padahal untuk membentuk vitamin D membutuhkan UVB. Jadi kita harus pandai-pandai, kapan paling banyak, di jam berapa?,” kata dokter Sondang Aemilia kepada wartakotalive.com.

Ada satu keuntungan dan juga kerugian dari UVB ini, yakni gelombangnya lebih pendek, sehingga jadi akan lebih susah untuk tembus dari atmosfir.

Kalau sedang banyak awan, polusi, UVB ini sulit sampai ke permukaan bumi, artinya juga sulit juga sampai ke permukaan kulit.
Sementara UVA gelombangnya lebih panjang, sehingga dapat tembus sampai ke lapisan dermis. Tapi karena UVA inilah yang bisa menyebabkan kanker kulit, penuaan dini, serta rusaknya kolagen yang menyebabkan munculnya keriput.

Dijelaskan, ketika matahari terbit, biasanya baru sedikit ultraviolet yang bisa tembus ke permukaan bumi karena ada sudut kemiringan.

Tapi begitu makin tinggi, posisi sekitar 45 derajat terhadap permukaan bumi, terhadap di mana kita berdiri sudah semakin tinggi disebut dengan UV indeks, atau indeks kekuatan sinar ultraviolet.

Nah saat itu, ultravioletnya dua-duanya ada, baik UVA dan UVB.

Semakin tinggi di tengah hari atau mid day atau pukul 12:00an adalah puncak ultraviolet indeks.

Artinya, jika dikaitkan dengan kondisi Indonesia, secara umum indeks ultra violet (indeks UV) akan semakin tinggi (baik) saat matahari berada persis di atas kepala (pukul 11:00-14:00).

“Jadi kalau mau dapat manfaat dari UVB, karena satu-satunya yang bisa memproduksi vitamin D adalah UVB tinggi, ya cari saat indeks UV-nya tinggi juga," katanya.

Dari berbagai penelitan, pukul 09:00 UV B ada tapi UV indeks rendah, pukul 08;00 WIB lebih redah lagi.

"Jam 10 sudah cukup lebih tinggi. Makin siang, biasanya makin tinggi.

Perhatikan Faktor Tipe Kulit

Selain UV indeks, faktor lain yang menentukan masuknya UVB ke kulit adalah tipe kulit atau warna kulit seseorang.

Di dunia ada enam tipe kulit.

Dari tipe kulit 1 sampai tipe kulit 6.

Tipe kulit 1 biasanya orang Eropa utara; cenderung sangat putih.

Tipe kulit 6 biasanya orang-orang Afrika yang warna kulitnya lebih gelap.

Rata-rata tipe kulit orang Indonesia diwakili nomer tipe kulit 3, 4, dan 5.

Kulit tipe 3 kuning langsat, tipe 4 kebanyakan sawo matang, tipe 5 Indonesia Timur.

Orang Indonesia yang memiliki tipe kulit 3 adalah yang warna kulitnya putih seperti keturunan Tionghoa atau orang Manado, Sulawesi Utara.
Orang Indonesia memiliki tipe kulit 4 adalah mereka yang tinggal di Pulau Jawa (orang Jawa) dan juga Sumatera yang warna kulitnya sawo matang.

"Tipe kulit lima mereka yang warna kulitnya lebih gelap, seperti orang Papua, orang Kupang, orang Maluku atau orang Indonesia timur.Ini bukan soal SARA, tetapi tipe kulit dan kaitannya dengan pembentukan vitamin D," katanya.

Semakin warna kulitnya putih, semakin mudah dan cepat membentuk vitamin D. Semakin gelap warna kulit semakin sulit dan butuh waktu lama bentuk vitamin D.

Dengan demikian, lama orang Manado berjemur itu berbeda dengan lama orang Jawa karena memang tipe kulitnya berbeda.

Kapan waktu yang tepat?

Berdasarkan inilah walaupun waktu berjemur sama, belum tentu rentang waktunya sama, karena berbeda warna kulitnya.

Ada penelitan di Jakarta bahwa UV indeks tertinggi di pukul 11:00 sampai 13:00 atau waktu tengah hari. Kalau berjemur pada jam-jam tersebut, kita akan mendapatkan produksi vitamin D paling tinggi.

Pukul 10:00 sudah tinggi karena indeks UV-nya sudah 6-7.
Pukul 14:00, indeks UV-nya juga 6-7.
Pukul 11.00 - 13.00 indek UV-nya 10-1

Lalu durasi berjemurnya?

Dokter Sondang menjelaskan, pada kulit tipe 3 hanya perlu waktu 10-15 menit bila berjemur pukul 10 keatas.
Tapi kalau jemur di pagi hari bisa juga, tapi butuh waktu lebih lama.

Sondang Aemilia menjelaskan, tubuh kita memiliki sistem kekebalan tubuh.

Sinar matahari, perannya adalah membentuk vitamin D yang dibutuhkan tubuh untuk:

1. Meningkatkan imunita tubuh.
2. Memperkuat tulang.
3. Melawan virus-virus yang masuk ke tubuh kita," ujar dr Sondang.

 Salah Pilih Waktu Jadi Keriput

Sinar matahari memiliki ultraviolet A (UVA) dan ultraviolet B (UVB). Dari seluruh ultraviolet matahari, sebanyak 95 persen adalah UV A dan sisanya UVB hanya 5 persen.
“Padahal untuk membentuk vitamin D membutuhkan UVB. Jadi kita harus pandai-pandai, kapan paling banyak, di jam berapa?,” kata dokter Sondang Aemilia kepada wartakotalive.com.

Ada satu keuntungan dan juga kerugian dari UVB ini, yakni gelombangnya lebih pendek, sehingga jadi akan lebih susah untuk tembus dari atmosfir.

Kalau sedang banyak awan, polusi, UVB ini sulit sampai ke permukaan bumi, artinya juga sulit juga sampai ke permukaan kulit.
Sementara UVA gelombangnya lebih panjang, sehingga dapat tembus sampai ke lapisan dermis. Tapi karena UVA inilah yang bisa menyebabkan kanker kulit, penuaan dini, serta rusaknya kolagen yang menyebabkan munculnya keriput.

Dijelaskan, ketika matahari terbit, biasanya baru sedikit ultraviolet yang bisa tembus ke permukaan bumi karena ada sudut kemiringan.

Tapi begitu makin tinggi, posisi sekitar 45 derajat terhadap permukaan bumi, terhadap di mana kita berdiri sudah semakin tinggi disebut dengan UV indeks, atau indeks kekuatan sinar ultraviolet.

Nah saat itu, ultravioletnya dua-duanya ada, baik UVA dan UVB.

Semakin tinggi di tengah hari atau mid day atau pukul 12:00an adalah puncak ultraviolet indeks.

Artinya, jika dikaitkan dengan kondisi Indonesia, secara umum indeks ultra violet (indeks UV) akan semakin tinggi (baik) saat matahari berada persis di atas kepala (pukul 11:00-14:00).

“Jadi kalau mau dapat manfaat dari UVB, karena satu-satunya yang bisa memproduksi vitamin D adalah UVB tinggi, ya cari saat indeks UV-nya tinggi juga," katanya.

Dari berbagai penelitan, pukul 09:00 UV B ada tapi UV indeks rendah, pukul 08;00 WIB lebih redah lagi.

"Jam 10 sudah cukup lebih tinggi. Makin siang, biasanya makin tinggi.

Perhatikan Faktor Tipe Kulit

Selain UV indeks, faktor lain yang menentukan masuknya UVB ke kulit adalah tipe kulit atau warna kulit seseorang.

Ada enam tipe kulit

Dari tipe kulit 1 sampai tipe kulit 6.

Tipe kulit 1 biasanya orang Eropa utara; cenderung sangat putih.

Tipe kulit 6 biasanya orang-orang Afrika yang warna kulitnya lebih gelap.

Rata-rata tipe kulit orang Indonesia diwakili nomer tipe kulit 3, 4, dan 5.

Kulit tipe 3 kuning langsat, tipe 4 kebanyakan sawo matang, tipe 5 Indonesia Timur.

Orang Indonesia yang memiliki tipe kulit 3 adalah yang warna kulitnya putih seperti keturunan Tionghoa atau orang Manado, Sulawesi Utara.
Orang Indonesia memiliki tipe kulit 4 adalah mereka yang tinggal di Pulau Jawa (orang Jawa) dan juga Sumatera yang warna kulitnya sawo matang.

"Tipe kulit lima mereka yang warna kulitnya lebih gelap, seperti orang Papua, orang Kupang, orang Maluku atau orang Indonesia timur.Ini bukan soal SARA, tetapi tipe kulit dan kaitannya dengan pembentukan vitamin D," katanya.

Semakin warna kulitnya putih, semakin mudah dan cepat membentuk vitamin D. Semakin gelap warna kulit semakin sulit dan butuh waktu lama bentuk vitamin D.

Dengan demikian, lama orang Manado berjemur itu berbeda dengan lama orang Jawa karena memang tipe kulitnya berbeda.

Kapan waktu yang tepat?

Berdasarkan inilah walaupun waktu berjemur sama, belum tentu rentang waktunya sama, karena berbeda warna kulitnya.

Ada penelitan di Jakarta bahwa UV indeks tertinggi di pukul 11:00 sampai 13:00 atau waktu tengah hari. Kalau berjemur pada jam-jam tersebut, kita akan mendapatkan produksi vitamin D paling tinggi.

Pukul 10:00 sudah tinggi karena indeks UV-nya sudah 6-7.
Pukul 14:00, indeks UV-nya juga 6-7.
Pukul 11.00 - 13.00 indek UV-nya 10-1

Lalu durasi berjemurnya?

Dokter Sondang menjelaskan, pada kulit tipe 3 hanya perlu waktu 10-15 menit bila berjemur pukul 10 keatas.
Tapi kalau jemur di pagi hari bisa juga, tapi butuh waktu lebih lama.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved