Virus Corona di Tulungagung

Tolak Pagebluk Virus Corona, Ada Topeng Thethek Molek di Pendopo Kabupaten Tulungagung

Di wilayah utara topeng ini disebut thethek melek, namun di selatan Tulungagung dikenal dengan thethek molek.

Penulis: David Yohanes | Editor: Titis Jati Permata
surya.co.id/david yohannes
Salah satu topeng tolak pagebluk yang dipasang di Pendopo Kabupaten Tulungagung. 

SURYA.CO.ID, TULUNGAGUNG - Dua tiang pendopo bagian luar Kongas Arum Kusumaning Bangsa Tulungagung kini terlihat berbeda.

Ada topeng yang terpasang di dua tiang pendopo ini layaknya dua penjaga.

Topeng ini adalah thethek molek atau thethek melek, yang dipercaya sebagai tolak pagebluk (pandemi penyakit).

Topeng terbuat dari pangkal pelepah kelapa yang disebut bongkok, dan dilukisi mirip wajah, lengkap dengan mulut, mata dan hidung.

Di wilayah utara topeng ini disebut thethek melek, namun di selatan Tulungagung dikenal dengan thethek molek.

"Dulu nenek moyang kita pernah menghadapi pandemi penyakit seperti saat ini. Dan yang mereka lakukan salah satunya adalah memasang gambar mirim manusia ini," ujar Kepala Bagian Humas, Protokol dan Kerja Sama Antar Kepala Dinas, Galih Nusantoro, Senin (6/4/2020).

Thethek molek dianggap simbol yang dipasang di depan rumah, dengan harapan penyakit tidak datang.

Pemasangannya pun disertai doa-doa untuk menolak penyakit.

Pemasangan thethek molek di pendopo ini dikarenakan, pendopo adalah simbol rumah rakyat.

"Kami memaknainya dari kaca mata budaya. Sejak ada peradaban manusia, budaya ini sudah ada," sambung Galih.

Dua topeng tolak pagebluk ini dipasang sejak kemarin, Minggu (5/4/2020).

Ke dua topeng ini adalah sumbangan dari warga yang peduli dengan Tulungagng.

Masih menurut Galih, ini adalah salah satu ikhtiar yang dilakukan warga untuk menolak pagebluk.

Sebelumnya cara rasional, dengan social distancing, physical distancing dan upaya lain sudah dilakukan.

Giliran Sabtu (4/4/2020) malam sejumlah kiai mengetuk pintu langit, dengan melakukan doa bersama di dalam pendopo.

Dan kini dilanjutkan dengan cara budaya turun temurun dari nenek moyang.

"Ini bukan sesembahan, sekedar bagian dari ikhtiar yang dilakukan. Jadi tidak usah dipertentangkan dengan keyakinan keagamaan," pungkas Galih.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved