FAKTA BARU Perawat Bunuh Diri karena Terinfeksi Virus Corona, Sudah Lama di RS Tapi Tak jadi ODP

Kasus seorang perawat wanita bunuh diri di tengah kasus virus corona di Italia mengejutkan warga setempat.

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
KOLASE SHUTTERSTOCK
Ilustrasi pasien virus corona yang sedang menjalani perawatan di ruang isolasi 

SURYA.CO.ID - Kasus seorang perawat wanita bunuh diri di tengah kasus virus corona di Italia mengejutkan warga setempat. 

Perawat wanita itu bunuh diri karena terinfeksi Covid-19, dan tak ingin menulari pasien.

Hal ini diungkap Federasi Perawat Nasional Italia, berikut fakta-faktanya.

1. Perawat di wilayah rawan Covid-19

Perawat wanita itu diketahui bernama Daniela Trezzi (34), yang bekerja mengatasi krisis Corona di sebuah rumah sakit di Lombardy, wilayah yang paling parah terkena dampak Covid-19 di Italia.

Federasi Perawat Nasional Italia mengonfirmasi kematiannya dan menyatakan 'rasa sakit dan cemas' dalam sebuah pernyataan, semalam.

Federasi mengatakan, banyak pekerja medis menderita 'stres berat' karena mereka takut menyebarkan virus ketika mencoba mengendalikan krisis Italia yang kini semakin parah.

2. Tak jadi ODP

Sementara kelompok keperawatan juga mengungkapkan bahwa 'episode serupa telah terjadi seminggu yang lalu di Venesia, dengan alasan mendasar yang sama'.

Manajer Umum Rumah Sakit San Gerardo, Mario Alparone, mengatakan Daniela Trezzi sudah di rumah sakit sejak 10 Maret 2020 dan menyatakan bahwa 'dia tidak di bawah pengawasan'.

FOTO ILUSTRASI: Para pekerja medis membawa seorang pasien di bawah perawatan intensif ke rumah sakit sementara Columbus Covid 2 yang baru dibangun pada 16 Maret 2020 untuk para pasien coronavirus di Gemelli di Roma
FOTO ILUSTRASI: Para pekerja medis membawa seorang pasien di bawah perawatan intensif ke rumah sakit sementara Columbus Covid 2 yang baru dibangun pada 16 Maret 2020 untuk para pasien coronavirus di Gemelli di Roma (ANDREAS SOLARO / AFP)

3. Covid-19 di Italia tinggi

Italia menjadi negara dengan tingkat kematian tertinggi di dunia karena virus Corona.

Menurut laporan Badan Perlindungan Sipil Italia, tercatat 743 warga Italia meninggal dunia, Selasa (24/3/2020).

"Langkah-langkah yang kami ambil dua minggu lalu mulai berpengaruh," kata Kepala Dinas Perlindungan Sipil Italia Angelo Borrelli kepada harian La Repubblica, dikutip dari Wartakotalive dengan judul BREAKING NEWS: Wanita Perawat Italia Bunuh Diri setelah Positif Corona, Khawatir Tulari Orang Lain.

Dengan demikian total kematian akibat wabah Corona di negeri Pizza itu menjadi 6.820 orang, sebuah angka kematian tertinggi di dunia.

Seperti diketahui, korban tewas akibat virus Corona tertinggi di Italia terjadi pada hari Sabtu (21/3/2020) yakni sebanyak 793 orang.

Dua hari berikutnya mengalami penurunan yakni 602 orang tewas pada Hari Senin (23/3/2020) dan 650 orang pada hari Selasa (24/3/2020).

Dengan demikian angka kemarian itu kembali mengalami kenaikan hari ini dengan 743 orang meninggal dunia.

Jumlah total kasus yang dikonfirmasi di Italia naik menjadi 69.176 dari sebelumnya 63.927 kasus. Angka itu meningkat 8,2 persen.

Sementara itu yang sudan sembuh sebanyak 8.326 orang atau mengalami peningkatan dibanding sebelumnya 7.432 orang.

Sebanyak 3.396 orang dalam perawatan intensif atau meningkat dari 3.204 orang.

Wilayah utara Lombardy yang paling terpukul masih dalam situasi kritis, dengan total 4.178 kematian dan 30.703 kasus.

Itu mengalami peningkatan dibandingkan dengan 3.776 kematian dan 28.761 kasus dilaporkan hingga Senin.

Daniela Trezzi, seorang perawat berusia 34 tahun di Italia utara, bunuh diri setelah terinfeksi virus Corona.
Daniela Trezzi, seorang perawat berusia 34 tahun di Italia utara, bunuh diri setelah terinfeksi virus Corona. (Dailymail/Doc. Daniela Trezzi)

Problem Demografi di Italia

Dikutip dari The Telegraph, menurut Prof Walter Ricciardi, penasihat ilmiah menteri kesehatan Italia, angka kematian negara itu jauh lebih tinggi karena demografi - negara ini memiliki populasi tertua kedua di dunia - dan cara rumah sakit mencatat kematian.

"Usia pasien kami di rumah sakit jauh lebih tua , mediannya adalah 67, sedangkan di China adalah 46," kata Prof Ricciardi.

"Jadi pada dasarnya distribusi usia pasien kami diperas ke usia yang lebih tua dan ini sangat penting dalam meningkatkan kematian."

Sebuah studi di JAMA minggu ini menemukan bahwa hampir 40 persen infeksi dan 87 persen kematian di negara ini telah dialami oleh pasien berusia di atas 70 tahun.

Dan menurut pemodelan oleh Imperial College, London, mayoritas kelompok usia ini cenderung membutuhkan perawatan rumah sakit yang kritis.

Termasuk 80 persen dari usia 80-an memberikan tekanan besar pada sistem kesehatan.

Tetapi Prof Ricciardi menambahkan bahwa angka kematian Italia mungkin juga tampak tinggi karena cara dokter mencatat kematian.

“Cara kami mengkode kematian di negara kami sangat murah hati dalam arti bahwa semua orang yang meninggal di rumah sakit dengan virus Corona dianggap sekarat karena virus Corona.

“Pada evaluasi ulang oleh National Institute of Health, hanya 12 persen dari sertifikat kematian telah menunjukkan kausalitas langsung dari virus Corona, sementara 88 persen pasien yang telah meninggal memiliki setidaknya satu pra-morbiditas - banyak memiliki dua atau tiga, " kata dia.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved