Gabungan 5 Kelompok KKB Papua Tak Ada Apa-apanya Dibanding Lodewijk Mandatjan, Tujuannya Juga Beda
Kekuatan Gabungan 5 Kelompok KKB Papua Saat ini Tak Ada Apa-apanya Dibanding Lodewijk Mandatjan, Tujuannya Juga Beda.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Aparat keamanan TNI-Polri saat ini sedang mewaspadai kekuatan gabungan kelompok kriminal bersenjata atau KKB Papua di sekitar Tembagapura.
Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw, mengatakan pihaknya sudah mengantisipasi dan menyiapkan 5.000 prajurit TNI-Polri.
Saat ini terdapat 5-6 KKB Papua dari sekitaran Mimika yang bergabung di Tembagapura.
Kelompok yang kini berada di Tembagapura yaitu di antaranya KKB Papua pimpinan Lelagak Telenggen, Egianus Kogoya, Jhony Botak, dan Gusbi Waker.
Kekuatan gabungan KKB Papua saat ini tak ada apa-apanya dibandingkan KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan.
Lodewijk Mandatjan memimpin teror KKB Papua pada tahun 1964-1967.
• Jadi Senjata Andalan KKB Papua untuk Serang TNI-Polri, Begini Spesifikasi Senapan AK-47 dan AR-15
• Kebohongan KKB Papua Tuduh TNI-Polri Jadi Penyebab Warga Ngungsi, Padahal Aksi Mereka yang Beringas
Ia berhasil menghimpun sekitar 14.000 orang untuk melakukan teror.
Dilansir dari buku 'Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' karya Hendro Subroto, KKB Papua Lodewijk Mandatjan melancarkan pemberontakan bermodal senapan-senapan tua peninggalan perang dunia 2.
Pada 28 Juli 1965, terjadi serangan ke asrama Yonif 641/ Cenderawasih Manokwari sehingga mengakibatkan tiga anggota TNI gugur dan empat lainnya luka-luka.
Gara-gara ini keadaan Kabupaten Manokwari mencekam.
Berbagai penghadangan dilakukan kelompok KKB Papua Mandatjan di kecamatan Warmare dan Ransiki.
Aparat keamanan di sana tak cukup menanggulangi keadaan.
Motif pemberontakan Lodewijk Mandatjan bukan semata-mata ingin memisahkan diri dengan Indonesia.
Ia juga bukan bagian dari OPM.
Mandatjan memberontak karena buruknya keadaan ekonomi pada awal Irian Barat bergabung dengan Indonesia.
Bahkan Mandatjan sendiri adalah seorang pejuang Trikora yang merasa kecewa dengan Indonesia karena hal tersebut.
Aksi teror KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan baru mereda setelah Sarwo Edhie Wibowo turun tangan.
Hal ini berawal saat Sarwo Edhie Wibowo menjabat sebagai panglima Kodam XVII/Tjendrawasih (1968-1970).
Sarwo Edhie Wibowo saat itu mau tak mau harus menghadapi sepak terjang KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan.
Dalam menghadapi aksi teror KKB Papua saat itu, Sarwo Edhie Wibowo memadukan operasi tempur dengan operasi non tempur.

Menurutnya, strategi non tempur digunakan lantaran ia menganggap para KKB Papua masih merupakan saudaranya sebangsa dan setanah air.
"Kalau pemberontak kita pukul terus menerus, mereka pasti hancur. Tetapi mereka adalah saudara-saudara kita. Baiklah mereka kita pukul, kemudian kita panggil agar mereka kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi" kata Sarwo Edhie Wibowo dalam buku karya Hendro Subroto.
Untuk menghindari terjadi pertumpahan darah yang lebih banyak, Sarwo Edhie Wibowo memerintahkan melakukan penyebaran puluhan ribu pamflet yang berisi seruan agar KKB Papua kembali ke NKRI.
Sarwo Edhie Wibowo kemudian memberi tugas kepada perwira Kopassus Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky untuk menemui pimpinan KKB Papua yang bernama Lodewijk Mandatjan.
Tujuannya adalah membujuk agar Mandatjan beserta anak buahnya mau kembali lagi ke pangkuan NKRI.
Tanpa membawa senjata, Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky berjalan kaki memasuki hutan untuk menemui pimpinan KKB Papua itu.
Saat bertemu dengan Mandatjan, Mayor Heru Sisnodo berkata: "Bapak tidak usah takut. Saya anggota RPKAD (sekarang Kopassus). Komandan RPKAD yang ada di sini anak buah saya. Dia takut sama saya. Kalau bapak turun dari hutan, nanti RPKAD yang akan melindungi bapak."
Akhirnya, Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky berhasil meyakinkan Lodewijk Mandatjan dan anak buahnya.
Mandatjan beserta keluarga dan anak buahnya pun diantar turun ke Manokwari.
Saat bertemu dengan Mandatjan, Sintong Panjaitan berkata: "Bapak saya jamin, saya akan melindungi bapak dengan keluarga"
Pemberontakan KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan pun sebagian besar telah terselesaikan, Kopassus tinggal melakukan penyisiran untuk memburu sisa-sisa anggota KKB Papua lainnya
Dengan begitu, Sarwo Edhie Wibowo berhasil menerapkan strategi non tempurnya sehingga tak terjadi pertumpahan darah lebih banyak.
Aksi keji KKB Papua sekarang
KKB Papua sekarang lebih sering melakukan aksi keji terutama kepada masyarakat.
Contohnya baru-baru ini, ribuan warga yang bermukim di pegunungan sekitar areal tambang PT Freeport Indonesia mengungsi karena tak tahan dengan aksi keji KKB Papua.
Menurut keterangan warga yang mengungsi, mereka tak nyaman lagi tinggal di pemukiman karena KKB Papua mulai meneror dan menggangu mereka.
Bahkan ada anggota KKB Papua yang memaksa meminta makanan dengan menodongkan senjata.
"Dari keterangan warga, alasan mereka ingin mengungsi ke Timika dikarenakan suasana di kampung sudah tidak nyaman, terkait adanya KKB Papua yang sudah menempati dan mengganggu masyarakat kampung, bahkan meminta makanan dengan paksaan dan menodongkan senjata," ungkap Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes Ahmad Mustifa Kamal.

Tak hanya itu, terungkap juga KKB Papua sering mengganggu anak gadis warga.
Hal ini diungkapkan oleh Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw, Jumat (13/2/2020) petang.
Menurut Waterpauw, KKB Papua tidak segan-segan menyakiti masyarakat bila keinginannya tidak dikabulkan, walaupun warga sudah kekurangan makanan.
Bahkan sering kali anak gadis warga diganggu kelompok tersebut, sehingga TNI-Polri akan melakukan penegakan hukum tanpa batas waktu, kata Waterpauw.
Di samping itu, Paulus Waterpauw juga menegaskan saat ini aparat keamanan sudah menguasai perkampungan di sekitar Tembagapura dari penguasaan KKB Papua.
"Memang perkampungan yang sempat dikuasai KKB Papua kini sudah diamankan, namun kampung tersebut kosong ditinggal penduduknya yang mengungsi ke Timika" kata Kapolda Papua, dilansir dari Antara dalam artikel 'Aparat keamanan sudah kuasai perkampungan di Tembagapura dari KKB'.
Aparat keamanan hingga kini terus bersiaga hingga kawasan Tembagapura dan sekitarnya benar-benar aman.
Paulus Waterpauw juga menjelaskan situasi terkini kondisi sekitar Tembagapura, setelah sejumlah warga dievakuasi.
"Mereka (KKB) sebenarnya tidak banyak, tetapi mereka ada sekitar 5-6 kelompok yang selama ini bertengger di Puncak, Intan Jaya, kemudian Nduga.
Itu mereka semua bergabung termasuk juga yang di Timika," kata Waterpauw di Jayapura, Jumat (13/3/2020), melansir Kompas.com berjudul '3.000 Personel TNI-Polri Hadang KKB yang Berkumpul di Tembagapura'.(*)