Sambang Kampung

Mencicipi Minuman Sehat di RT 3 RW 10 Tambakrejo Surabaya

Selain aktif di posyandu, warga juga mengonsumsi olahan tanaman obat keluarga (toga). Salah satunya yang diproduksi oleh salah satu warga, Sugiati

surabaya.tribunnews.com/sugiharto
Sugiati, warga RT 3 RW 10 Tambakrejo Surabaya memperlihatkan minuman sehat produksinya. Dalam membuatnya, ia tidak menambahkan pemanis dan pengawet buatan. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Warga RT 3 RW 10 Tambakrejo Surabaya kini makin sadar akan kesehatan. 

Selain aktif dalam kegiatan posyandu, warga juga mengonsumsi olahan tanaman obat keluarga (toga). Salah satunya yang diproduksi oleh salah satu warga, Sugiati.

Sosok yang merupakan kader lingkungan RT 3 RW 10 Kelurahan Tambakrejo ini memproduksi berbagai minuman sehat, mulai dari wedang pokak, kunyit asam, sampai sinom.

"Ini resep yang diturunkan oleh ibu. Dari dulu, kami satu keluarga jarang sekali minum obat karena rutin minum minuman sehat. Oleh karena itu saya ingin melanjutkan dan mengajak yang lain," kata Yati, sapaan akrabnya.

Ia mulai membikin usaha minuman sehat sejak tujuh tahun silam. Produknya pun kini menjadi salah satu ikon dari RT 3 RW 10 Tambakrejo Surabaya.

Berbagai minuman itu dikemas dalam botol berukuran 300 mili liter. Pada botolnya tertulis 'Minuman Tradisional Segar Menyehatkan' lengkap dengan nama serta nomor ponsel Yati.

Ia membuat olahan tersebut tanpa pemanis dan pengawet buatan sehingga lebih aman dikonsumsi. Terlebih lagi, Yati telah mengantongi surat izin usaha perdagangan (SIUP).

"Untuk kunir asem, saya pakai gula merah dan gula putih sekaligus. Saya tambah gula merah karena bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah," kata Yati.

Selain itu, minuman kunyit asam bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Mengonsumsinya secara rutin, kata Yati, membuat orang tidak mudah sakit.

"Cara membuatnya, kunyit segar dikupas kemudian diblender dengan sedikit air. Lalu baru diperas sampai airnya habis. Setelah itu baru direbus perasannya dengan gula dan asam jawa," papar Yati.

Kalau sudah mendidih, baru diangkat lalu didiamkan. Jika sudah, disaring dan siap dikemas.

Begitu juga dengan wedang pokak. Yati tidak menggunakan pemanis dan pengawet buatan. Untuk membuatnya juga ia tidak memakai panci aluminium karena dirasa berbahaya untuk kesehatan.

"Kalau wedang pokak ini bermanfaat untuk menjaga stamina. Badan akan lebih bugar, tidak masuk angin. Cocok diminum ketika perjalanan jauh atau saat musim hujan seperti sekarang," katanya.

Dalam satu bulan, ia bisa membuat seratus botol minuman sehat atau lebih. Jika disimpan di lemari pendingin, produknya bisa awet sampai tiga hari.

"Kalau wedang pokak hanya awet satu hari. Per botol, saya jual Rp 5 ribu. Pemasarannya baru sekitar kampung. Kadang juga ke kelurahan dan kecamatan," katanya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved