Siswi SMA Disetubuhi 17 Pelajar Ramai-ramai 6 Kali di Tempat Beda, Korban Malu dan Tak Mau Sekolah
Kasus persetubuhan terhadap siswi SMA masih marak terjadi. Ironisnya, kali ini kejadian di Maluku Tengah dilakukan temannya sendiri.
SURYA.co.id - Kasus persetubuhan terhadap siswi SMA masih marak terjadi. Ironisnya, kali ini kejadian di Maluku Tengah dilakukan temannya sendiri.
Sebanyak 17 pelajar, 15 pelajar di antaranya masih di bawah umur dan beberapa pelaku adalah kerabat korban.
Mereka menyetubuhi siswi SMA itu sebanyak enam kali di tempat beda. Parahnya lagi, mereka mengancam, jika tak mau melayani para pelajar itu, korban akan diermalukan.
Akibat perbuatan kurang ajar 17 pelajar tersebut, korban pun merasa malu dan tidak masuk sekolah lagi hingga orang tuanya bertanya-tanya melihat perilakunya.
Akhirnya, korban mau bercerita kepada orang tuanya. Orang tuanya lalu melaporkan kepada polisi setempat.
Kini, polisi mengusut kasus persetubuhan dengan korbanya siswi SMA berinisial HL.
Dari penyelidikan yang dilakukan, polisi menetapkan 17 pelajar yang merupakan teman korban di sekolah sebagai tersangka.
Adapun, 17 pelajar yang telah ditetapkan sebagai tersangka yakni JL, HL, AU, JL, JS, ML, DN, RL dan IL.
Kemudian, JP, JW, FS, AP, AM, SL, IF, dan FO.
Ironisnya, dari total tersangka itu 15 diantaranya masih berusia di bawah umur dan beberapa tersangka di antaranya masih memiliki hubungan kerabat dengan korban.
“Dari 17 orang ini, 15 masih di bawah umur sehingga tidak kita tampilkan, dan dua orang yang sudah dewasa yakni FL (18) dan ARM (19),” kata Kapolresta Pulau Ambon Kombes Leo Surya Nugraha Simatupang kepada wartawan di Kantor Polresta Ambon, Jumat (31/1/2020).
Para tersangka yang masih berusia di bawah umur itu, kini ditahan di Lapas Anak di kawasan Waiheru.
Sedangkan dua tersangka lainnya, ditahan di sel tahanan Polresta Pulau Ambon.
Dari pemeriksaan yang dilakukan polisi, para tersangka mengaku telah melakukan persetubuhan terhadap korban sebanyak enam kali di sejumlah lokasi berbeda.
Persetubuhan itu dilakukan sejak November 2019 hingga Januari 2020.
Menurut Leo, saat dilakukan persetubuhan itu korban mengaku hanya bisa pasrah dan tak berdaya.
Sebab, para pelaku mengancam akan membeberkan perbuatan korban yang sudah disetubuhi pacarnya terlebih dahulu.
“Mereka (tersangka) mengancam korban jika tidak mau bersetubuh, mereka akan mempermalukan korban,” katanya.
Terungkapnya kasus itu, setelah korban yang merasa tertekan dan malu, kemudian memilih untuk tidak masuk sekolah.
Mengetahui anaknya mengalami perubahan sikap, orangtua korban curiga dan mencoba mengajaknya untuk berkomunikasi.
Saat itu, korban mengaku terhadap orangtuanya terkait kasus pemerkosaan yang menimpanya.
Tak terima dengan perbuatan pelaku, orangtua korban akhirnya melaporkan kasus itu kepada polisi.