Ketakutan Pasukan AS Saat Diberondong Puluhan Rudal Fateh Iran, 'Saya Sudah Bersiap Mati', Katanya
Seperti ini Ketakutan Pasukan AS Saat Diberondong Puluhan Rudal Fateh Iran, 'Saya Sudah Bersiap Mati', Katanya
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Sejumlah prajurit Amerika Serikat yang selamat dari berondongan rudal Fateh Iran, memberikan kesaksian terkait serangan tersebut
Seperti diketahui, pada 8 Januari 2020 dini hari waktu setempat, setidaknya 22 rudal Iran ditembakkan ke pangkalan AS di Ain al-Assad dan Irbil, Irak.
Pasukan AS di lokasi penyerangan mengaku menerima pemberitahuan bahwa rudal Iran menuju arah mereka, seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Diserang Rudal Iran, Pasukan AS Berlindung di Bunker Era Saddam Hussein'
Seorang prajurit AS, Sersan Satu Akeem Ferguson mengaku dia sudah memegang senjata dan sudah bersiap untuk mati
"Saya mencari tempat yang damai, kemudian bernyanyi untuk anakku.
Saya hanya berharap apa pun yang menyerang bakal cepat," ucapnya.
"Saya sudah bersiap untuk mati," kata sang bintara
Untungnya, tidak ada pasukan AS maupun Irak yang terluka di Ain al-Assad, pangkalan yang kekurangan sistem pertahanan untuk mencegah rudal balistik
Diberitakan CNN, rudal Iran menghancurkan menghancurkan fasilitas sensitif AS, termasuk hangar, bangunan pasukan khusus, hingga unit operator drone.
Namun, sebagian besar tentara sudah dimasukkan ke dalam bunker.
Sementara sisanya pada saat itu sengaja diungsikan keluar.
Hanya personel tertentu, seperti penjaga menara maupun operator drone, yang tetap bertahan untuk menghadapi kemungkinan serangan darat.
Rudal pertama jatuh pada 8 Januari pukul 1.34 waktu setempat.
Disusul gelombang kedua dalam rentang 15 menit sampai 2 jam.
Kapten Patrick Livingstone, komandan Pasukan Keamanan Angkatan Udara menceritakan ketakutan yang mereka alami karena merasa tanpa pertahanan.
"Anda mungkin bisa bertahan dari serangan paramiliter.
Namun Anda tidak akan bisa menghindar dari ini (rudal balistik)," ucapnya.
Dia menuturkan, bangunan militer AS yang berada di Irak tersebut tidak mampu untuk menahan serangan besar seperti misil.
Karena itu, mereka berlindung di fasilitas berbentuk piramid nan berdebu, yang dibangun di masa mendiang Pemimpin Irak, Saddam Hussein.
Awalnya, serdadu itu tidak yakin bakal bertahan.
Namun mereka segera menyadari bangunan tua itu lebih kokoh dari gedung buatan mereka sendiri.
CNN memberitakan, fasilitas militer yang dibangun Amerika di sana hanya untuk menahan serangan kecil seperti mortar atau roket.
Di dalam bunker itu, terdapat kipas ventilasi, dua ruang tamu luas, tempat tidur lipat, tandu, kasur, hingga loker.
Letnan Kolonel Staci Coleman mengatakan, dia mendengar suara berdebum, dan merasakan bahwa hempasan angin akibat ledakan bisa mereka rasakan.
"Tanah terasa bergetar. Kami bisa tahu bahwa (serangan) tersebut begitu dekat karena merasakan adanya tekanan akibat ledakan," katanya
Presiden AS Donald Trump mengumumkan tidak akan melancarkan balasan, dan memutuskan untuk menjatuhkan sanksi kepada mereka.
Rudal Iran Diduga Hantam Boeing 737 Ukraina
Namun, nasib tak mujur menimpa pesawat Boeing 737 Ukraina yang jatuh tak lama lepas landas dan menewaskan 173 penumpang
Bermunculan sejumlah bukti yang menyebut pesawat itu jatuh setelah ditembak rudal Iran
Namun, dugaan dari berbagai kalangan, termasuk Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat dibantah keras oleh pihak Teheran.
Di luar itu, sejumlah sumber keamanan menyatakan, maskapai Ukraina itu ditembak rudal Iran setelah dikira pesawat AS.
Maskapai Ukraine International Airlines jatuh setelah lepas landas di Bandara Imam Khomeini, Teheran, pada Rabu (8/1/2020).
Kecelakaan itu terjadi beberapa jam setelah markas pasukan AS di Ain al-Assad dan Irbil dibombardir oleh rudal Iran.
Pesawat jenis Boeing 737 Ukraina itu berhenti mengirim transmisi komunikasi beberapa menit pasca-lepas landas, sebelum diketahui jatuh.
Otoritas Ukraina menyatakan, mereka mempertimbangkan skenario bahwa maskapai Ukraina International Airlines dihantam rudal Iran.
Apalagi, beredar gambar di media sosial terdapat benda yang dianggap sebagai kepala misil di dekat lokasi pesawat Ukraina jatuh.
Setidaknya, dua pejabat AS dan satu ofisial Irak meyakini, Ukraine International Airlines ditembak oleh rudal buatan Rusia.
Dilansir Newsweek Kamis (9/1/2020), Boeing 737 itu ditembak dengan sistem pertahanan Tor-M1, dikenal juga dengan kode NATO Gauntlet.
Satu pejabat anonim Pentagon dan ofisial intelijen mengungkapkan, maskapai tersebut ditembak karena kesalahan.
Berdasarkan pandangan mereka, besar kemungkinan rudal Iran itu aktif karena mengira maskapai Ukraina sebagai pesawat AS.
Sejumlah media AS dilaporkan BBC juga memberitakan, Teheran salah mengira karena mereka bersiap jika dibalas Pentagon.
CBS News mengutip sumber intelijen yang menjabarkan, satelit mendeteksi setidaknya dua "sinar" inframerah yang menandakan peluncuran rudal.
Sejumlah pemimpin dunia Barat dalam pernyataannya mengindikasikan, Teheran bertanggung jawab atas tewasnya 176 orang.
"Yah, saya punya kecurigaan," terang Presiden AS Donald Trump saat mendapat pertanyaan dari jurnalis di Gedung Putih.
"(Pesawat) itu terbang di area yang sangat tidak bersahabat, dan seseorang bisa saja membuat kesalahan," ujar Trump.
Kemudian Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menuturkan, ada bukti intelijen bahwa misil Iran tidak sengaja menghantam pesawat Ukraina.
Komando Sentral (CENTCOM) menolak berkomentar atas laporan itu.
Begitu juga Dewan Keamanan Nasional atau Kementerian Luar Negeri.
Adapun Teheran mengklaim, maskapai tersebut sempat mengalami "keadaan darurat".
Namun, mereka mencoba kembali sebelum jatuh.
Dari 176 orang yang tewas, 82 di antaranya adalah warga negara Iran.
Kemudian 63 orang berkebangsaan Kanada.
PM Kanada Justin Trudeau berujar, terdapat bukti pesawat Boeing 737 Ukraina yang jatuh di Teheran ditembak rudal Iran.
Kecelakaan itu terjadi beberapa jam setelah Iran menyerang dua pangkalan pasukan AS di Irak, sebagai balasan atas kematian jenderal top mereka.
Dalam konferensi pers, PM Kanada Trudeau menuturkan bahwa jatuhnya pesawat Boeing di Teheran tak hanya mengejutkan negaranya, tapi juga dunia.
Sebabnya dari 176 yang tewas, 63 warga negara Kanada.
Kemudian 82 berasal dari Iran.
Sedangkan sisanya Ukraina hingga Afghanistan.
Dilansir Sky News Kamis (9/1/2020), dia mengaku mendapatkan bukti berupa data intelijen baik dari pihaknya maupun sekutu.
"Bukti itu mengindikasikan bahwa pesawat tersebut jatuh setelah ditembak rudal Iran.
Mungkin saja tidak disengaja," katanya.
Meski begitu, dia tidak ingin langsung menarik kesimpulan atau menuduh secara langsung, dan menolak menjabarkan detilnya.
Pernyataan yang sama juga disuarakan oleh Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, di mana empat warganya jadi korban tewas.
"Terdapat informasi utama bahwa penerbangan itu dihantam rudal jenis Surface to Air," jelas Johnson dilansir AFP.
Dia melanjutkan, London bakal bekerja sama dengan Kanada dan mitra mereka dalam menggelar penyelidikan yang transparan.
Johnson juga meminta supaya jenazah para korban penerbangan 752 bisa segera diserahkan ke pihak keluarga, agar dimakamkan secara layak.