Gara-gara Ucapan Ulang Tahun, Siswi SMP Dikeluarkan dari Sekolah, Kepsek Beber Cerita Sebenarnya

Gara-gara Ucapan Ulang Tahun, Siswi SMP Dikeluarkan dari Sekolah, Kepsek Beber Cerita Sebenarnya

Penulis: Alif Nur Fitri Pratiwi | Editor: Adrianus Adhi
Pixabay.com dan Tribun Solo/ Imam Saputro
Gara-gara Ucapan Ulang Tahun, Siswi SMP Dikeluarkan dari Sekolah, Kepsek Beber Cerita Sebenarnya 

SURYA.CO.ID - Baru-baru ini publik Tanah Air dihebohkan dengan pemberitaan seorang siswi SMP yang dikeluarkan dari sekolah karena ucapan ulang tahun.

Seorang siswi SMP dikeluarkan dari sekolah karena mengirimkan pesan singkat berisi ucapan selamat ulang tahun ke teman prianya.

Mendapati kisah salah satu siswinya viral, kepala sekolah pun kemudian angkat bicara terkait kasus tersebut.

Diketahui, kejadian ini terjadi dialami oleh seorang siswi SMP IT Nur Hidayah Solo baru-baru ini.

Kepala SMP IT Nur Hidayah Solo, Zuhdi Yusroni mengaku kurang berkenan untuk membuka secara gamblang kronologi kejadian tersebut.

Hal ini ia lakukan tak lain untuk menjaga nama baik siswi yang bersangkutan, terlebih lagi ia kini dikabarkan sudah menempuh pendidikan di sekolah yang baru.

Dilansir dari Tribun Solo dalam artikel '6 Fakta Siswi SMP di Solo Dikeluarkan karena Ucapkan Ultah, Ungkapan Alumni hingga Kondisi Siswi' berikut keterangan pihak sekolah.

Pelantikan pengurus OSIS SMP IT Nur Hidayah periode 2016 /2017.
Pelantikan pengurus OSIS SMP IT Nur Hidayah periode 2016 /2017. (TRIBUNSOLO.COM/IMAM SAPUTRO)

"Mohon maaf, saya tidak bisa menjelaskan secara keseluruhan kronologisnya untuk menjaga nama baik siswi," ujar Zuhdi, Sabtu (11/1/2020).

"Terlebih lagi, siswi tersebut telah kembali bersekolah di tempat yang baru," imbuhnya membeberkan.

Kendati demikian, Zuhdi memberikan sedikit penjelasan terkait ramainya pemberitaan yang beredar saat ini.

Ia memaparkan jika tindakan tersebut merupakan bentuk ketidaksiplinan siswi bersangkutan.

Lebih lanjut, Zuhdi juga mengatakan jika ketidaksiplinan siswi SMP tersebut tak hanya sekali ini saja dilakukan.

"Bukan hanya itu, ada tindak ketidakdisiplinan lain yang muncul sejak kelas VII, jadi bukan soal itu saja sebenarnya," tutur Zuhdi.

"Bahkan, sebenarnya sejak kelas VII sudah kami bina siswi tersebut sampai kelas VIII," imbuhnya.

Hal ini lantas berdampak pada poin tindak ketidaksiplinan siswi SMP tersebut yang jika diakumulasikan sudah melebihi ambang batas.

Sehingga pihak sekolah pun mengembalikan siswi SMP tersebut kepada orangtuanya.

Sementara itu, kondisi siswi SMP yang bersangkutan itu juga dikabarkan memprihatinkan.

Masih dituturkan oleh Zuhdi, siswi bersangkutan merasa tertekan setelah kisahnya dikeluarkan dari sekolah viral di media sosial.

"Siswi tersebut tertekan setelah kisahnya viral," ujar Zuhdi.

"Kemarin kami sudah mencoba menutup hal tersebut untuk menjaga nama baiknya," imbuhnya membeberkan.

Ilustrasi siswi SMP
Ilustrasi siswi SMP (Tribunnews)

Sedangkan orangtua siswi tersebut mulanya tidak tahu menahu jika kisah anaknya viral di media sosial.

Setelah mengetahui kisah anaknya viral, orangtuanya pun juga merasa tidak nyaman.

Kendati demikian, kedua orangtua siswi sudah menerima keputusan dari pihak sekolah.

"Awalnya, mereka tidak tahu kalau viral, setelah viral jadi kasihan dengan siswi itu," tutur dia.

"Bapaknya juga merasa malah tidak nyaman dengan berita yang ada," tambahnya.

Akibat peristiwa ini, Kepala Dinas Pendidikan Solo, Etty Retnowati menuturkan jika peraturan sekolah swasta dan negeri berbeda.

"Yang dipilih adalah sekolah swasta, kalau sekolah negeri tentu berbeda," tutur dia. 

"Memilih sekolah adalah hak orangtua dan anak, setiap sekolah punya tata tertib karena prinsipnya manajemen berbasis sekolah," ucap Etty. 

Kata Alumni: Soroti Peraturan Sekolah yang Tak Biasa

Mencuatnya persoalan ini menggugah seorang alumni sekolah tersebut, Vega Rasiditya Andryant Putra, buka suara.

Ia secara gamblang menceritakan secuil kisah dirinya saat mengenyam pendidikan di sebuah sekolah swasta.

Vega bahkan hampir dikeluarkan akibat akumulasi ketidakdisiplinan yang dilakukannya.

"Waktu saya dulu itu berat, tapi memang sekolahnya semi pondok pesantren, keras aturan nya," ujar dia kepada TribunSolo.com, Minggu (12/1/2020).

"Kalau dulu sih saya belum dikeluarkan, cuma mendapat peringatan saja, padahal saya punya prestasi non-akademik," imbuhnya membeberkan.

Saat masih bersekolah di sana, Vega aktif bermain musik dengan band bentukannya.

Bahkan, band tersebut dikontrak salah satu stasiun TV lokal selama satu tahun.

"Cuman yang mengecewakan itu, dari pihak sekolah, mengizinkan tiap saya manggung, tapi tidak ada piagam/sertifikat penghargaan," tutur Vega.

"Malah dapat ucapan, kalau tidak berubah, lebih baik keluar dari sekolah itu dari pada lanjut ke kelas tiga," imbuhnya.

Vega mengaku pernah malu saat ditanya pembawa acara terkait asal usul sekolahnya saat manggung.

"Jadi kalo waktu konser, pasti ditanya pembawa acara soal nama siapa, dari mana," aku dia.

"Biasanya saya cuman jawab, 'Vega dari SMP swasta', jadi agak tidak mau menyebut nama sekolah, seperti malu, sekolahnya saja tidak menghargai, padahal saya dulu angkatan V dadi sekolah itu," imbuhnya.

Sumber: Tribun Solo
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved