Bawa Gamelan Era Majapahit, UWKS Kukuhkan Diri sebagai Kampus dengan Aksen Budaya Kemajapahitan
Ke depan ia berharap, diperolehnya rekor MURI tersebut UWKS menjadi kampus yang berwawasan budaya dengan melestarikan nilai-nilai kemajapahitan.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Eben Haezer Panca
SURYA.co.id | SURABAYA - Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) meraih rekor MURI dengan Tetenger Candi Angka Tahun Penataran terbanyak di Indonesia.
Perolehan MURI ini sekaligus mengukuhkan UWKS sebagai kampus dengan budaya Kemajapahitan.
Dan untuk merayakannya, UWKS memboyong gamelan era Majapahit untuk ditampilkan bersama gelaran seni budaya Majapahit lainnya.
Ketua Yayasan UWKS, Soedijatmiko menuturkan MURI kali ini merupakan ketiga kalinya yang didapat UWKS.
Sebelumnya, di bulan Agustus pihaknya juga menerima MURI untuk pemrakarsa dan pembuatan pagar replikasi pintu gerbang Ratu Boko.
Sedangkan untuk MURI yang kedua didapat untuk pemrakarsa dan pengolah minyak jelanta terbanyak menjadi sabun.
"Ini MURI ketiga yang kami dapatkan sebagai kampus budaya kemajapahitan," tuturnya di sela persiapan penganugerahan MURI di kampus, Senin (6/12/2019).
Kata Soedijatmiko, keberhasilan mencatat rekor MURI ini tidak luput dari rekomendasi dari Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Ristek dan Dikti karena dinilai sebagai kampus berwawasan budaya kemajapahitan.
Pasalnya ada sebanyak 10 bangunaa empat dimensi yang merupakan replika Candi angka Penataran terbanyak di Indonesia, relief dua dimensi sebanyak 100 buah, foto dan gambar satu dimensi sebanyak 300 buah dan gambar yang menempel di almamater dan topi sebanyak 10.000 buah.
"Dalam penyerahan piagam rekor MURI ini kami juga mendatangkan gamelan asli majapahit yang dibuat kira-kira tahun 1200an. Ada 16 alat gamelan yang didatangkan yang terdiri dari bonang barung bonang panembung, kenong, gendang dan juga gong," paparnya
Ke depan ia berharap, diperolehnya rekor MURI tersebut UWKS menjadi kampus yang berwawasan budaya dengan melestarikan nilai-nilai kemajapahitan.
Sementara itu, kolektor benda seni dari Surabaya, Yohanes Wong yang merupakan pemilik gamelan era Majapahit mengungkapkan kali ini merupakan kesempatan langka yang dimanfaatkan UWKS dengan mendatangkan gamelan asli majapahit.
Sebab, gamelan tersebut terakhir digunakan di tahun 1995 pada perayaan hari jadi TNI di Kodam V Brawijaya. Karena itu pihaknya sangat mendukung kebudayaan Majapahit dengan mengeluarkan kembali dalam penyerahan sertifikat MURI yang diterima UWKS.
"Kami mendukung kebudayaan Majapahit sangat memberikan arti bagi kebudayaan Indonesia agar bangsa ini mencintai kebudayaan dan bisa di tularkan ke generasi muda. Karena kebudayaan ini sangat bernilai untuk kemajuan dan pendidikan bagi generasi muda," katanya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/gamelan-era-majapahit.jpg)