Kilas Balik

Langkah Ekstrim Soeharto Kerahkan Pasukan ABRI Tumpas Begal Sadis, Mayat Tergeletak Dimana-mana

Langkah Ekstrim diambil oleh Soeharto dengan mengerahkan pasukan ABRI untuk menumpas begal sadis, Mayat Tergeletak Dimana-mana

anton-djakarta.blogspot.com via Pos Kupang
Ilustrasi: Langkah Ekstrim Soeharto Kerahkan Pasukan ABRI Tumpas Begal Sadis, Mayat Tergeletak Dimana-mana 

Setelah mendapat kartu, para begal tersebut dilarang bikin ulah lagi.

Tak hanya itu, mereka juga harus mau memberitahukan lokasi begal lainnya yang kerap melakukan kejahatan dan tidak mau melapor.

Para begal yang tidak melapor kemudian diburu oleh tim OPK Kodim untuk ditangkap dan bagi yang lari atau melawan akan langsung ditembak.

Ilustrasi begal
Ilustrasi begal (Istimewa via Tribun Medan)

Mayat para begal yang ditembak dibiarkan tergeletak di mana saja dengan tujuan membuat jera (shock therapy) para gali lainnya.

Setiap ada mayat yang ditemukan di pinggir jalan, tepi hutan, bawah jembatan, dan lainnya, apalagi dengan luka tembak, kerap dinamai sebagai korban penembakan misterius (petrus)

Yang kemudian istilah 'petrus' itu menjadi sangat populer sekaligus menakutkan di zaman itu.

Kinerja OPK yang dilaksanakan di Yogyakarta ternyata mendapat perhatian khusus dari Kepala Intelijen RI LB Moerdani

Melansir dari buku berjudul 'Benny Moerdani Yang Belum Terungkap', Benny Moerdani menyebut kinerja OPK adalah 'kerja bagus dan lanjutkan!'.

Cara penanganan begal dengan cara OPK pun diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia dan korban 'petrus' pun bertumbangan di mana-mana.

Yang pasti OPK memang terbukti efektif menumpas para begal dan sebenarnya juga mendapat dukungan dari masyrakat luas.

Terkait OPK yang sukses di era Orde Baru, Presiden Soeharto dalam buku otobiografinya bertajuk Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, menyebut 'petrus' ditujukan untuk menimbulkan efek jera kepada para penjahat.

"Ya, harus dengan kekerasan. Tetapi kekerasan itu itu bukan lantas dengan tembakan, begitu saja.

Bukan! Tetapi yang melawan, ya, mau tidak mau harus ditembak," ujarnya dalam buku yang terbit pada 1989 itu.

Pada 2012, Komnas HAM pernah mengumpulkan fakta-fakta tentang petrus.

Ketua Penyelidik peristiwa penembakan misterius tahun 1982-1985 Komnas HAM, Stanley Adi Prasetyo (kanan), menjelaskan kepada wartawan terkait hasil penyelidikan di kantor Komnas HAM Jakarta Pusat, Selasa (24/7/2012). Komnas HAM meminta Jaksa Agung untuk segera menindak lanjuti hasil penyelidikan atas peristiwa Petrus.
Ketua Penyelidik peristiwa penembakan misterius tahun 1982-1985 Komnas HAM, Stanley Adi Prasetyo (kanan), menjelaskan kepada wartawan terkait hasil penyelidikan di kantor Komnas HAM Jakarta Pusat, Selasa (24/7/2012). Komnas HAM meminta Jaksa Agung untuk segera menindak lanjuti hasil penyelidikan atas peristiwa Petrus. (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Wakil Ketua Komnas HAM saat itu, Yosep Adi Prasetyo, menyatakan korban penembakan misterius atau akrab dikenal petrus terjadi pada kurun 1982-1985.

Halaman
123
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved